1. Karakteristik Radio
Radio memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa lainnya. Dibandingkan dengan media massa lain, media radio memiliki
karakteristik khas sebagai berikut: 1.
Auditori. Radio adalah “suara”, untuk didengar, karenanya isi siaran
bersifat “sepintas lalu” dan tidak dapat diulang. Pendengar tidak mungkin “menoleh kebelakang” sebagaimana pembaca Koran yang
bisa kembali kepada tulisan yang sudah dibaca atau mengulang bacaan.
2.
Transmisi. Proses penyebarluasannya atau disampaikan kepada
pendengar melalui pemancaran transmisi. 3.
Mengandung gangguan. Seperti timbul tenggelam fading dan
gangguan teknis “channel noise factor”. 4.
Theatre of Mind. Radio mencipta gambar makes pictures dalam
imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan suara. Siaran radio merupakan seni memainkan imajinasi pendengar melalui kata dan
suara. Pendengar hanya bisa membayangkan dalam imajinasinya apa yang dikemukakan penyiar, bahkan tentang sosok penyiarnya
sendiri.
5.
Identik dengan musik. Radio adalah sarana hiburan termurah dan
tercepat sehingga menjadi media utama untuk mendengarkan musik. Dalam hal musik, radio memiliki daya surprise seketika atau
memberi kejutan, karena pendengar biasanya tidak tahu lagu apa yang disajikan. Berbeda dengan memutar kaset yang sudah bisa
ditebak urutan lagunya.
57
Karakteristik radio memberikan manfaat yang unik, baik ditinjau dari sisi kelebihan maupun kekurangannya. Dengan memahami kekuatan dan
kelemahan radio, penyiar dapat merencanakan konsep implementasi untuk menghasilkan produksi siaran yang lebih efektif dan efisien. Dalam
bukunya Media Fack Book-KBP, Pedroche, Toledo, dan Mantilla mengungkapkan bahwa karakteristik radio memberikan manfaat yang
unik, di antaranya 1 menarik imajinasi, 2 cepat, radio merupakan alat
57
Asep Syamsul M. Romli, Broadcast Journalism-Panduan menjadi penyiar, reporter script writer
, Bandung: Nuansa, 2004, h. 22-23.
informasi yang efisien dan tanpa banding, 3 mudah dibawa, 4 tidak memerlukan kemampuan membaca dan menulis, 5 tidak memerlukan
konsentarasi yang penuh dari pendengarnya, 6 cukup murah, 7 mudah digunakan. Seperti yang lainnya, radio juga memiliki keterbatasan yakni
bahwa radio hanya sebuah media buta.
58
Sekalipun radio disebut media buta karena hanya berupa suara, namun suara merupakan sebuah instrument penting yang perlu dikaji lebih
mendalam. Sculberg dalam bukunya Radio Advertising-The Authoritative Handbook
mengatakan bahwa para ahli psikologi telah menyimpulkan bahwa memori ingatan yang berasal dari aspek pendengaran manusia,
ternyata jauh lebih kuat daripada ingatan yang diperoleh dari indra penglihatan atau penciuman. Kecepatan respon manusia terhadap suara
yang langsung masuk ke otak sekitar 140 milidetik, sedangkan respons terhadap cahaya berupa kata-kata dan gambar mencapai 180 milidetik.
Perbedaan waktu sekitar 40 milidetik ini merupakan waktu yang diperlukan untuk merespons gambar yang diteruskan kebagian aural diotak
untuk mendapatkan proses identifikasi sebelum gambar tersebut bergerak dan masuk ke sistem penerimaan visual di otak. Lebih lanjut dikatakan
juga oleh Chantler dan Harris dalam bukunya Local Radio Journalism bahwa radio adalah media terbaik untuk berimajinasi. Pendengar selalu
mencoba berimajinasi terhadap apa yang didengar dan apa yang dijelaskan. Sculberg menjelaskan bahwa radio bukanlah pesawat televisi
tanpa gambar, karena tidak ada gambar yang sifatnya literal. Saat radio melakukan siaran dengan penuh kreativitas oleh para penggagas program-
programnya dan juga oleh para pengiklannya, maka radio dapat memberikan kesan tersendiri dalam pikiran orang.
59
Prinsip-prinsip mengerjakan produksi acara di radio sebagai media publik, menurut Robert McLeish adalah 1 untuk memaparkan semua ide
baik yang radikal, tradisional, maupun pro-kemapanan; 2 membantu individu dan kelompok dalam masyarakat untuk dapat saling berbicara,
mengembangkan sikap perduli sebagai anggota masyarakat majemuk; 3 memobilisasi sumber daya publik dan pribadi baik dalam situasi darurat
maupun normal, sehingga terjadi distribusi kekayaan, kesejahteraan, dan
58
Harley Prayudha, Radio Penyiar IT’S NOT JUST A TALK, Malang: Bayumedia, 2006, h. 11-12.
59
Ibid, h. 12-13.
keamanan secara merata; 4 membantu pendengar mengembangkan persetujuan objektif dan menentukan pilihan politik, membantu terjadinya
debat sosial dan politik, mengekspos isu-isu dan pilihan-pilihan rasional bagi publik dalam melakukan aksi; 5 berfungsi sebagai anjing penjaga
pengontrol terhadap pengelola kekuasaan, menjalin kontak dengan publik dalam proses komunikasi yang demokratis.
60
Tabel 1 Peranan Sosial Radio sebagai Media Massa
PERAN SOSIAL RADIO Sosialisasi
1. Menyebarluaskan informasi dan hiburan yang membuat
optimism serta menjalin interaksi dialogis antar pendengar.
2. Menjalin komunikasi untuk saling berkarya, mengubah
berbagai persepsi dan kecurigaan yang tidak perlu.
Aktualisasi 1.
Menyegarkan memori pendengar terhadap peristiwa actual dan momentum yang penting bagi kehidupan
mereka. 2.
Mengagendakan masalah-masalah sosial agar menjadi isu dan keprihatinan bersama ketimbang masalah
personal.
Advokasi
1. Mendesak semakin terbukanya kebijakan politik-
ekonomi bagi partisipasi selruh lapisan pendengar. 2.
Memediasi antar berbagai pihak yang sedang berkonflik sehingga
muncul solusi
damai dan
saling menguntungkan.
Memahami radio sebagai institusi sosial tidak semata bahwa radio harus menyediakan ruang seperlunya bagi aktivitas non komersial, yang
penting adalah menjadikan seluruh irama siarannya bermakna bagi kehidupan sosial pasca keuntungan ekonomi yang diperoleh dari acara itu.
Perbedaan mendasar antara media cetak dan media penyiaran termasuk radio adalah penggunaan frekuensi sebagai milik publik. Dengan
60
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, h. 10.
demikian, radio lebih memiliki tanggung jawab sosial sebagai institusi milik publik ketimbang media cetak.
61
Sehingga, upaya dari berbagai stasiun radio yang ada saat ini agar dapat menyuguhkan program-
programnya yang kreatif, cerdas, dan menghibur, dapat hadir secara berimbang, tanpa harus melunturkan nilai jual maupun sisi komersil dari
program-program tersebut.
2. Radio Sebagai Media Dakwah