Format Acara Dakwah Pada Radio Studi Komparatif Bens Radio 106,2 FM Dengan OZ Radio 90,8 FM

(1)

FORMAT ACARA DAKWAH PADA RADIO

STUDI KOMPARATIF

BENS RADIO 106,2 FM DENGAN OZ RADIO 90,8 FM

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Sukesi Wulansari

NIM: 104051001880

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M


(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul FORMAT ACARA DAKWAH PADA RADIO STUDI KOMPARATIF BENS RADIO 106,2 FM DENGAN OZ RADIO 90,8 FM telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 26 Juni 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Studi Rizal LK, M.A. Nunung Khairiyah, M.A.

NIP: 196404281993031002 NIP: 150389353

Penguji I, Penguji II,

Drs. Wahidin Saputra, M.A. Umi Musyarofah, M.A.

NIP: 150276299 NIP: 197108161997032002

Pembimbing

Dra. Armawati Arbi, M.Si NIP: 19650207 199103 2 002


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 Juni 2009


(4)

ABSTRAK

Sukesi Wulansari

Format Acara Dakwah Pada Radio

Studi Komparatif Bens Radio 106,2 FM dengan OZ Radio 90,8 FM

Hadirnya acara-acara dakwah pada media massa khususnya radio saat ini sudah semakin langka untuk ditemui. Hal ini merupakan peringatan sekaligus tantangan bagi para juru dakwah dan para praktisi media massa khususnya radio, yang semestinya menyadari bahwa kewajiban serta tanggung jawab sebagai sebuah media massa bukan hanya menampilkan hiburan semata, melainkan juga dalam hal pendidikan (education). Peran tersebut yang coba dibuktikan oleh Bens Radio dan Oz Radio sebagai stasiun radio yang meski mengusung ciri tersendiri pada siarannya, namun tetap berusaha menjalankan tanggung jawabnya sebagai media massa dengan menghadirkan acara “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) dan “Percikan Iman” dalam program siarannya.

Dari pernyataan tersebut munculah beberapa pertanyaan mengenai, apa sebenarnya latar belakang hadirnya acara dakwah “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) di Bens Radio 106,2 FM dan “Percikan Iman” di Oz Radio 90,8 FM?, bagaimana format acara dakwah yang terdapat di Bens Radio 106,2 FM dan di Oz Radio 90,8 FM?, serta apa perbedaan dan persamaan format acara dakwah di Bens Radio 106,2 FM dengan di Oz Radio 90,8 FM?

Latar belakang hadirnya acara “Nasi Ulam” dan “Percikan Iman” adalah karena kedua stasiun tersebut, yaitu Bens Radio dan OZ Radio menyadari bahwa sebagai mass media mereka bertanggung jawab untuk menyuguhkan hal-hal positif termasuk nilai-nilai keagamaan kepada khalayak. Sedangkan untuk format acara dakwah yang disuguhkan oleh Bens Radio dan OZ Radio saat ini adalah acara dakwah subuh, dengan penyajian talkshow dan program harian. Selain itu pada acara “Nasi Ulam” dan “Percikan Iman” ditemukan banyak perbedaan-perbedaan seperti pembagian kuadran, penempatan waktu siaran, penggunaan narasumber dan sebagainya. Kesamaannya antara lain adalah sama-sama menggunakan format penyajian talk show, berdurasi 60 menit, membahas seputar agama Islam, serta sumber mata acara yang sama-sama hasil produksi sendiri.

Metode pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif serta metode deskriptif komparatif untuk menganalisis data. Metode yang menghasilkan data deskriptif sebagai cara menggambarkan semua temuan dari hasil penelitian untuk kemudian dibandingkan dalam rangka menemukan perbedaan-perbedaan dan juga persamaan-persamaan dari kedua sampel sehingga segala hasil temuan dapat dijabarkan secara jelas.

Setelah peneliti mendapatkan sejumlah data, maka ditemukanlah hasil perbandingan antara kedua format acara dakwah di Bens Radio 106,2 FM dan Oz Radio 90,8 FM, yaitu adanya sejumlah perbedaan serta persamaan yang justru menjadikan ciri tersendiri pada keduanya. Ini dikarenakan format acara yang digunakan oleh kedua stasiun radio tersebut disesuaikan dengan segmentasi mereka masing-masing, sehingga format acara dakwah Nasi Ulam dan Percikan Iman dapat menjadi alternatif sebuah tampilan dakwah dari segi yang berbeda.


(5)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur “Alhamdulillah” penulis panjatkan kepada Allah Swt, pemberi inspirasi tanpa henti yang tak ternilai. Terima kasih ya Rabb atas segala petunjuk-Mu yang senantiasa menguatkan hamba dan memberi kemudahan pada proses penyelesaian skripsi ini dengan judul: “FORMAT ACARA DAKWAH PADA RADIO, STUDI KOMPARATIF BENS RADIO 106,2 FM DENGAN OZ RADIO 90,8 FM”.

Shalawat dan salam tak lupa pula penulis sampaikan kepada Rasulullah - Nabi Muhammad Saw, yang telah memberi teladan dan ilmu yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Dr. H. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, beserta para Pembantu Dekan Drs. Mahmud Jalal MA, dan Drs. Study Rizal LK. MA.

2. Drs. Wahidin Saputra MA, dan Dra. Umi Musyarofah MA, selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

3. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan. 4. Seluruh karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FDK yang telah


(6)

5. Dra. Armawati Arbi M.Si, yang telah membantu membimbing skripsi ini dengan memberikan saran-sarannya.

6. Bens Radio 106,2 FM beserta seluruh karyawan, khususnya Anina Karin selaku Program Director, Puspa, Arie, Ustadz Abdul Hayyi, Ustadz Abdul Jalil, dan Ustadz Aslih Ridwan. Terima kasih atas berbagai kemudahan yang diberikan.

7. OZ Radio Jakarta90,8 FM khususnya Addry Danuatmadja- General Manager, Aditya Maulana - Program Director, Ustadz Firman selaku narasumber, serta Chandra K. Putra selaku Host dan Producer acara “Percikan Iman”. Terima kasih atas pertolongannya diakhir penelitian ini. Semoga sukses selalu...

8. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Alm. Tugimin dan Ibunda Supini. Benteng untuk kokohnya mental penulis sekaligus kontrol diri. “Terima kasih atas limpahan kasih dan sayang yang terberi selama ini, serta segenap do’a, dukungan dan pengorbanannya”. Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga penulis, Yuyun Siti Wahyuni, Anggung Murdianto, Rini Sunarni, Nur Handayaningrum, Ratri Sutejo, dan Bowo Sukoco.

9. Lek Gin & Bulek Dilah sekeluarga di Yogya. (Susilo dan Mega), atas segenap doa dan motivasinya.

10.Sahabat & Keluarga, Siti Pujiati beserta keluarga (Bp. H. Muhammad Muin), Andri Krisdianto beserta keluarga (Bp. Hadi Suwito & Ibu. Aisyah), Restifa Anbiya Yuneni beserta Keluarga (Bp. Yuyun & Ibu. Eni), Haiza Roni beserta keluarga (Bp. H. Ali dan Ibu. Hj. Aminah).


(7)

“Tetaplah disini untuk saling berbagi segala rasa yang kita punya, hingga hanya takdir yang memutusnya”.

11.Teman-teman di Komunikasi angkatan 2004, khususnya Kelas KPI-d. “Bersama kalian penulis belajar tentang banyak hal. Sekecil apapun, takkan pernah bisa terganti.” Khususnya Rosdiana, Mila, Odah, Sella, Hana, Alfi, Ane, Asri, Indri, Rika, Tina, Ika P, Hikmatunisa.

12.Yudhi Kurniawan S.Sos.I dan Abdul Rahman Hakim yang telah membantu penulis memberikan kritik dan saran serta motivasi.

13.Komunitas Mahasiswa Kreatif Audio-Visual (KOMKA), KOPMA, Paduan Suara “Voice of Communication” (VOC), RDK Station 91,8 FM UIN Jakarta atas berbagai pengalaman organisasi yang hebat dan mengesankan.

14.Teman-teman baik yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, namun tak mengurangi rasa sayang dan hormat penulis kepada mereka semua. Terimakasih atas segalanya! tanpa kalian, semuanya takkan bermakna.

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak yang turut perduli akan perkembangan dunia dakwah dan penyiaran radio yang akan semakin baik lagi.

Jakarta, 1 Juni 2009


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

... i

KATA PENGANTAR

... ii

DAFTAR ISI

... v

DAFTAR TABEL

... vii

DAFTAR LAMPIRAN

...

viii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Format, Acara, dan Dakwah... 13

1. Pengertian Format dan Acara ... 13

2. Dakwah dan Unsur-unsurnya ... 15

3. Format Acara Dakwah ... 24

B. Pengertian Radio... 25

1. Karakteristik Radio ... 27


(9)

BAB III

GAMBARAN UMUM BENS RADIO 106,2 FM DAN

OZ RADIO 90,8 FM

A. Sejarah, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan

Program Siaran BENS RADIO 106,2 FM ... 33

1. Sejarah Singkat Berdirinya... 33

2. Visi dan Misi ... 35

3. Struktur Organisasi ... 36

4. Program Siaran ... 37

B. Sejarah, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan Program Siaran OZ RADIO 90,8 FM...39

1. Sejarah Singkat Berdirinya... 39

2. Visi dan Misi ... 40

3. Struktur Organisasi ... 41

4. Program Siaran ... 42

BAB IV

KOMPARATIF BENS RADIO 106,2 FM DENGAN

OZ RADIO 90,8 FM

A. Latar Belakang Hadirnya Acara Dakwah “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) di BENS RADIO 106,2 FM dan “Percikan Iman” di OZ RADIO 90,8 FM ... 45

B. Format Acara Dakwah yang Terdapat di BENS RADIO 106,2 FM dan di OZ RADIO 90,8 FM ... 48

C. Perbedaan dan Persamaan Format Acara Dakwah di BENS RADIO 106,2 FM dengan OZ RADIO 90,8 FM... 59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA

...

75


(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Peran Sosial Radio Sebagai Media Massa ...29 2. Tabel 2 Program dan Jadwal Siaran Harian Bens Radio 106,2 FM ...37 3. Tabel 3 Program dan Jadwal Siaran Mingguan Bens Radio 106,2 FM ....38 4. Tabel 4 Program dan Jadwal Siaran Harian dan Mingguan Oz Radio

90,8 FM...42 5. Tabel 5 Profil Bens Radio 106,2 FM dan Oz Radio 90,8 FM...43 6. Tabel 6 Perbedaan Format Acara Dakwah di Bens Radio 106,2 FM

dengan Oz Radio 90,8 FM ...59 7. Tabel 7 Persamaan Format Acara Dakwah di Bens Radio 106,2 FM

dengan Oz Radio 90,8 FM ...65 8. Tabel 8 Perbandingan Rundown Acara Dakwah “Nasi Ulam” di Bens Radio 106,2 FM dengan “Percikan Iman” di Oz Radio 90,8 FM...67


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Menjadi Pembimbing.

2. Surat Pengantar Melakukan Penelitian di Bens Radio 106,2 FM. 3. Surat Pengantar Melakukan Penelitian di Oz Radio 90,8 FM. 4. Biodata Narasumber Acara Dakwah Nasi Ulam.

5. Biodata Narasumber Acara Dakwah Percikan Iman.

6. Petikan Wawancara Kepada Program Director Oz Radio 90,8 FM. 7. Petikan Wawancara Kepada Program Director Bens Radio 106,2 FM. 8. Petikan Wawancara Kepada Ustadz Firman Zamzami Muhammad –

Narasumber Acara Dakwah ”Percikan Iman” Oz Radio 90,8 FM dan Chandra K. Putra – Host & Producer ”Percikan Iman”.

9. Petikan Wawancara Kepada Ustadz Abdul Hayyi, Ustadz Afit Abdul Jalil, Ustadz Aslih Ridwan – Narasumber Acara Dakwah “Nasi Ulam” Bens Radio 106,2 FM.

10.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Bens Radio 106,2 FM. 11.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Oz Radio 90,8 FM.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan media massa saat ini mengalami kemajuan yang begitu pesat. Ini terbukti dari banyaknya teknologi canggih yang kerap muncul setiap harinya. Batasan manusia dalam berkomunikasi saat ini menjadi kian mudah dan memungkinkan. Ketatnya persaingan di dunia informasi saat ini menjadikan media massa dituntut untuk lebih kreatif dan lebih berkualitas.

“Saat ini media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa, serta menghidupkan industri lain yang terkait; media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. Di lain pihak, institusi media diatur oleh masyarakat.”1

Di antara media massa elektronik yang cukup berhasil menarik perhatian orang adalah radio. Hal ini karena radio memiliki peranan yang sangat signifikan sebagai sarana komunikasi yang mempunyai pengaruh luas. Sebagai media elektronik, radio mempunyai kekuatan besar sebagai sarana pendidikan serta agen perubahan sosial.2 Radio sendiri sebagai media

1

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa suatu pengantar, (Jakarta: ERLANGGA), edisi kedua, h. 3.

2

Antonio Darmanto, Teknik Penulisan Naskah Siaran Radio, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1998), cet. Ke-1. h. 8.


(13)

komunikasi massa memiliki (3) tiga fungsi yaitu, mendidik (to educate), menginformasikan (to inform), dan menghibur (to intertain).3

Dampak radio sendiri saat ini semakin terasa, seiring dengan fungsinya sebagai media penyampai informasi, kini radio memiliki peranan yang cukup besar. Salah satunya sebagai media dakwah yang baru-baru ini telah banyak dilirik dan dikembangkan oleh para praktisi dakwah sebagai salah satu media alternatif penyampaian dakwah.

Berkembangnya teknologi komunikasi saat ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi para juru dakwah (da’i). Dikatakan sebagai peluang berarti dengan semakin beragamnya media komunikasi dan semakin praktis serta efisiennya seorang komunikator berhubungan dengan komunikasi, maka jika komunikasi massa tersebut digunakan sebagai sarana dakwah akan mempercepat proses penyampaian dakwah.4

Meskipun tuntutan akan kebutuhan materialistik selalu ada pada setiap media massa, namun bukan berarti konsep maupun program yang terdapat pada media tersebut mengabaikan nilai-nilai kebaikan (dakwah). Pada perkembangannya, media massa saat ini khususnya radio telah banyak menyesuaikan materi-materi siarannya dengan kebutuhan pendengar, antara lain dengan adanya beberapa program yang bermuatan religius (dakwah) pada siarannya.

Ketertarikan penulis pada penelitian kali ini didasarkan atas belum banyaknya acara-acara dakwah yang kini ada pada sebagian besar siaran radio

3

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Rosdakarya, 1994), cet. ke-8, h. 149-150.

4

Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), cet. Ke-1. h.10.


(14)

di Jakarta. Kebanyakan acara-acara dakwah yang kerap hadir berasal dari siaran stasiun radio yang notabene memang radio keagamaan (dakwah) atau siaran dakwah yang hadir hanya sebatas momentum saja (misalnya ketika bulan Ramadhan). Hal tersebut menjadikan penulis berkeinginan untuk meneliti sebuah format acara dakwah yang ada di Bens Radio 106,2 FM dan Oz Radio 90,8 FM yang notabene bukan radio agama namun memiliki program dakwah pada siarannya.

Alasan penulis memilih Bens Radio 106,2 FM dan Oz Radio 90,8 FM sebagai stasiun radio yang diteliti karena, kedua stasiun radio tersebut memiliki keunggulan serta ciri tersendiri yang menjadikannya layak dijadikan

sampel dalam mengemas format acara dakwah pada radio.

Bens Radio sebagai salah satu stasiun radio swasta di Jakarta yang memiliki keunikan tersendiri, lebih banyak dikenal sebagai radio etnik. Selain itu, menurut hasil survey AC NIELSEN menyebutkan bahwa Bens Radio merupakan stasiun radio dengan pendengar terbanyak se-Jabodetabek pada tahun 2001-2007. Bens Radio juga memiliki jaringan yang luas di beberapa kota di Indonesia dengan lahirnya etnikom (jaringan Radio Etnik). Sedangkan Oz Radio dipilih oleh peneliti karena merupakan salah satu stasiun radio terbesar yang identik dengan anak muda dan telah berdiri sejak tahun 1971. Radio yang juga telah memiliki jaringan di 5 kota besar di Indonesia ini, dalam perkembangannya juga ikut serta dalam keanggotaan National Association Broadcast (NAB). Meski di Jakarta sendiri Oz Radio baru hadir sekitar 1 tahun, namun eksistensinya saat ini sudah mampu bersaing dengan radio-radio lain yang sudah lebih dulu besar di Jakarta.


(15)

Di dasarkan atas faktor-faktor tersebut maka penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi atas tampilan sebuah format acara dakwah pada sebuah stasiun radio yang nantinya bisa dijadikan sebagai gambaran oleh para praktisi radio dalam mengemas sebuah program dakwah radio.

Pendekatan kualitatif digunakan oleh penulis sebagai metode dasar penelitian ini, sedangkan pengolahan dan analisis data menggunakan analisis komparatif yang dilakukan pada dua stasiun radio umum komersil yang mencoba tidak menafikan kebutuhan pasar yang menuntut keuntungan secara materi, tetapi tetap memiliki tanggung jawab sosial sebagai media penyampai dakwah (kebaikan).

Fenomena ini yang kemudian penulis teliti untuk kemudian dipelajari bersama. Bahwa kebutuhan media massa sebagai sarana global saat ini mutlak dibutuhkan, tanpa harus mengabaikan nilai-nilai religius (dakwah) yang memang sepatutnya disampaikan.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul: “format acara dakwah pada radio, studi komparatif Bens Radio 106,2 FM denganOz Radio 90,8 FM”.


(16)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari judul yang penulis angkat, dapat diketahui bahwa penelitian ini terbatas pada Format Acara Dakwah yang terdapat pada siaran Bens Radio 106,2 FM melalui acara “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) dan Acara “Percikan Iman” di Oz Radio 90,8 FM sejak tanggal 9 Februari 2009 sampai dengan tanggal 9 April 2009.

Berdasarkan pembatasan di atas, masalah yang dirumuskan oleh penulis yaitu :

1. Apa Latar Belakang Hadirnya Acara Dakwah “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) di Bens Radio 106,2 FM dan “Percikan Iman” di Oz Radio 90,8 FM?

2. Bagaimana Format Acara Dakwah yang terdapat di Bens Radio 106,2 FM dan di Oz Radio 90,8 FM?

3. Apa Perbedaan dan Persamaan Format Acara Dakwah di Bens Radio 106,2 FM dengan di Oz Radio 90,8 FM?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui Latar Belakang Hadirnya Acara Dakwah “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) di Bens Radio 106,2 FM dan “Percikan Iman” di Oz Radio 90,8 FM.


(17)

b. Mengetahui Format Acara Dakwah yang terdapat di BENS RADIO 106,2 FM dan di OZ RADIO 90,8 FM.

c. Mengetahui Perbedaan dan Persamaan Format Acara Dakwah di Bens Radio 106,2 FM dengan di Oz Radio 90,8 FM.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat akademis : Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi sebagai bahan referensi maupun sebagai perbandingan bagi studi-studi selanjutnya dan menjadikan suatu sudut pandang baru dalam menyusun maupun membandingkan “Format Acara Dakwah” pada media massa khususnya radio.

2. Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan penulis maupun para praktisi penyiaran tentang cara menampilkan Format Acara Dakwah yang lebih kreatif pada sebuah media massa radio, sehingga acara-acara dakwah pada radio tetap dapat ditampilkan secara menarik.

D. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah “pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau


(18)

tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri”.5

“Metode yang sangat bergantung kepada perspektif yang digunakan serta permasalahan yang diteliti dalam rangka melakukan deskripsi (penggambaran), verstehen (pemahaman dan pemaknaan), interpretasi (penafsiran), pengembangan dan eksplorasi”.6

“Metode deskriptif adalah langkah-langkah melakukan representasi objektif tentang semua informasi yang terdapat dalam masalah yang diselidiki. Dengan kata lain, metode ini tidak terbatas sampai dengan pengumpulan data, tetapi meliputi juga analisis dan interpretasi tentang arti data itu”.7

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu demi kemudahan pada proses penelitian dalam menganalisis data-data dan informasi. Data-data yang telah diperoleh dari pelaksanaan penelitian nantinya berbentuk data tulisan dan lisan (data verbal), bukan data nominal atau yang menunjukkan angka-angka.

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah BENS RADIO 106,2 FM dan OZ RADIO 90,8 FM sedangkan objek penelitiannya adalah Format Acara Dakwah pada program “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) di BENS RADIO 106,2 FM dan “Percikan Iman” di OZ RADIO 90,8 FM.

5

Arief Furchan, Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), h. 21-22.

6

Imam Suryo Prayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 101-102.

7

Soejono dan H. Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 24.


(19)

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di kantor serta studio BENS RADIO 106,2 FM yang beralamat di Jalan Jagakarsa No. 39 Jakarta Selatan 12620, telp: (021) 78893333 – 7871984, dan di kantor serta studio OZ RADIO 90,8 FM di Jalan Bangka Raya No. 5/5A Kemang - Jakarta Selatan 12720, telp: (021) 7182103 - 7191910.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi (pengamatan) : yaitu “melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan”.8 peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Peneliti melakukan observasi dengan mengunjungi kantor sekaligus studio siaran BENS RADIO 106,2 FM dan OZ RADIO 90,8 FM. Hal ini dimaksudkan agar peneliti benar-benar mendapatkan informasi yang akurat mengenai format acara dakwah yang diterapkan pada masing-masing stasiun radio tersebut.

b.Interview (wawancara) : yaitu peneliti memperoleh data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada narasumber. Tanya jawab9 dilakukan secara tatap muka langsung dengan pihak terkait yang bertanggung jawab di BENS RADIO 106,2 FM dan OZ RADIO 90,8 FM dalam hal memberikan informasi maupun proses produksi.

c. Dokumentasi : metode dokumentasi adalah mencari data dengan hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

8

Winarno Surahmad, Menyusun Rencana Penelitian, (Bandung: Tarsita, 1989), h. 162.

9


(20)

prasasti notulen rapat, lengger agenda dan sebagainya.10 Adapun metode dokumentasi berproses dan berawal dari penghimpunan dokumen sesuai dengan tujuan penelitian, menerangkan dan mencatat serta menafsirkannya dan menghubung-hubungkannya sesuai dengan fenomena lain.11

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan formula analisis komparatif yang berarti bersifat perbandingan; menyatakan perbandingan; studi.12 Sebagaimana penjelasan Dra. Aswani Sudjud tentang penelitian komparasi. Menurut beliau penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur, kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap ide-ide.13

Apabila dikaitkan dengan pendapat Van Dalen tentang jenis-jenis

Interrelationship studies, maka penelitian komparatif boleh jadi dapat dimasukkan sebagai penelitian kedua yaitu causal comparative studies

yang disebutkan belakangan oleh Van Dalen merupakan penelitian

10

Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid II, (Yogyakarta: 2002), h. 160.

11

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), cet. Ke-1, h. 77.

12

J.S.Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2005), cet. ke-2, h. 186.

13

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik Edisi Revisi VI, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet. ke-13, h. 267-268.


(21)

komparatif yaitu ingin membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya.14

Formula perbandingan, bila teoretis menyebutkan perbedaan gejala yang berbeda pada dua fenomena atau lebih. Pesan satu-sisi (one-sided message) lebih efektif terhadap komunikan yang tidak terdidik (uneducated), sedangkan pesan dua-sisi (two-sided message) lebih efektif untuk komunikan yang lebih terdidik (educated people).15

E. Tinjauan Pustaka

Meskipun telah hadir beberapa judul skripsi yang mengangkat tema-tema dunia penyiaran radio di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, mulai dari analisis isi program siaran, format program siaran, maupun stasiun radio itu sendiri, namun sebagian besar hanya sebatas menganalisis tanpa membandingkannya (compare). Selain itu, stasiun radio yang ditelitipun kebanyakan adalah radio-radio yang notabenenya memang radio-radio Islam (dakwah) dan pendengarnya terbatas pada kalangan-kalangan seagama, sehingga segmentasinya menjadi kurang beragam. Atas dasar tersebut penelitian kali ini mencoba membandingkan dua buah format acara dakwah pada dua stasiun radio yang bukan radio dakwah dan memiliki muatan komersil, tetapi tetap mempunyai muatan dakwah dalam format siaran radionya. Judul-judul skripsi yang telah ada antara lain skripsi milik Zulkarnaen 2006, berjudul “Radio Sebagai Media Dakwah Islam, Analisis Isi Format Siaran dan Program Radio Al-Anfal Suara Sejahtera di Tanjung Priok”. “Dakwah Melalui Radio Analisis Program Siaran

14

Ibid.

15

Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. (Malang: UMM Press, 2007), cet.1, h.22.


(22)

Keagamaan Mutiara Senja di Radio As-Syafi’iyah 792 AM Jakarta” (Holil Ma’mun/102051025594/2007). “Analisis Isi Materi Siaran Keagamaan OASE: Halal dan Thoyib di Radio Alaikassalam Jakarta” (Nur Azizah/ 103051028466/2007). “Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Program Siaran Keagamaan Spiritual Sharing di Radio RAMAKO 105,8 FM” (Ulfa Ulufia/104051001884/2008).

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, secara lebih rinci sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan. Bab ini menjelaskan mengenai landasan umum dari skripsi ini. Isinya terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka serta Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis. Bab ini merupakan uraian mengenai tinjauan teoritis yang digunakan pada skripsi ini, antara lain terdiri dari: Pengertian Format dan Acara, Pengertian Dakwah dan Unsur-unsurnya, serta Format Acara Dakwah itu sendiri. Kemudian dijelaskan pula mengenai Pengertian Radio, Karakteristik Radio, dan Radio Sebagai Media Dakwah.

BAB III : Gambaran Umum Bens Radio 106,2 FM dan Oz Radio 90,8 FM. Bab ini berisikan informasi seputar sejarah singkat berdirinya Bens Radio 106,2 FM dan Oz Radio 90,8 FM, visi & misi, struktur


(23)

organisasi, dan Program Siaran di Bens Radio 106,2 FM dan Oz Radio 90,8 FM.

BAB IV : Komparatif Bens Radio 106,2 FM dengan Oz Radio 90,8 FM. Bab ini menjabarkan tentang hasil penelitian seperti: Faktor yang Melatarbelakangi Hadirnya Acara “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) di Bens Radio 106,2 FM dan “Percikan Iman” di Oz Radio 90,8 FM, Format Acara Dakwah yang terdapat di Bens Radio 106,2 FM dan di Oz Radio 90,8 FM, serta Perbedaan dan Persamaan Format Acara Dakwah di Bens Radio 106,2 FM dengan di Oz Radio 90,8 FM. BAB V : Penutup. Bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran-saran mengenai


(24)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Format, Acara, dan Dakwah 1. Pengertian Format dan Acara

Format mengandung arti: “dimensi, ukuran, edisi (buku, majalah), bentuk, pola, struktur”.16 Sedangkan menurut “tinjauan epistimologi, format siaran diartikan sebagai pola, susunan atau bentuk. Antonius Darmanto memberikan format siaran sebagai bentuk kepribadian suatu penyiar radio sebagaimana tercermin dari segi siarannya”.17

Istilah program dapat dianalogikan sebagai barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual pada bentuk bisnis lain. Menurut John R. Birtner, program atau kerap disebut pula dengan istilah acara adalah barang yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mendengarkannya. Dalam dunia keradioan, mengerti format stasiun (station format) adalah jantung dari seluruh kinerja pemograman. Setiap olah produksi program siaran mengacu pada pilihan format stasiun radio yang makin spesifik (segmented) seiring makin banyaknya jumlah radio dan makin tersegmennya pendengar. Makin modern radio, makin terspesialisasi formatnya, makin kompetitif sebuah radio maka makin fokus posisi programnya. Penajaman program siaran adalah konsekuensi dari tajamnya format siaran. Acara sendiri berarti: “kegiatan yang dipertunjukkan, disiarkan, atau dipelombakan; programa (televisi, radio, dsb)”.18

Tiga masukan program: suara, musik, dan bunyi dapat dipadukan dengan banyak cara, dan melalui penyajian, “perlakuan khusus”, menghasilkan alur produksi yang unik atau program.19 Sedangkan “pola acara adalah susunan mata acara yang akan disiarkan, baik harian, 16

Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 180.

17

Antonius Darmanto, Teknik & Penulisan Naskah Acara dan Siaran Radio, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1998), cet ke-1, h. 6.

18

Pusat Bahasa DEPDIKNAS, KBBI Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 4.

19

Howard Gough, Perencanaan-Penyajian-Produksi Programa Radio, (Kuala Lumpur: AIDB: Asia-Pacific Institute For Broadcasting Development, 1999), h. 297.


(25)

mingguan, tengah bulanan, bulanan, triwulan, tengah tahun, dan tahunan. Khusus untuk pola acara harian disebut rundown”.20

Tiap mata acara (program) harus dibuatkan: a. Judul mata acara

b. Kriteria/batasan mata acara c. Format/bentuk penyajian d. Durasi/lama waktu siaran

Penentuan mata acara, sebaiknya dilandasi oleh: a. Misi, fungsi, dan tugas stasiun penyiaran

b. Landasan filosofi, konstitusional, dan operasional c. Hasil riset khalayak sebagai konsumen

d. Norma, etika, dan estetika yang berlaku e. Kebijaksanaan intern dan ekstern21

Semua mata acara siaran, baik radio maupun televisi pada dasarnya harus direncanakan. Karena ada pemeo yang mengatakan bahwa radio is planning dan television is planning, kecuali dalam hal-hal tertentu yang memang tidak dapat direncanakan.

Tujuan dari berbagai pendekatan produksi terhadap mata acara siaran, baik radio maupun televisi, adalah untuk menciptakan mata acara siaran yang baik dan benar, komunikatif dan menarik khalayak, sehingga khalayak yang tidak lain merupakan konsumen siaran merasa memperoleh informasi yang bermanfaat dan terhibur. Dengan demikian kebutuhan dan keinginan khalayak menjadi terpenuhi.22

Kemasan sebuah acara, dipengaruhi pula oleh bentuk proses produksi yang dipilih, sehingga susunan acara, materi, dan hal-hal teknis lainnya dapat turut disesuaikan dengan langkah produksi yang digunakan. Dalam hal ini, ada dua bentuk proses produksi acara radio, terutama 20

J.B. Wahyudi, Dasar-dasar Manajemen Penyiaran, (Jakarta: Gramedia, 1994), h. 22.

21

Ibid.

22


(26)

setelah proses penulisan naskah selesai, yaitu (1) on air, produksi dilakukan secara langsung dari ruang siaran, tanpa melalui tahap pengeditan dan penggabungan materi secara mekanis. (2) off air, produksi dilakukan didalam ruang produksi yang meliputi sejumlah tahap sampai sebuah paket acara siap disiarkan.23

2. Dakwah dan Unsur-unsurnya

Secara etimologis kata dakwah berasal dari bahasa Arab: da’a – yad’u – da’watan yang berarti: seruan, ajakan, panggilan.24 Adapun definisi da’wah dalam Islam ialah: “Mengajak ummat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya”.25 Seperti yang terdapat didalam Al-Qur’ansuratAli-Imran ayat 104:



!"

#$%

! &'

($ !* +&,$$

-./0

1

2!"

34

$%

5

.689:"

'

 *;

<= 3"

> ?34

$%

1@AB

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”26

Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan

23

Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta: Pustaka Populer LKIS, 2004), h.51.

24

Tim Penyusun Ensiklopedia Islam, Depag RI, Ensiklopedi Islam I, (Jakarta: CV Anda Utama, 1993), h. 231.

25

Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung: Diponegoro, 1981), h. 13.

26


(27)

secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur paksaan. Dengan demikian maka esensi dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk kepentingan juru dakwah/juru penerang.27

Sedangkan secara terminologi dakwah itu dapat diartikan sebagai sisi positif dari ajakan untuk menuju keselamatan dunia akhirat. Sedangkan menurut istilah para ulama memberikan takrif (definisi) yang bermacam-macam antara lain:

a. Syekh Ali Makhfudh dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin,

mengatakan dakwah adalah “Mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.28

b. HSM. Nasarudin Latif (Teori dan Praktik Dakwah Islamiah) mendefinisikan dakwah: “Setiap usaha aktivitas dengan tulisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah swt. Sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah.”

c. Aboebakar Atjeh dalam bukunya, Beberapa Catatan Mengenai Dakwah Islam, mengatakan, “Dakwah adalah seruan kepada seluruh umat manusia untuk kembali pada ajaran hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik”.29

“Dakwah intinya adalah mengajak orang, atau mempengaruhi orang agar mereka mau memenuhi ajakan da’i.”30 Dakwah juga suatu proses upaya mengubah sesuatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai

27

M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bulan Bintang, tt), h. 17.

28

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 4.

29

Ibid, h. 5-6.

30


(28)

ajaran Islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu al-Islam.31 Selain itu, “dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas”.32

Sehubungan dengan hal tersebut, maka kesuksesan dakwah saat ini tidak terlepas dari unsur-unsur dakwah itu sendiri. Yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah tersebut ialah, komponen-komponen yang memang selalu ada dalam kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut meliputi, Da’i

(pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah),

wasilah (media dakwah), thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah). 1) Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga. Da’i sering disebut kebanyakan orang dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam). Akan tetapi, sebutan tersebut sebenarnya lebih sempit dari sebutan da’i yang sebenarnya. Apabila kita kembali kepada Al-Qur’an dapat disimpulkan pelaku dakwah pertama itu adalah nabi Muhammad saw. Dengan adanya kata minkum. Kata itu menunjukan bahwa umat Muhammad punya kewajiban untuk melaksanakan dakwah. Hal tersebut juga dikuatkan

31

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h.31.

32


(29)

dengan adanya Hadist Rasulullah saw. “Sampaikanlah oleh mu, walaupun sepotong ayat”.33

Selain itu, di dalam Al-Qur’an dan Sunnah juga terdapat penjelasan mengenai amar ma’ruf nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa bendera dakwah Islam. Merekalah yang mampu mengajarkan agama, baik melalui tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individu dan masyarakat dapat memahaminya.34

2) Mad’u (Mitra dakwah atau Penerima Dakwah)

Unsur dakwah yang kedua adalah mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak; atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.

Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan mengajak mereka mengikuti agama Islam; sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam, dan ihsan.

Mad’u (mitra dakwa) terdiri dari berbagai macam golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri, profesi, ekonomi, dan seterusnya. Penggolongan mad’u tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Dari segi sosiologis, masyarakat terasing, pedesaan, perkotaan, kota kecil, serta masyarakat di daerah marjinal dari kota besar.

2. Dari struktur kelembagaan, ada golongan priyayi, abangan dan santri, terutama pada masyarakat jawa.

33

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h.75 & 77.

34

Mustofa Ar-Rafi’i, Potret Juru Dakwah, (Jakarta: Pustaka al-kausar,2002), h.51., dalam Moh. Ali Aziz, h.77.


(30)

3. Dari segi tingkat usia, ada golongan anak-anak, remaja, dewasa dan golongan orang tua.

4. Dari segi profesi, ada golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri dan swasta serta karyawan.

5. Dari segi tingkatan sosial ekonomi, ada golongan kaya, menengah, dan miskin.

6. Dari segi jenis kelamin, ada golongan pria dan wanita.

7. Dari segi khusus, ada masyarakat tunasusila, tunawisma, tunakarya, narapidana, dan sebagainya.35

3) Maddah (Materi dakwah)

Unsur lain yang selalu ada dalam proses dakwah adalah maddah

atau materi dakwah. Maddah dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i pada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena itu, maddah dakwah adalahmembahas ajaran Islam itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan maddah dakwah Islam. Akan tetapi, ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah itu secara garis besar dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Akidah, yang meliputi: a. Iman kepada Allah

b. Iman kepada Malaikat-Nya c. Iman kepada Kitab-kitab-Nya d. Iman kepada Rasul-rasul-Nya e. Iman kepada hari akhir f. Iman kepada qadha-qadhar 2. Syari’ah

a. Ibadah (dalam arti khas):

Thaharah, Sholat, Shaum, Zakat, Haji. b. Muamallah (dalam arti luas) meliputi:

1. Al-Qununul Khas (hukum perdata): hukum niaga, nikah, waris 2. Al-Qanunul’am (hukum publik): hukum pidana, negara, hukum perang dan damai, dan lain-lain.

35

M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h.13-14., dalam Moh. Ali Aziz, h. 91.


(31)

3. Akhlaq

a. Akhlaq terhadap khaliq b. Akhlaq terhadap makhluk

- Akhlak terhadap manusia (diri sendiri, tetangga, dan masyarakat lainnya)

- Akhlak terhadap bukan manusia (Flora, Fauna, dan sebagainya)36

4) Wasilah (Media Dakwah)

Unsur dakwah yang keempat adalah wasilah (media) dakwah, yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u.

Pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah yang dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk menerima dakwah. Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.37

“Arti istilah media bila dilihat dari asal katanya (etimologi), berasal dari bahasa Latin yaitu “median”, yang berarti alat perantara. Sedangkan kata media merupakan jamak dari pada kata median tersebut. Pengertian semantiknya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.”38

Seorang da’i atau juru dakwah dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia tidak akan lepas dari sarana atau media (wasilah) dakwah. Kepandaian untuk memilih media dakwah yang tepat merupakan

36

Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: Rajawali, 1996), h.71, dalam Moh.Ali Aziz, h. 94-95.

37

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 120.

38

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.163.


(32)

salah satu unsur keberhasilan dakwah. Terlebih dalam mengantisipasi perkembangan zaman yang saat ini dimana ilmu pengetahuan berkembangan dengan pesat yang ditandai dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi. Ketertinggalan umat Islam dan ketertutupan dari dunia luar, sedikit banyak menjadi salah satu penyebab ketidak berhasilan dakwah.39

Masyarakat masa kini adalah masyarakat plural yang berkembang dengan berbagai kebutuhan yang praktis, sehingga kecanggihan teknologi mau tidak mau akan menghadapi dan menjadi idaman dalam kehidupan masyarakat. Kecanggihan teknologi telah membuka sekat dan menghilangkan batas ruang-waktu, sehingga memilih dan menggunakan media dakwah yang tepat sudah merupakan keharusan dan tuntutan zaman. Dengan demikian, media dakwah merupakan wasilah bagi keberhasilan dakwah yang dilakukan.40

a. Peran Media Dakwah

Dalam artian sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu dakwah, atau yang popular di dalam proses belajar mengajar disebut dengan istilah “alat peraga”. Alat bantu berarti media dakwah memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. Artinya proses dakwah tanpa adanya media masih dapat mencapai tujuan yang semaksimal mungkin.

Sebenarnya media dakwah ini bukan hanya berperanan sebagai alat bantu dakwah, namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu sistem, 39

Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005), h. 157.

40


(33)

yang mana sistem ini terdiri dari beberapa komponen (unsur) yang komponennya satu dengan lainnya saling kait mengait, bantu membantu dalam mencapai tujuan. Maka dalam hal ini media dakwah mempunyai peranan atau kedudukan yang sama dibanding dengan komponen yang lain, seperti metode dakwah, objek dakwah dan sebagainya. Apalagi dalam penentuan strategi dakwah yang memiliki azas efektifitas dan efisiensi, peranan media dakwah menjadi tampak jelas perananya. Hal ini identik dengan apa yang dikatakan Gagne, ia menerangkan tentang kedudukan media instruksional dalam proses belajar (24:4) yaitu:

Media represent one component of delivery systems. Delivery is the total of all component necessary to make an instructional systems operates as intended”.41

b. Alasan Pentingnya Media Dakwah

“Dakwah adalah suatu proses yang kompleks dan unik. Kompleks artinya di dalam proses dakwah mengikut sertakan keseluruhan aspek kepribadian, baik bersifat jasmani maupun rohani. Sedangkan unik artinya di dalam proses dakwah sebagai objek dakwahnya terdiri dari berbagai macam perbedaan, seperti berbeda dalam kemampuan, kehendak, sifat, kebudayaan, idiologi, filsafat dan sebagainya.”42

Media dakwah dapat berfungsi sebagaimana mestinya apabila tepat dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta prinsip-prinsip penggunaannya.

41

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 163-164.

42


(34)

5) Thariqah (Metode Dakwah)

Metode dakwah, adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah (Islam). Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan.43 Banyak metode dakwah yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits akan tetapi pedoman pokok dari keseluruhan metode tersebut adalah firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 125.

CD$%

5

BEF

G.H

.6

- I

.4

#$$

-"K

.4

$%

0LM

#$%

N

O3/

:.P

QARS

$$

-

TI

;

3 LM U

5

.6V- I

*;

WO > 

.4

-

EL@

X

%F

G.H

N

*;

WO > 

YZ

[ /34

$$

-

1@\

B

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”44

Karena dari ayat tersebut secara garis besar ada tiga pokok metode (thariqah) dakwah, yaitu:

1. Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

2. Mauidhaah Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih

43

Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 123.

44


(35)

saying, sehingga nasihah dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.

3. Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjalankan yang menjadi sasaran dakwah.45

6) Atsar(Efek Dakwah)

Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi. Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering kali dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan maka selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya.46

3. Format Acara Dakwah

Berdasarkan pengertian format, acara, dan dakwah pada lembar sebelumnya, maka penulis coba mendefinisikan pengertian format acara dakwah sebagai bentuk maupun struktur pada serangkaian awal hingga akhir sebuah program keagamaan, yang bertujuan untuk mengajak khalayak kepada kebaikan.

Dalam kaitannya dengan media massa radio, dapat pula diartikan sebagai bentuk program siaran yang bertujuan untuk mengajak pendengarnya kepada kebaikan. Sehingga kemasan sebuah acara dakwah dapat tampil menarik, serta diharapkan mampu memberi pengaruh (impact) yang baik kepada pendengarnya.

45

Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hal. 136.

46


(36)

B. Pengertian Radio

Radio adalah siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara.47 Secara terminologi Radio siaran seperti didefinisikan dalam peraturan adalah pemancaran radio yang langsung ditunjukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.48

“Julian Newby dalam bukunya Inside Broadcasting menyebutkan,

radio is the birth of broadcasting (radio adalah anak pertama dunia penyiaran).”49 Radio adalah suara. Suara merupakan modal utama terpaan radio ke khalayak dan stimulasi yang dikoneksikan kepadanya oleh khalayak. Secara psikologis suara adalah sensasi yang terpersepsikan ke dalam kemasan auditif.50 Selain itu, radio juga merupakan suatu sarana yang mungkin digunakan untuk memecahkan masalah pendidikan, oleh karena itu radio dapat menjadi bagian dari teknologi pengajaran pada sistem pendidikan.51

Radio merupakan media massa paling luas di muka bumi. Tidak ada sejengkal tanah dan permukaan laut pun yang tidak terjamah oleh signal elektromagnetik yang dipancarkan oleh lebih dari 35.000 stasiun radio diseluruh dunia. Total jangkauan radio melebihi media televisi dan apalagi surat kabar atau media cetak.52

Program acara radio selama beberapa periode terakhir ini meliputi musik dan atau variety shows, komedi, drama dan berita. Sedang Dominick

47

Frista Artmanda W., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media,tt), h.920.

48

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi teori dan Praktek, (Bandung: Rosdakarya, 1992), cet. ke-1, h.165.

49

Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2004), h.15.

50

Ibid, h.16.

51

Howard Gough, Perencanaan-Penyajian-Produksi Programa Radio, h. 372.

52

Asep Syamsul M. Romli, Broadcast Journalism Panduan Menjadi Penyiar, Reporter & Script Writer, (Bandung: Nuansa, 2004), h. 22-23.


(37)

(1983) membagi 4 kategori dasar format acara radio yaitu (1) music; (2) talk; (3) news; dan (4) black and etnic. 53

Secara umum mata acara radio diperoleh dari 4 sumber, yaitu : 1. Jaringan antar stasiun atau merelay dari stasiun penyiaran lain. 2. Rekaman dan atau menyewa dari rumah produksi.

3. Produksi sendiri.

4. Sindikasi program atau pertukaran program dengan pihak lain yang menjadi kongsinya.

“Dari manapun materi acara diperoleh, isi pesan baik audio maupun visualnya harus sesuai dengan ketentuan dan kebijaksanaan yang ada, baik kebijaksanaan intern maupun yang berasal dari pemerintah yakni sebagaimana diatur dalam Bab IV Pelaksanaan Siaran pada Bagian Pertama tentang Isi Siaran khususnya Pasal 35 Undang-undang Penyiaran,”54 yang berbunyi “Isi siaran harus sesuai dengan asas, tujuan, fungsi, dan arah siaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5.”55

“Radio hari ini (radio today) menurut Yoseph R. Dominick sarat tiga hal, yaitu kompetisi, konsolidasi, dan kontrol. Semua terjadi karena radio siaran awal abad-21 dianggap paling strategis.”56 Oleh karena itu, maka radio sebagai sebuah media massa memiliki peran serta dampak yang cukup besar bagi khalayak. Karenanya, radio menjadi salah satu media yang kini banyak dilirik keberadaannya, serta banyak digunakan sebagai media promosi, sosialisasi, penyampai informasi, dan termasuk sebagai media penyampai pesan dakwah yang dianggap lebih efektif.

53

Tommy Suprapto, Berkarier di Bidang Broad Casting,(Yogyakarta: Media Pressindo, 2006), h.13-14.

54

Ibid, h.15-16.

55

Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Undang-undang Penyiaran & Pers, (Bandung: Fokus Media, 2005), h.22.

56


(38)

1. Karakteristik Radio

Radio memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa lainnya. Dibandingkan dengan media massa lain, media radio memiliki karakteristik khas sebagai berikut:

1. Auditori. Radio adalah “suara”, untuk didengar, karenanya isi siaran bersifat “sepintas lalu” dan tidak dapat diulang. Pendengar tidak mungkin “menoleh kebelakang” sebagaimana pembaca Koran yang bisa kembali kepada tulisan yang sudah dibaca atau mengulang bacaan.

2. Transmisi. Proses penyebarluasannya atau disampaikan kepada pendengar melalui pemancaran (transmisi).

3. Mengandung gangguan. Seperti timbul tenggelam (fading) dan gangguan teknis “channel noise factor”.

4. Theatre of Mind. Radio mencipta gambar (makes pictures) dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan suara. Siaran radio merupakan seni memainkan imajinasi pendengar melalui kata dan suara. Pendengar hanya bisa membayangkan dalam imajinasinya apa yang dikemukakan penyiar, bahkan tentang sosok penyiarnya sendiri.

5. Identik dengan musik. Radio adalah sarana hiburan termurah dan tercepat sehingga menjadi media utama untuk mendengarkan musik. Dalam hal musik, radio memiliki daya surprise seketika atau memberi kejutan, karena pendengar biasanya tidak tahu lagu apa yang disajikan. Berbeda dengan memutar kaset yang sudah bisa ditebak urutan lagunya.57

Karakteristik radio memberikan manfaat yang unik, baik ditinjau dari sisi kelebihan maupun kekurangannya. Dengan memahami kekuatan dan kelemahan radio, penyiar dapat merencanakan konsep implementasi untuk menghasilkan produksi siaran yang lebih efektif dan efisien. Dalam bukunya Media Fack Book-KBP, Pedroche, Toledo, dan Mantilla mengungkapkan bahwa karakteristik radio memberikan manfaat yang unik, di antaranya (1) menarik imajinasi, (2) cepat, radio merupakan alat

57

Asep Syamsul M. Romli, Broadcast Journalism-Panduan menjadi penyiar, reporter & script writer, (Bandung: Nuansa, 2004), h. 22-23.


(39)

informasi yang efisien dan tanpa banding, (3) mudah dibawa, (4) tidak memerlukan kemampuan membaca dan menulis, (5) tidak memerlukan konsentarasi yang penuh dari pendengarnya, (6) cukup murah, (7) mudah digunakan. Seperti yang lainnya, radio juga memiliki keterbatasan yakni bahwa radio hanya sebuah media buta.58

Sekalipun radio disebut media buta karena hanya berupa suara, namun suara merupakan sebuah instrument penting yang perlu dikaji lebih mendalam. Sculberg dalam bukunya Radio Advertising-The Authoritative Handbook mengatakan bahwa para ahli psikologi telah menyimpulkan bahwa memori ingatan yang berasal dari aspek pendengaran manusia, ternyata jauh lebih kuat daripada ingatan yang diperoleh dari indra penglihatan atau penciuman. Kecepatan respon manusia terhadap suara yang langsung masuk ke otak sekitar 140 milidetik, sedangkan respons terhadap cahaya berupa kata-kata dan gambar mencapai 180 milidetik. Perbedaan waktu sekitar 40 milidetik ini merupakan waktu yang diperlukan untuk merespons gambar yang diteruskan kebagian aural diotak untuk mendapatkan proses identifikasi sebelum gambar tersebut bergerak dan masuk ke sistem penerimaan visual di otak. Lebih lanjut dikatakan juga oleh Chantler dan Harris dalam bukunya Local Radio Journalism

bahwa radio adalah media terbaik untuk berimajinasi. Pendengar selalu mencoba berimajinasi terhadap apa yang didengar dan apa yang dijelaskan. Sculberg menjelaskan bahwa radio bukanlah pesawat televisi tanpa gambar, karena tidak ada gambar yang sifatnya literal. Saat radio melakukan siaran dengan penuh kreativitas oleh para penggagas program-programnya dan juga oleh para pengiklannya, maka radio dapat memberikan kesan tersendiri dalam pikiran orang.59

Prinsip-prinsip mengerjakan produksi acara di radio sebagai media publik, menurut Robert McLeish adalah (1) untuk memaparkan semua ide baik yang radikal, tradisional, maupun pro-kemapanan; (2) membantu individu dan kelompok dalam masyarakat untuk dapat saling berbicara, mengembangkan sikap perduli sebagai anggota masyarakat majemuk; (3) memobilisasi sumber daya publik dan pribadi baik dalam situasi darurat maupun normal, sehingga terjadi distribusi kekayaan, kesejahteraan, dan 58

Harley Prayudha, Radio Penyiar IT’S NOT JUST A TALK, (Malang: Bayumedia, 2006), h. 11-12.

59


(40)

keamanan secara merata; (4) membantu pendengar mengembangkan persetujuan objektif dan menentukan pilihan politik, membantu terjadinya debat sosial dan politik, mengekspos isu-isu dan pilihan-pilihan rasional bagi publik dalam melakukan aksi; (5) berfungsi sebagai anjing penjaga / pengontrol terhadap pengelola kekuasaan, menjalin kontak dengan publik dalam proses komunikasi yang demokratis.60

Tabel 1

Peranan Sosial Radio sebagai Media Massa PERAN SOSIAL RADIO

Sosialisasi 1. Menyebarluaskan informasi dan hiburan yang membuat optimism serta menjalin interaksi dialogis antar pendengar.

2. Menjalin komunikasi untuk saling berkarya, mengubah berbagai persepsi dan kecurigaan yang tidak perlu. Aktualisasi 1.Menyegarkan memori pendengar terhadap peristiwa

actual dan momentum yang penting bagi kehidupan mereka.

2.Mengagendakan masalah-masalah sosial agar menjadi isu dan keprihatinan bersama ketimbang masalah personal.

Advokasi 1. Mendesak semakin terbukanya kebijakan politik-ekonomi bagi partisipasi selruh lapisan pendengar. 2. Memediasi antar berbagai pihak yang sedang berkonflik

sehingga muncul solusi damai dan saling menguntungkan.

Memahami radio sebagai institusi sosial tidak semata bahwa radio harus menyediakan ruang seperlunya bagi aktivitas non komersial, yang penting adalah menjadikan seluruh irama siarannya bermakna bagi kehidupan sosial pasca keuntungan ekonomi yang diperoleh dari acara itu. Perbedaan mendasar antara media cetak dan media penyiaran termasuk radio adalah penggunaan frekuensi sebagai milik publik. Dengan

60


(41)

demikian, radio lebih memiliki tanggung jawab sosial sebagai institusi milik publik ketimbang media cetak.61 Sehingga, upaya dari berbagai stasiun radio yang ada saat ini agar dapat menyuguhkan program-programnya yang kreatif, cerdas, dan menghibur, dapat hadir secara berimbang, tanpa harus melunturkan nilai jual maupun sisi komersil dari program-program tersebut.

2. Radio Sebagai Media Dakwah

Sebagai sebuah media massa yang memiliki pengaruh serta dampak yang besar di masyarakat, media massa radio banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai media penyampai informasi yang efektif dan ekonomis, karena pesan yang disampaikannya dianggap mampu menjangkau banyak kalangan hingga ke pelosok. Hal tersebut yang juga coba diterapkan oleh para praktisi dakwah (Da’i) dalam menyampaikan pesan dakwahnya kepada khalayak secara efektif, dengan memilih radio sebagai salah satu sarananya. Namun, dari berbagai keunggulan media massa, radio juga memiliki beberapa keutamaan serta kelemahan, seperti berikut:

a. Keutamaan radio sebagai media dakwah antara lain:

1. Program radio dipersiapkan oleh seorang ahli, sehingga bahan yang disampaikan benar-benar berbobot (bermutu).

2. Radio merupakan bagian dari budaya masyarakat.

3. Harga dan biaya cukup murah, sehingga masyarakat mayoritas memiliki alat itu.

4. Mudah dijangkau oleh masyarakat. Artinya audien/ pendengarnya cukup dirumah.

61


(42)

5. Radio mampu menyampaikan kebijaksanaan, informasi secara tepat dan akurat.

6. Pesawat mudah dibawa kemana-mana. 62

b. Kelebihan-kelebihan radio sebagai wasilah dakwah adalah: 1. Bersifat langsung

Untuk menyampaikan dakwah melalui radio, tidak harus melalui proses yang kompleks sebagaimana penyampaian materi dakwah lewat pers, majalah umpamanya dengan mempersiapkan secarik kertas, da’i dapat secara langsung menyampaikan dakwah di depan mikrofon.

2. Siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan

Faktor lain yang menyebabkan radio dianggap memiliki kekuasaan ialah bahwa siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan selain waktu, ruang pun bagi radio siaran tidak merupakan masalah, bagaimanapun jauhnya sasaran yang dituju. Daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau dakwah dengan media lain dapat diatasi dengan wasilah radio ini.

3. Radio siaran mempunyai daya tarik yang kuat

Faktor lain yang menyebabkan radio memiliki kekuasaan ialah daya tarik yang kuat yang dimilikinya. Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni:

- Musik - Kata-kata - Efek Suara 4. Biaya yang relatif murah

Di banyak Negara di Dunia Ketiga seperti Asia, Afrika, dan Amerika Latin, radio umumnya telah menjadi media utama yang dimiliki setiap penduduk, baik yang kaya maupun yang miskin. Bedanya, hanya kecanggihan radio itu sendiri.

5. Mampu menjangkau tempat-tempat terpencil

Di beberapa Negara, radio bahkan merupakan satu-satunya alat komunikasi yang efektif untuk menghubungi tempat-tempat terpencil.

6. Tidak terhambat oleh kemampuan baca dan tulis

Disamping keuntungan-keuntungan di atas, radio juga memiliki keuntungan lain. Siaran radio tidak terhambat oleh kemampuan baca dan tulis khalayak. Dibeberapa Negara Asia tingkat kemampuan baca dan tulis populasinya lebih dari 60%. Jutaan orang tersebut tidak disentuh oleh media massa lain kecuali bahasa radio dalam bahasa mereka. (Efendi, 1986: 173)63

62

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.176.

63


(43)

Beberapa keunggulan lain dari mass media radio sebagai alat komunikasi adalah:

a. Proses penyampaian pesan relatif cepat dan menembus jarak jauh.

b. Dapat dihayati dan dipahami tanpa pembatasan umur serta dalam kondisi yang bagaimanapun, baik sedang bekerja, istirahat, santai, duduk dan sebagainya.

c. Dapat menampung aspirasi masyarakat, karena acara-acara yang disiarkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagai komunikasi.64

c. Keterbatasan atau kelemahan media radio sebagai media dakwah antara lain adalah :

1. Siaran hanya sekali didengar (tidak dapat diulang), kecuali memang dari pusat pemancarnya.

2. Terikat oleh pusat pemancarnya dan waktu siaran. Artinya siaran radio tidak setiap saat dapat didengar menurut kehendaknya (objek dakwah).

3. Terlalu peka akan gangguan sekitar, baik bersifat alami maupun tehnis.65

64

Rusdi Sufi, Perkembangan Media Komunikasi Di Daerah, (Jakarta: Depdikbud, 1999), h. 25.

65


(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM

BENS RADIO 106,2 FM DAN OZ RADIO 90,8 FM

A. Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan Program SiaranBENS RADIO 106,2 FM

1. Sejarah Singkat Berdirinya Bens Radio 106,2 FM

Indonesia adalah salah satu negara dengan budaya bangsa yang kaya akan nuansa etnik dari berbagai macam kebudayaan yang beraneka ragam. Melihat berkembangnya kecintaan akan negeri sendiri, almarhum Haji Benjamin Suaeb menuangkan budaya dari kampung halaman sendiri (Betawi) lalu mengembangkannya dan memperkenalkan budaya Betawi tersebut melalui bentuk radio yang didirikan 5 maret 1990 dengan nama Bens Radio yang merupakan radio etnik pertama di Indonesia dengan program-program khas budaya Betawi.

Bens Radio adalah radio etnik yang menggali budaya Betawi dan menyiarkan, serta mengolahnya menjadi program radio. Bens Radio tertumpu pada budaya/etnik Betawi agar pendengar merasa menyimak dirinya sendiri, mengamati lingkungan sendiri, menyelami adat istiadatnya sendiri, berdialog dengan bahasa sendiri (budaya dan bahasa Betawi).

Bens Radio, “Betawi punye gaye, selera siape aje” (Betawi punya gaya, selera siapa saja), itulah moto Bens Radio yang berarti Bens Radio dengan gaya Betawi-nya memenuhi kebutuhan hiburan dan informasi


(45)

seluruh lapisan masyarakat yang sudah merupakan bagian dari masyarakat Betawi.

Semangat dan cita-cita almarhum Benjamin Suaeb pada hakekatnya adalah wujud partisipasi dari salah satu putra daerah sebagai bentuk turut aktif melestarikan budaya daerah yang ada di Indonesia. Saat ini Bens Radio melalui II Biem Triany Benjamin putra ketiga dari almarhum telah berhasil mengembangkannya menjadi sepuluh radio yang tersebar di Jawa dan Sumatra yaitu Radio Krakatau 96 FM Labuan Banten, ADS 106.5 FM Cikampek, GSP 92.85 FM Pamanukan, Lean Puri 102.65 Baturaja OKU Sumsel, 94.5 Kayu Agung FM OKI Sumsel, 93.55 Banten FM, 92.85 Cirebon FM, 92.85 Sriwijaya FM Palembang, 89.7 Pasundan FM Cianjur, Indralaya FM, Bandung FM Bandung.

Bens Radio konsisten dengan format etnik Betawi sejak kelahirannya pada 5 Maret 1990, Bens Radio berhasil meraih prestasi sebagai radio dengan pendengar terbanyak se-Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi sejak tahun 2000 sampai sekarang.

Positioning Bens Radio sebagai Radio Betawi satu-satunya, bukan berarti hanya suku Betawi saja yang menjadi target marketnya, akan tetapi seluruh lapisan masyarakat se-Jabodetabek merupakan target market Bens Radio.66


(46)

2. Visi dan Misi BENS RADIO 106,2 FM a. Visi Bens Radio

Menjadi radio yang mengusung nilai-nilai Etnik Betawi di Jakarta. b. Misi Bens Radio

1) Menyebarluaskan informasi, edukasi dan hiburan melalui pendekatan etnik Betawi.

2) Melakukan kegiatan-kegiatan konversi atau pelestarian budaya Betawi melalui audio.

3) Memberdayakan komunitas tertentu dalam hal perdokumentasian dan penyebaran.

4) Membentuk divisi tertentu untuk menyelenggarakan kegiatan seni budaya.

5) Bersama lembaga/instansi terkait untuk membantu menyediakan informasi etnik Betawi.67


(47)

3. Struktur Organisasi BENS RADIO 106.2 FM

Keterangan:

BOD/Direksi : 1. Biem T. Benyamin 2. Benny P. Benyamin Operational Manager : Riza Alibasah

Program Director : Anina Karin Marketing Promosi : Budi Purwanto


(48)

4. Program Siaran di BENS RADIO 106,2 FM a. Acara Harian (Daily Program)

Tabel 2

Program Harian Bens Radio 106,2 FM Senin –

Minggu 05.00-06.00

NASI ULAM (Nasihat Ulama)

Siraman Rohani Islam bersama Ustadz Drs. H. Abdul Hayyi, Ustadz Abdul Jalil & Ustadz Aslih Ridwan

Senin – Minggu 06.00-09.00

BEGAYA Pengantar aktifitas pagi dengan informasi aktual, dilengkapi dengan Aje Gile (editorialnya Bens Radio), Kok Gini (Kota Kita Pagi Ini / Layanan Pengaduan Masyarakat) dan Talk Show

Senin – Sabtu 09.00-12.00

TEMENAN Bahasan ringan seputar rumah tangga dan pernak-perniknya, wawancara artis pop

Senin – Kamis 12.00-14.00

GADO-GADO BETAWI

Pengantar istirahat makan siang, disertai dengan salam antar pendengar via SMS, wawancara artis dangdut

Senin – Jum’at 14.00-16.00

PANTUN

CEPLAS-CEPLOS

Ceplas-ceplos, omongan asal ceplos, spontan, tapi nggak bikin kesel, yang dengerin pasti geregetan

Senin – Sabtu 16.00-18.00

RONDA SORE Obrolan santai menjelang sore

Senin – Sabtu 18.00-21.00

NGASO Ngedengerin acara sambil ngobrol, dilengkapi dengan tips, games serta wawancara artis pop


(49)

Minggu – Jum’at 23.00-02.00

RONDA Pengantar istirahat malam, disertai obrolan dan salam sapa antar pendengar

b. Acara Mingguan (Weekly Program) Tabel 3

Program Mingguan Bens Radio 106,2 FM

ACARA HARI WAKTU

BOLLYMANIA (Lagu India) Senin 21.00-23.00 BLAK-BLAKAN (Konsultasi

Psikologi/Curhat)

Selasa 21.00-23.00

NGETEM CAMPUR-CAMPUR (Lagu Campursari)

Rabu 21.00-23.00

NGABARIN (Lagu-lagu Iwan Fals & Info) Kamis 18.30-21.00 BEGADANG (Lagu-lagu Rhoma Irama) Kamis 21.00-23.00

NGAJI Jum’at 11.00-14.00

ASAL GOBLEK (Lagu-lagu Benyamin) Jum’at 21.00-23.00 BETAWI KITE (Lagu-lagu Betawi Asli) Sabtu 12.00-14.00 BANG JACK (Informasi Olah Raga) Sabtu 14.00-16.00 NYABA SLANK (Lagu-lagu Slank &

Info)

Sabtu 18.30-21.00

ASAL NGUAP (Cerita Lucu) Sabtu 21.00-23.00 NGUPI (Gosip-gosip Artis Terkini) Minggu 06.00-09.00 JAWARA POP (Lagu-lagu Pop Terkini) Minggu 09.00-10.00 KOES MANIA (Lagu-lagu Koes Plus) Minggu 10.00-13.00 SMS (Santai Minggu Siang) Minggu 13.00-15.00 BEKOAR LIVE (Bens Karoke Audisi

Radio)

Minggu 15.00-17.00

LAPAN (Lagu Pop Kenangan) Minggu 18.00-21.00

JAWARA DANGDUT Minggu 21.00-22.00

PANGGUNG BETAWI Minggu 22.00-23.00


(50)

B. Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan Program SiaranOZ RADIO 90,8 FM

1. Sejarah Singkat Berdirinya OZ Radio 90,8 FM

Radio OZ lahir dari sebuah ide kreatif dan semangat anak muda yang diawali pada 25 desember 1971. Radio OZ pertama kali mengudara di kota Bandung dengan membawa format untuk anak muda, yang bertahan sampai sekarang.

Pengalaman mengelola radio anak muda dalam penyajian program-program terbaiknya selama kurun waktu tersebut, menjadikan Radio OZ handal dalam mengelola dan menyampaikan pesan kepada target anak muda disetiap jamannya. Radio OZ menjadi pelopor berbagai inovasi Radio siaran, diantaranya adalah Outdoor Broadcasting Van (OBV) yang mulai beroperasi pada tahun 1993. Dalam perkembangan Radio OZ ikut serta dalam keanggotaan National Association Broadcast (NAB) Amerika Serikat, Reportase Lintas Batas Negara dan berbagai inovasi kegiatan Off-Air sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan, mampu memperkuat station image, beserta pesan yang dibawanya.

Dalam perkembangannya sebagai jejaring radio siaran, Radio OZ kini menjangkau lima kota besar di Indonesia. Diawali dengan Radio OZ 94.4 FM Bandar Lampung, Radio OZ 89.2 FM Palembang, dan Radio OZ 101.2 FM Bali, dan Radio OZ 90.8 FM Jakarta.

OZ Radio mengusung tag line yang disesuaikan dengan perkembangan jaman disetiap jejaring radionya akan selalu berpacu untuk menjadi radio anak muda yang Dinamis, Kreatif, dan menjadi Trendsetter.


(51)

OZ Radio Jakarta sendiri baru berdiri sejak 9 agustus 2007 (From Kemang The Most Pumpin Spot In Jakarta). OZ Radio adalah stasiun radio yang berisikan hiburan musik, info artis idola, lifestyle, technology,

automotive, sport & entertainment, gossips, quiz & off air activities, dengan kemasan yang menarik dan diperbaharui setiap waktu.68

2. Visi dan Misi OZ RADIO 90,8 FM a. Visi OZ Radio :

1) Menjadi Stasiun Radio Panutan Nomor 1 Bagi Anak Muda di Indonesia.

2) OZ Radio is every where (Nantinya Oz Radio bisa ada di banyak kota-kota lainnya di Indonesia).

b. Misi OZ Radio :

1) Membuat Program-progam yang sekreatif mungkin. 2) Berfikir Thinks Out Of The Box.

3) Mengutamakan kedekatan Pendengar dengan Penyiar (humble). 4) Memperluas Siaran OZ Radio di tiap-tiap kota di Indonesia.69

68

Company Profile OZ Radio 90,8 FM, (Jakarta: 2009).

69

Wawancara Pribadi dengan Aditya Maulana-Program Director OZ Radio 90,8 FM, (Jakarta: 24 Desember 2008), Pkl.20.00 wib.


(52)

3. Struktur Organisasi OZ RADIO 90,8 FM

Keterangan:

General Manager : Addry Danuatmadja

General Affair/Finance Manager : Titiek Nurhafiati

Markom Manager : Rizky Hermanto

IT & Tehnik Manager : Deden Mulyana

Program Manager : Aditya Maulana


(53)

4. Program Siaran OZ RADIO 90,8 FM

Acara Harian (Daily Program) dan Acara Mingguan (Weekly Program) Tabel 4

Program Siaran Harian dan Mingguan Oz Radio 90.8 FM

90.8 OZ

RADIO

weekdays

senin selasa rabu kamis jumat Sabtu Minggu

02.00-04.00 Off special weekend

04.00-05.00 smusic sweep Que Aditya Chandra

05.00-06.00

Percikan Iman

Bang Firman & Chandra music sweep

moring weekend

06.00-09.00

Wakerrzzz Rizky Ranadireksa (abenk) & Inga

Anggia Taya

Rilis ( Request Lagu Indonesia)

09.00-11.00

Sogi

Rama

dipta Putri

Rama

Dipta Ramadipta Putri Putri

112 Show

11.00-14.00

Olive Meira Olive Saras Meira Meira Saras

Kamus Ozzer (kamu suka Oz Puter)

14.00-16.00 Sarah

Deshita Kausar Ikrami Sarah Deshita Kautsar Ikrami Sarah Deshita Sarah Deshita Kautsar Ikrami afternoon weekend 16.00-19.00 Sore Santai Angga & Oomleo

Kautsar Ikrami

Que Aditya

Kamus Ozzer Lageee ( kamu suka Oz Puterin Lageee)

19.00-21 Aditya Maulana Sarah Gadrie Aditya Maulana Anggia Kharisma Sarah

Gadrie Taya

OZ BOX Show


(54)

(Sumber: Aditya Maulana-Program Director OZ RADIO 90,8 FM)

Setelah penjelasan sebelumnya mengenai sejarah singkat berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, serta jadwal program siaran di Bens Radio dan Oz Radio, maka berikut ini akan penulis tampilkan profil pendengar yang menjadi segmentasi dari kedua stasiun radio tersebut.

Tabel 5

Profil Bens Radio 106.2 FM dan Oz Radia 90,8 FM Love Line HIP OZ Cela Celi Sub Stereo Oz Discoland

Classic Hits 21.00-23.00 Anggia Kharisma & Iyas "ecoutez"

Raben + 2 orang anak Hip Hop Andara Early & Irfan Hakim Sogi, Alvin, David Tarigan Saras, Kulki, Fandy "DFMC" Celebrity Shuffle Aria Baja & Kulki 'Bobby' 23.00-01.00 Dreamland Togi Sinaga Mix Discoland Music Sweep Music Sweep 01.00-02.00

indonesia Indonesia internasional indonesia internasional Internasional indonesia

Kategori Bens Radio Oz Radio

Nama PT. PT. Radio Bergaya

Nyanyian Irama Sejati

PT. Suara Gema Pembangunan 90,8 OZ Radio Jakarta

Motto Radio Betawi Atu-atunye selera siape aje (Radio Betawi Satu-satunya, selera siapa saja)

OZ Radio is every where

Alamat Kantor / Studio

Jln. Jagakarsa No.39, Jakarta Selatan.

Telp: 021-7871984,

Jln. Bangka Raya No.5/5A Kemang, Jakarta Selatan 12720. Telp:


(1)

melihat acara-acara dakwah lain, baik di televisi maupun di radio. dan saya sangat terkesan bahwa ternyata agama Islam ini semakin lama semakin maju, dan Insyaallah nantinya Islam yang akan memegang kendali didalam masyarakat kita”.

7. Apa harapan Ustdz Abdul Jalil selaku narasumber (Da’i) dengan adanya acara “NASI ULAM” ini?

Jawab: “Harapan saya adalah kita mempererat silaturahim itu yang pertama, yang kedua harapan saya adalah pendengar Bens Radio dimanapun dan siapapun setelah mendengarkan acara di Bens Radio ini jadi tahu, bahwa ternyata agama Islam itu adalah agama yang indah. Agama yang sangat menyejukan. Harapan saya adalah ingin rahmatalil alamin ini jadi yang sebenarnya, supaya masyarakat tidak menjadi bingung bahkan insyaallah akhirnya kitalah yang menjadi khalifah dimuka bumi ini. Nantinya didunia dan diakhirat kita bisa bersama-sama berada dibawah naungan Allah”.


(2)

Pertanyaan Susulan

Wawancara dengan : Ustdz H. Aslih Ridwan, M.A

Jabatan : Narasumber “NASI ULAM” (Nasihat Ulama)

Hari & tanggal : Jum’at, 27 Maret 2009

Waktu : Pkl. 06.00 – 06.30 wib

Tempat : Studio & Kantor Bens Radio Jakarta

1. Apa faktor yang menjadi pertimbangan ketika membacakan SMS (Short Message Service) / mengangkat telpon untuk menjawab pertanyaan dari pendengar?

Jawab: “Jika ada pertanyaan yang mungkin saya belum bisa menjawab, atau berkaitan dengan masalah syariah, maka disini ada adabnya bahwa pertanyaan tersebut bisa kita pending sementara. Namun sejauh ini secara pribadi belum pernah ada persoalan tersebut. Karena kebanyakan pendengar Nasi Ulam bertanya seputar masalah sehari-hari yang tidak terlalu berat. Namun dalam hal ini kita juga harus berhati-hati dalam menjawab, saya pribadi selalu membawa Al-Qur’an, maupun kitab-kitab yang berkaitan dengan materi untuk berjaga-jaga dalam menjawab pertanyaan yang memang khawatir kurang dikuasai. Farudu ilallah Wa Rasulli, kembalikan semua kepada Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana Al-Qur’an dan Hadits menjawab, maka begitulah yang saya sampaikan”.


(3)

2. Berapa rata-rata jumlah pendengar yang berpartispasi lewat SMS (Short Message Service) dan berapa jumlah telepon interaktif yang biasanya bisa dijawab setiap harinya?

Jawab: “Untuk pertanyaan masuk yang dapat terjawab rata-ratanya untuk SMS antara 5-10. Sedangkan untuk Telpon tidak jauh berbeda antara 5-10. Tergantung banyaknya pertanyaan yang ditanyakan oleh masing-masing penelpon, dan juga tingkat kesulitan pertanyaan tersebut”.

3. Darimanakah sumber-sumber materi dakwah yang biasa digunakan pada acara “NASI ULAM” (Nasihat Ulama) diperoleh?

Jawab: “Sehubungan dengan Segmentasi Bens Radio yang menjaring pendengar kebanyakan dari kalangan menengah ke bawah, dan saat ini mulai menjaring kalangan menengah keatas, maka kita sederhanakan dari segi materi dan bahasannya, untuk menyesuaikan materi dakwahnya agar tidak terlalu berat. Maka rujukan saya untuk sumber-sumber materi adalah kitab-kitab Islam, misalnya kitab Minhajul Muslim yang lebih banyak bicara masalah-masalah keIslaman. Kitab-kitab umum yang saya ambil mengenai hadits-hadits salihin, arbain, dan kemudian juga kita kaitkan dengan kondisi yang dihadapi umat, kemudian kita carikan ayat maupun hadits yang sesuai dengan problematika tersebut, supaya hal tersebut dapat menjadi penenang / meluruskan pandangan masyarakat. Misalnya, masalah Ponari dll. Jadi hal-hal


(4)

yang aktual lalu kita kaitkan dengan hadits-hadits Rasul dan Ayat-ayat Al-Quran yang menjawab persoalan-persoalan tersebut. Satu lagi yang menjadi rujukan saya yaitu Kitab Asbabun nuzul.”

4. Berapa kira-kira persentase dari masing-masing tema yang dibahas pada acara Nasi Ulam?

Jawab: “Saya lebih fokus kepada masalah-masalah Aqidah (keyakinan), jadi jika diperhatikan pembahasan saya sejauh ini masih bicara tentang dasar-dasar seorang muslim, dari mulai masalah iman, kemudian tentang akar Islam, akan tetapi kita larikan kepada konteks kekinian, serta penyampaian yang ringan Sehingga pembahasannya tidak membuat bosan para pendengarnya”.

“Untuk persentasenya saya lebih banyak membahas masalah aqidah, kurang lebih 50%. Tema-tema lainnya seperti syariah dan akhlaq terbagi rata”.

5. Bagaimana respon pendengar terhadap acara “Nasi Ulam” sejauh ini? Jawab: “Alhamdulillah sejauh ini lumayan baik responnya, sehingga ada

beberapa pendengar baik dari kalangan biasa sampai pejabat yang sempat menelpon dan tertarik mendengarkan acara Nasi Ulam. Atau beberapa pendengar yang sempat menyalin materi / hadits yang disampaikan, sampai pendengar dari pulau seribu yang melakukan interaktif di acara ini. Sehingga, ini merupakan salah satu motivasi yang baik saja untuk kami, agar bisa lebih baik lagi”.


(5)

6. Bagaimana tanggapan Ustd. H. Aslih Ridwan sendiri, selaku narasumber pada acara dakwah Nasi Ulam, tentang acara-acara dakwah sejenis di Radio lain?

Jawab: “Bagi saya pribadi, sangat menyambut positif bagi rekan-rekan seprofesi yang dengan gayanya masing-masing dapat menghidupkan dakwah. Yang paling penting kita sama-sama menginginkan kondisi masyarakat yang lebih baik. Jadi bagi saya mereka adalah saudara seperjuangan saya, bukan menjadi kompetitor yang harus saling menjatuhkan atau menjelek-jelekan, melainkan sebaliknya, saling mendukung dan menghargai. Saat ini yang terpenting bagi Da’i adalah mari kita tunjukan segenap kemampuan kita, baik dari segi skill serta apapun yang dapat kita perbuat. Sehingga biarkan nanti umat yang melihatnya. Sampaikan materi dengan baik, dan secara professional”.

7. Apa harapan Ustd. H. Aslih Ridwan pribadi, selaku narasumber (Da’i) dengan adanya acara “NASI ULAM” ini?

Jawab: “Harapan saya nantinya tumbuh kesadaran beragama semakin tinggi, sehingga masyarakat menjadi lebih baik, terjadi suatu perubahan-perubahan yang signifikan nantinya, atau paling tidak masyarakat bisa diingatkan kembali, banyak masyarakat yang menjadi sadar akan kewajiban-kewajibannya, dan praktiknya dilapangan tidak anarkis, bisa saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya, sehingga terjadi suatu kondisi yang


(6)

kondusif, yang penting saat ini adalah mewujudkan masyarakat yang damai. Ya mudah-mudahan apa yang kita sampaikan ini bisa bermanfaat”.