2 Penelitian tentang aspek kebiasaan makanan ikan swanggi sangat terbatas.
Penelitian yang dilakukan umumnya berada di luar perairan Indonesia. Penelitian yang dilakukan diantaranya penelitian dari Ibrahim et al. 2003 di Zona Ekonomi
Eksklusif pesisir utara Peninsular Malaysia di Laut Cina Selatan dari bulan September 1999 sampai November 1999, penelitian yang dilakukan oleh Rao 1967
di teluk Bengal, dan penelitian yang dilakukan oleh Hajisamae 2009 yang dilakukan di perairan pesisir dari Pattani dan Narathiwas, Thailand dari Maret 2006
sampai November 2006.
1.2. Perumusan Masalah
Ikan swangi merupakan ikan yang bernilai ekonomis dan selalu tertangkap setiap bulannya di PPP Labuan, Banten. Namun, pengkajian tentang informasi
biologi dari ikan ini belum dilakukan termasuk aspek kebiasaan makanannya. Oleh karena itu, diperlukan informasi mengenai aspek kebiasaan makanan dan pola
pemanfaatan habitat dari ikan swanggi agar dapat dijadikan sumber informasi penunjang pengelolaan sehingga potensinya dapat dimanfaatkan secara optimal.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek kebiasaan makanan ikan swanggi dalam kaitannya dengan pengelolaan makanan dan pola pemanfaatan
habitat relung dari ikan swanggi Priacanthus tayenus Richardson, 1846 di Selat Sunda berdasarkan jenis kelamin, waktu, dan tingkat ukuran.
2.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Ikan Swanggi
2.1.1. Klasifikasi dan Tata Nama
Menurut Richardson 1846 in Starnes 1984 taksonomi ikan swanggi Gambar 1 adalah sebagai berikut.
Kingdom :
Animalia Filum
: Chordata
Subfilum :
Vertebrata Kelas
: Pisces
Subkelas :
Actinopterygii Ordo
: Perciformes
Subordo :
Percoidei Famili
: Priacanthidae
Genus :
Priacanthus Spesies
: Priacanthus tayenus Richardson 1846
Nama FAO :
Purple-spotted bigeye, Beauclaire tache pourpre perancis, Catalufa mota purpúreo Spanyol.
Nama Indonesia : Ikan Swanggi.
Nama Lokal : Ikan raja gantang Banten. swangisemerah padi PPN
Pemangkat, swanggi Pelabuhan Perikanan Banjarmasin, swangi PPP Tegalsari, mata bulan PPN Ambon, camaul
PPN Palabuhanratu, belong PPN Pekalongan, capa PPN Sibolga, swanggi PPS Jakarta, golok sabrang PPN
Brondong, swanggi PPN Prigi www.pipp.dkp.go .id. 2009 in Wangsadinata 2009.
Gambar 1. Ikan Swanggi Priacanthus tayenus
4
2.1.2. Morfologi
Ikan swanggi secara morfologi memiliki badan agak tinggi, agak memanjang, dan pipih secara lateral. Tubuh, kepala, iris mata, dan sirip berwarna merah muda
atau kemerah-merahan. Pada sirip perut memiliki bintik-bintik kecil berwarna ungu kehitam-hitaman dengan 1 atau 2 titik lebih besar di dekat perut. Bintik-bintik pada
sirip perut ini yang membedakan ikan swanggi dengan ikan famili Priacanthidae yang lain FAO 1999. Panjang maksimum ikan swanggi yaitu 29,5 cm di Brunei
Darussalam Fishbase in Awong et al. 2011. Tulang belakang pada preoperkulum berkembang dengan baik. Jumlah tulang
tapis insang pada lengkung insang pertama 21 sampai 24. Jari-jari sirip punggung berjumlah X jari-jari keras dan 11 sampai 13 jari-jari lemah. Jari-jari pada sirip dada
17-19. Sisik-sisik pada bagian tengah lateral dengan bagian posterior atas hilang dan memiliki sedikit duri kecil pada ikan yang lebih besar. Sisik-sisik lateral berjumlah
56 sampai 73 dan sisik-sisik linear lateralis berjumlah 51 sampai 67. Sisik pada baris vertikal dari awal sirip dorsal sampai anus 40 sampai 50 FAO 1999.
2.2. Habitat dan Penyebaran
Ikan swanggi umumnya hidup di perairan pantai di antara bebatuan karang dan terkadang di area yang lebih terbuka pada kedalaman 20-200 m atau lebih dalam.
Distribusi ikan ini meliputi wilayah pesisir utara Samudera Hindia dari Teluk Persia bagian Timur dan wilayah Pasifik Barat dari Australia bagian Utara dan Pulau
Solomon bagian utara sampai Provinsi Taiwan di China Gambar 2. Hasil tangkapan ikan swanggi pada tahun 1990 sampai 1995 dalam buku statistik
perikanan tahunan FAO melaporkan jumlah tangkapan per tahun sekitar 23.100 sampai 52.000 ton di samudera Pasifik tengah bagian barat Starnes 1984.
5 Gambar 2. Daerah Penyebaran Ikan Swanggi
Sumber : www.aquamaps.org diakses 1 Agustus 2012
2.3. Alat Tangkap
Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan swanggi salah satunya yaitu dengan cantrang. Cantrang, dogol, dan payang diklasifikasikan ke dalam alat
tangkap “Danish Seine” berbentuk panjang dan penggunaannya untuk menangkap ikan demersal Subani W dan Barus HR 1989. Alat tangkap cantrang dioperasikan
dengan kapal berukuran panjang 8,5-11 m, lebar 1,5-2,5 m, dan tinggi 1-1,5 m Budiman 2006. Operasi penagkapan ikan swanggi berlangsung selama 6-12 jam .
Kapal nelayan berangkat pada dinihari dan perjalanan menuju fishing ground selama 3-6 jam. Setting dilakukan terhadap kondisi perairan yang tenang dengan warna air
biru kehijauan. Pengoperasian cantrang dilakukan selama 6 jam. Setelah hasil tangkapan telah didapatkan, kapal menuju ke darat selama 3-6 jam.
Subani W dan Barus HR 1989 menyatakan daerah penangkapan fishing ground cantrang tidak jauh dari pantai, pada bentuk dasar perairan berlumpur atau
lumpur berpasir dengan permukaan dasar rata. Daerah tangkapan yang baik untuk kelompok alat tangkap “Danish Seine” harus memenuhi syarat yaitu dasar perairan
rata dengan substrat pasir, lumpur atau tanah liat berpasir, arus laut cukup kecil 3 knot serta cuaca terang tidak ada angin kencang.
6 Selain dengan alat tangkap cantrang, ikan swanggi dapat juga ditangkap
dengan menggunakan alat tangkap jaring insang dasar bottom gillnet. Jaring insang merupakan jaring besar berbentuk dinding vertikal yang menggantung di air.
Tertangkapnya cara menjerat operkulum insang pada mata jaring Sainsbury 1986 in Emmanuel et al. 2008. Proses penangkapan ikan swanggi dengan jaring insang
dasar berlangsung selama 9-15 jam. Kapal nelayan berangkat pada pagi hari dan perjalanan menuju fishing ground selama 3-5 jam. Pengoperasian cantrang
dilakukan selama 3 jam. Setelah hasil tangkapan telah didapatkan, kapal menuju ke darat selama 3-5 jam. Alat bantu pada jaring insang dasar berupa net hauler atau net
drum, berfungsi untuk menarik jaring pada saat hauling. Berdasarkan data harian PPP Labuan selama tahun 2010, ikan swanggi
merupakan hasil tangkapan dominan kelima sebesar 8,25 dari seluruh hasil tangkapan ikan demersal kecil yang didaratkan di PPP Labuan, Banten. Hasil
tangkapan ikan swanggi merupakan hasil tangkapan terbesar setelah ikan kuwe 24,70, kurisi 23,43, kuniran 23,04 dan kapasan 13,70.
2.4. Makanan dan Kebiasaan Makanan