Persiapan Studi Inventarisasi Tahapan Penelitian

Gambar 10. Bagan Alur Tahapan Penelitian Penjelasan dari tiap tahapan penelitian adalah sebagai berikut:

3.5.1 Persiapan Studi

Tahap persiapan studi terdiri dari persiapan administrasi dan persiapan teknis. Persiapan administrasidilakukan dengan pembuatan surat pengantar dari Departemen Arsitektur Lanskap yang ditujukan kepada Dinas Kesatuan Bangsa Kota Depok untuk memperoleh izin penelitian serta mendapat surat pengantar ke kantor dinas terkait sumber data sekunder. Persiapan teknis berupa penyediaan peta Kecamatan Beji, persiapan alat dan bahan serta penjadwalan waktu pengambilan data.

3.5.2 Inventarisasi

Inventarisasi atau pengumpulan data mencakup aspek umum, aspek fisik, aspek sosial, dan aspek legal dari Kecamatan Beji. Data terdiri atas data primer hasil observasi di lapang dan data sekunder hasil studi pustaka dan dari kantor dinas terkait. Deskripsi data tiap aspek seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis, Interpretasi, Tipe dan Sumber Data Jenis Data Interpretasi Data Tipe Data Sumber Aspek Umum Letak, batas, luas wilayah - Batas administratif - Luas wilayah studi Sekunder Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Tata Guna Lahan - Perumahan - PerdaganganJasa - Pendidikan - Pertanian - Jalan - RTH Primer dan Sekunder Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Dan Lapang Penutupan Lahan - Terbangun - Badan air -RTH Primer dan Sekunder Citra Satelit Quickbird dan Lapang Lanjutan Tabel 2 Jenis Data Interpretasi Data Tipe Data Sumber Aspek Biofisik Tanah Jenis dan tekstur Sekunder Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Topografi Kemiringan Sekunder Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Iklim - Curah hujan - Suhu - Kelembaban - Angin Primer dan Sekunder Data Iklim BMG dan Lapang Vegetasi Jenis vegetasi Primer dan Sekunder Dinas Pertamanan, dan Lapang Aspek Sosial Demografi Sekunder Badan Pusat Statistik Aspek Legal Peraturan Terkait Sekunder Undang-Undang Pengumpulan data sekunder spasial dan teks menjadi langkah awal dalam memperoleh informasi pendahuluan sebagai dasar penelitian. Pada tahap inventarisasi dilakukan pengolahan data sekunder penggunaan dan penutupan lahan untuk menghasilkan peta-peta yang berguna dalam penentuan lokasi pengambilan data primer suhu dan kelembaban udara. Agar hasilnya sesuai dengan kondisi saat ini maka terlebih dahulu dilakukan cross check dengan kondisi lapang saat ini. Berikut ini penjelasan dari peta-peta yang dikerjakan pada tahap inventarisasi serta teknis pengumpulan data primer iklim mikro: a. Peta Penutupan Lahan Penutupan lahan terkait dengan vegetasi, struktur atau fitur-fitur lain yang menutupi lahan. Penutupan lahan diketahui melalui interpretasi visual citra Quickbird dari Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok dengan penyesuaian Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Beji 2009 dan pengecekan di lapang. Menurut Lillesand dan Kiefer 1990 identifikasi citra dilakukan berdasarkan tujuh karakteristik dasar yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, warna, tekstur, dan situs. Proses identifikasi dibantu dengan menetapkan kunci selektif berupa foto citra dengan keterangannya. Dalam identifikasi citra dilakukan digitasi. Digitasi adalah kegiatan pemasukan data menggunakan software ArcView dengan mendeliniasi langsung pada layar untuk fitur poligon atau garis sehingga dihasilkan beberapa penutupan untuk setiap informasi tematik yang berbeda. b. Peta Penggunaan Lahan Penggunaan lahan adalah aspek pemanfaatan ruang, mencakup jenis kegiatan pemanfaatan ruang dan penyebarannya dalam ruang. Klasifikasi penggunaan lahan ditetapkan melalui penggabungan dan penyesuaian data dari Badan Pusat Statistik Kota Depok, Peta Tata Guna Lahan Kecamatan Beji Lampiran 3 serta hasil cross cek di lapang. Pembuatan peta juga dilakukan dengan proses digitasi dengan software ArcView. c. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara Perbedaan penutupan lahan berkaitan penggunaan lahan mempengaruhi penerimaan radiasi dan reradiasi ke sekitar dan menciptakan perbedaan iklim mikro. Karenanya, lokasi pengukuran dapat ditentukan berdasarkan jenis penutupan dan penggunaan lahan. Hal tersebut dinilai lebih efektif karena jumlah lokasi pengukuran dapat lebih sedikit dibandingkan metode grid dan tetap mewakili kondisi termal wilayah. Hal ini memudahkan pengukur, mengingat keterbatasan alat hanya satu dan wilayah Kecamatan Beji yang luas 1.509,7 ha. Dari Peta Penggunaan Lahan dan Peta Penutupan Lahan Kecamatan Beji diketahui penutupan lahan meliputi lahan terbangun, RTH dan badan air. Lahan terbangun terdiri atas penggunaan lahan pemukiman, perdagangan dan jasa, perguruan tinggi, dan jalan raya. Badan air meliputi sungai, kolam budidaya dan situ. RTH mayoritas berupa lahan campuran, hutan kota, taman kota dan pemakaman umum. Berdasarkan penutupan dan penggunaan lahan tersebut dilakukan pemilihan lokasi secara acak. Lokasi tersebar di seluruh wilayah studi agar dapat dibuat spasial sebaran kondisi termal. Pengukuran juga dilakukan di luar wilayah karena kondisi termal kawasan dipengaruhi kondisi termal sekitar. Wilayah luar Kecamatan Beji umumnya memiliki penutupan dan penggunaan lahan sama dengan area tepi perbatasan sehingga diasumsikan iklim mikro tidak berbeda. Pengukuran luar wilayah hanya dilakukan di ujung tepi Hutan Kota Universitas Indonesia di Jakarta Selatan. Luas hutan yang besar sangat berpengaruh menciptakan perbedaan iklim mikro yang akan nampak secara spasial. Dari proses pemilihan didapat 14 lokasi dengan deskripsi seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Lokasi Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara di Kecamatan Beji No. Lokasi Penutupan Penggunaan Deskripsi 1 Taman Kota Lingkar Universitas Indonesia UI RTH Taman Kota Lokasi di tepi Jalan Margonda Raya, berbatasan dengan DKI Jakarta 2 Hutan Kota UI RTH Hutan Kota Pengukuran di tepi pada dua lokasi: 1 wilayah Beji dan 2 luarDKI 3 Juragan Sinda Terbangun Perumahan swadaya Dominan rumah kos KDB sedang 4 H. Mustafa Terbangun Perumahan swadaya Dominan permukiman KDB tinggi 5 TPU RTH Pemakaman Dikelilingi pemukiman 6 Kampung Pocin Terbangun Perumahan swadaya Rumah kospermukiman KDB tinggi dan rapat 7 Margo City Terbangun Perdagangan dan jasa Pusat perbelanjaan 8 Danau UI Badan air Setu Dikelilingi RTH UI 9 Kampung Curug Terbangun Perumahan swadaya Pemukiman diselingi ladang 10 Ladang Pertanian RTH Lahan campuran Pohon buah dan umbi 11 Perum Depok Mulya I Terbangun Perumahan formal Perumahan KDB sedang, sekitarnya permukiman padat 12 Perum Depok Mulya III Terbangun Perumahan formal Perumahan KDB sedang, sekitarnya perumahan swadaya dengan ladang 13 Setu Pladen Badan air Setu Dikelilingi pemukiman 14 Mall Depok Terbangun Perdagangan dan jasa Pusat perbelanjaan Pengukuran suhu udara °C dan kelembaban relatif dilakukan dengan menggunakan termometer bola basah dan bola kering. Suhu udara didapat dari nilai termometer bola kering. Kelembaban relatif ditentukan dari selisih nilai termometer bola basah dengan nilai termometer bola kering Lampiran 2. Pengukuran dilakukan tiga waktu jam 07.00, 13.00 dan 16.00 saat cuaca cerah dengan dua kali pengulangan. Pengukuran dilakukan pada hari berbeda secara bergantian. Hal ini dikarenakan keterbatasan alat dan wilayah yang luas. Spasial persebaran lokasi seperti pada Gambar 11. Gambar 11. Foto dan Sebaran Empatbelas Titik Lokasi Pengukuran

3.5.3 Analisis