Luas Relung Makanan Penentuan Tumpang Tindih Hubungan Volume Makanan dengan Panjang Tubuh

14 Analisis isi lambung ikan contoh dilakukan di laboratorium. Ikan contoh dibedah, kemudian usus dan lambungnya diambil serta dimasukkan ke dalam botol contoh dengan formalin 4 untuk pengawetan. Pada saat analisis isi perut, lambung dikeluarkan isinya dan dikeringkan. Kemudian dilakukan identifikasi organisme dan diukur volumenya masing-masing untuk setiap jenis organisme yang ditemukan. 3.4. Analisis Data 3.4.1. Komposisi Makanan Analisis kebiasaan makanan menggunakan indeks bagian terbesar menurut Natarajan Jhingran 1963 in Sjafei Robiyani 2001. IP i = Keterangan : IP i = indeks bagian terbesar V i = persentase volume makanan ke i O i = frekuensi kejadian makanan ke i

3.4.2. Luas Relung Makanan

Luas relung makanan mengindikasikan bahwa jenis makanan yang dikonsumsi oleh ikan lebih beragam. Luas relung dievaluasi berdasarkan makanan yang dikonsumsi oleh ikan dan dihitung dengan menggunakan indeks Levin in Umar et al. 2007:   2 1 Pij Bi Keterangan : Bi = Lebar relungluas relung ikan ke-i ∑P ij 2 = jumlah kuadrat proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j 15 1 1    n Bi Ba Keterangan : Ba = Standarisasi Relung P ij 2 = kuadrat proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j n = jumlah organisme pada selang yang akan dicari

3.4.3. Penentuan Tumpang Tindih

Tumpang tindih relung adalah penggunaan bersama suatu sumber daya atau lebih oleh dua spesies ikan atau lebih atau tingkat kesamaan jenis makanan antara kelompok ikan pertama dan kedua. Penentuan nilai tumpang tindih dengan menggunakan rumus dari morishita in Kaeriyama et al. 2002      2 2 2 Pik Pij Pij Pik CH Keterangan: CH = Tingkat kesamaan jenis makanan P ij = proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j P ik = proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-k P ij 2 = kuadrat proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j P ik 2 = kuadrat proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-k P ij proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j didapat dengan rumus sebagai berikut.    Volume nismeKe VolumeOrga P i ij P ik proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j didapat dengan rumus sebagai berikut.    Volume nismeKe VolumeOrga P i ik 16

3.4.4. Hubungan Volume Makanan dengan Panjang Tubuh

Volume makanan memiliki hubungan secara linier mengikuti persamaan regresi linier dengan nilai persentase makanan sebagai variabel dependent y dan panjang tubuh ikan sebagai variabel independent x Walpole 1992. Ikan swanggi yang digunakan dalam hubungan volume makanan dengan panjang tubuh ini merupakan ikan swanggi dengan isi lambung penuh yang mengikuti persamaan. V m = α + β PT Keterangan Vm = Volume makanan ml α dan β = konstanta PT = Panjang tubuh total mm Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah semakin panjang ikan maka volume makanan ikan akan semakin besar. Hipotesis yang digunakan adalah, hipotesis nol yaitu semakin panjang tubuh ikan maka volume makanan tetap dan hipotesis satu yaitu semakin panjang tubuh ikan semakin besar volume makanannya. 3.4.5. Struktur Morfologis dan Anatomis Alat Pencernaan Struktur morfologis dan anatomis alat pencernaan ikan swanggi yang dianalisis berupa panjang tubuh, panjang usus, tinggi badan, keliling badan, diameter mata, dan lebar bukaan mulut. Nilai perbandingan parameter-parameter tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok ukuran yaitu kelompok ukuran ikan kecil dan ikan besar. Perbedaan dua kelompok ukuran tersebut diuji dengan menggunakan uji khi kuadrat X 2 menurut Yusnandar ME Sejati S. 2006 berdasarkan hipotesis: H : p 1 = p 2 H 1 : p 1 ≠ p 2 Dengan kriteria pengujian : Tolak Ho jika X 2 hit ≥ X 2 αr-1c-1 Terima Ho jika X 2 hit X 2 αr-1c-1 17 Formula dari pengamatan data dan frekuensi yang diharapkan Yamane in Yusnandar Sejati 2006 digambarkan sebagai berikut. Tabel 1. Sampel Data Pengamatan Peubah bebas Peubah tidak bebas Total B 1 B 2 A 1 a B a+b A 2 c D c+d Total a+c b+d N Tabel 2. Frekuensi yang diharapkan Peubah bebas Peubah tidak bebas Total B 1 B 2 A 1 np 1 .p 1 np 1 .np 2 np 1 . A 2 np 2 .p 1 np 2 .np 2 np 2 . Total np. 1 np. 2 N Sedangkan formula dari Khi Kuadrat X 2 sebagaimana yang dikemukakan Steel Torie in Yusnandar Sejati 2006 yaitu : X 2 hit = ∑ ∑ dengan nilai Eij = ni. x n.j n dan derajat bebas df yang dipenuhi adalah r-1 c- 1 pada α=5. Keterangan : X 2 = Khi kuadrat Oij = Frekuensi yang teramati Eij = Frekuensi harapan ni. = jumlah baris ke-i n.j = jumlah kolom ke-j 18 Kemudian nilai perbandingan tersebut diuji dengan menggunakan pengujian proporsi sebagaimana yang dikemukaan oleh Walpole 1992 berdasarkan hipotesis H : p 1 = p 2 H 1 : p 1 p 2 atau p 1 p 2 Taraf nyata α = 5, dengan wilayah kritis z ≤ -z α bila hipotesis alternatifnya p p 0, dan wilayah kritis z ≥ z α bila hipotesis alternatifnya p p 0. Keputusan tolak H bila z jatuh dalam wilayah kritis sedangkan gagal tolak h bila berada di luar wilayah kritis. z = √ Keterangan z = nilai uji z hitung x = rata-rata contoh n = jumlah contoh p o = proporsi contoh yang berhasil q o = proporsi contoh yang gagal 19

4. HASIL DAN PEMBAHASAN