Aroma Rasa UJI ORGANOLEPTIK

30 daripada formula C2. Apabila dibandingkan dengan nilai uji kerenyahan secara obyektif menggunakan alat, diperoleh nilai kerenyahan wafer formula C1 lebih tinngi daripada wafer formula C2. Sifat yang lebih mudah pecah cenderung disukai konsumen seperti halnya pada uji organoleptik. Pengujian statistik Lampiran 12 pada taraf α = 0,05 menunjukkan formula dan jenis ampok berpengaruh nyata terhadap nilai kesukaan tekstur kerenyahan. Selain itu interaksi formula dan jenis ampok pun memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kesukaan tekstur. Uji lanjut Duncan menunjukkan wafer ampok A6C2 berbeda nyata dengan wafer A1C2, A4C1, A6C1, A1C1, dan A5C1.

2. Warna

Warna merupakan salah satu faktor yang menjadi penilaian konsumen terhadap suatu produk. Warna dapat mempengaruhi penerimaan atau penolakan konsumen. Penyajian warna yang menarik memberikan kesan tersendiri bagi konsumen. Warna wafer ampok dipengaruhi oleh berbagai bahan baku yang digunakan seperti mentega, telur, gula dan tepung terigu. Ampok termodifikasi yang berwarna coklat muda pun memberikan pengaruh terhadap warna akhir wafer ampok. Gambar wafer ampok disajikan pada Lampiran 13. Kisaran skor warna berada antara 2,54 – 3,44. Skor tertinggi diperoleh dari wafer ampok A2C1 sebesar 3,44 atau berada pada kisaran suka dan netral dan yang terendah adalah wafer ampok A5C2 sebesar 2,54 atau berada pada kisaran netral dan tidak suka. Skor terhadap warna seperti pada Tabel 6 menunjukkan kesukaan terhadap warna tidak jauh berbeda dan berada pada taraf netral dan tidak suka. Analisis statistik Lampiran 12 untuk atribut warna pada taraf pengujian α = 0,05 menunjukkan faktor formula dan jenis ampok berpengaruh nyata terhadap nilai kesukaan warna. Formula C1 dan C2 berbeda nyata dimana wafer formula C1 cenderung lebih disukai warnanya daripada formula C2. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh warna yang berasal dari tepung ampok yang berwana coklat. Semakin banyak ditambahkan mengakibatkan warnanya semakin coklat dan cenderung tidak disukai panelis. Uji lanjut Duncan diperoleh wafer ampok A5C2, A3C2, A6C2 berbeda nyata dengan wafer A6C1 dan A2C1.

3. Aroma

Aroma merupakan hasil rangsangan kimia dari syaraf-syaraf olfaktori yang berada di bagian akhir dari rongga hidung. Aroma merupakan bau yang dicium karena sifatnya yang volatil mudah menguap Setser,1995. Aroma pada wafer ampok dipengaruhi oleh beberapa bahan baku yang digunakan seperti susu, telur, mentega, dan tepung ampok. Aroma wafer ampok tercium terutama saat proses pemanggangan dimana air dalam adonan menguap dan melepaskan sensasi aromatik seperti lemak mentega, telur, dan tepung ampok. Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap aroma wafer ampok berada pada kisaran 2,85 – 3,49 atau berada antara taraf netral dan tidak suka. Skor kesukaan terhadap aroma tertinggi diperoleh dari wafer ampok A6C1 sebesar 3,49. Aroma wafer ampok yang kurang disukai panelis adalah wafer ampok A6C2 sebesar 2,85. 31 Analisis statistik Lampiran 12 yang dilakukan pada taraf α = 0,05 menunjukkan adanya pengaruh nyata formula dan interaksi antara formula dan jenis ampok terhadap aroma wafer ampok. Apabila dibandingkan, aroma ampok formula C1 lebih disukai panelis daripada formula C2. Kondisi ini disebabkan aroma gosong yang lebih dominan pada formula C2. Aroma ampok yang lebih kental juga mempengaruhi penilaian panelis. Wafer formula C2 yang lebih banyak ditambahkan ampok termodifikasi memiliki aroma yang lebih kuat. Sehingga dapat dikatakan, panelis kurang menyukai aroma yang ditimbulkan dari ampok termodifikasi. Uji lanjut Duncan menunjukkan perbedaan nyata antara wafer A6C2, A5C2 dengan wafer A1C2, A4C2, A3C1 dan A4C1, A6C1.

4. Rasa

Atribut yang paling menentukan pilihan konsumen adalah rasa. Walaupun warna, aroma, tekstur baik, namun jika rasanya tidak enak maka konsumen menolak makanan tersebut Winarno,2002. Rasa pada makanan sangat ditentukan oleh komposisi produk tersebut. Pada wafer ampok, atribut rasa dipengaruhi oleh tepung, margarin, gula, garam, susu, dan telur. Hasil uji organoleptik menunjukkan kesukaan panelis terhadap rasa wafer ampok berada pada kisaran 2,60 – 3,38. Kondisi ini berada pada taraf suka-netral dan netral-tidak suka. Nilai tertinggi diperoleh dari wafer ampok A4C1, A3C1, dan A2C1 berturut-turut 3,38, 3,37, dan 3,37 berada pada taraf suka-netral. Sementara skor kesukaan terendah diperoleh dari wafer ampok A3C2 sebesar 2,60. Uji statistik Lampiran 12 pada taraf α = 0,05 menunjukkan perlakuan formula berpengaruh nyata terhadap skor kesukaan rasa. Disamping itu interaksi antara formula dan jenis ampok pun berpengaruh nyata terhadap skor kesukaan rasa. Uji lanjut Duncan menunjukkan perbedaan nyata antara wafer jenis A5C1, A6C1, A2C1, A3C1, A4C1 dengan wafer A6C2, A4C2, A2C2 dan wafer A1C2, A1C1, serta wafer A3C2. Apabila dibandingkan, atribut rasa wafer formula C1 lebih disukai daripada formula C2 seperti disajikan pada Tabel 6. Rasa yang ditimbulkan formula C2 sedikit pahit karena sebagian permukaannya gosong. Kondisi ini disebabkan jumlah ampok yang ditambahkan ke dalam formula. Dengan waktu pemanggangan yang sama, ampok formula C2 akan cenderung lebih gosong.

5. Penerimaan umum