Parameter Fisika .1 Kekeruhan dan Kecerahan

dan Rigler 1974 dapat digunakan sebagai rencana awal pengembangan danau dan waduk berbasis daya dukung. 2.6 Parameter Fisika 2.6.1 Kekeruhan dan Kecerahan Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut maupun bahan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain Effendi, 2003. Alaerts dan Santika 1987 mengatakan, kekeruhan perairan yang tinggi tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga menyebabkan air tidak produktif karena menghalangi masuknya sinar matahari untuk fotosintesa. Kekeruhan ini disebabkan air mengandung begitu banyak partikel tersuspensi sehingga merubah bentuk tampilan menjadi berwarna dan kotor. Kekeruhan perairan berbanding lurus dengan padatan tersuspensi, sehingga semakin tinggi padatan tersuspensi maka kekeruhan perairan akan semakin tinggi, berbeda halnya dengan tingginya kandungan padatan terlarut tidak selalu dikut i oleh tingginya nilai kekeruhan APHA, 1992. Adapun penyebab kekeruhan ini antara lain meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil tersuspensi lainnya. Kecerahan perairan ditentukan oleh warna dan kekeruhan perairan. Semakin tinggi kecerahan maka semakin dalam penetrasi cahaya yang dapat masuk kedalam air, yang selanjutnya akan menentukan kedalaman lapisan air yang produktif. Kecerahan perairan diukur dengan menggunakan piringan secchi.

2.6.2 Total Suspended Solid

Total Suspended Solid TSS dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, kotoran manusia, kotoran hewan, lumpur, sisa tanaman, dan hewan serta limbah industri. Erosi tanah akibat hujan lebat dapat mengakibatkan naiknya nilai TSS secara mendadak. TSS dapat memberikan pengaruh yang luas dalam ekosistem perairan. Banyak makhluk hidup memperlihatkan toleransi yang cukup tinggi terhadap kepekatan TSS Goldman dan Horne, 1983. Besarnya padatan tersuspensi dalam suatu perairan akan menurunkan penetrasi cahaya, sehingga akan dapat menurunkan aktivitas fotosintesis berbagai alga perairan, termasuk didalamnya fitoplankton. Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung yang terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sediment, seperti tanah liat, bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme dan lain sebagainya Subarijanti, 1990. Padatan tersuspensi dapat menyebabkan dampak langsung dan tidak langsung pada biota perairan. Dampak langsung yang akan dirasakan oleh biota perairan adalah 1 gangguan langsung terhadap insang binatang air atau jaringan tipis dari tumbuhan air; 2 Penyumbatan insang ikan atau selaput pernapasan lainnya; 3 Menghambat tumbuhnyasmothering telur atau kurangnya asupan oksigen karena terlapisi oleh padatan; 4 Gangguan terhadap proses makan, termasuk proses mencari mangsa dan menyeleksi makanan terutama bagi predator dan filter feeding. Dampak tidak langsung akibat tingginya padatan tersuspensi adalah meningkatnya kekeruhan perairan yang akan menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis sehingga produktivtas primer akan menurun. Menurut Newcombe dan Macdonald 1991, selain konsentrasi TSS yang tinggi, durasi konsentrasi TSS yang tinggi di dalam perairan juga berpengaruh terhadap organisme perairan. Kandungan total padatan tersuspensi pada kegiatan perikanan adalah kurang dari 80 mgl.

2.6.3 Suhu

Suhu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen dalam air. Menurut Canter dan Hill 1979, suhu mempunyai pengaruh yang utama dalam proses alami dalam suatu perairan, yaitu menentukan fungsi fisiologis suatu organisme dan mempengaruhi perubahan kualitas perairan. Menurut Mason 1981, bahwa fluktuasi suhu dalam air akan berpengaruh terhadap kehidupan didalamnya. Peningkatan dan penurunan suhu dalam air dipengaruhi oleh derajat ketinggian tempat, komposisi substrat, kekeruhan, curah hujan, angin, suhu masukan limbah, dan reaksi kimia yang terjadi. Setiap organisme akuatik mempunyai kisaran tersendiri terhadap suhu. Cahaya matahari yang masuk kedalam perairan mengalami penyerapan dan berubah menjadi energi panas, sehingga suhu pada lapisan atas perairan tidak sama dengan lapisan dibawahnya. Akibat dari perbedaan suhu pada berbagai ke dalam waduk, menyebabkan terjadinya stratifikasi suhu pada perairan. Stratifikasi suhu pada waduk secara umum dikategorikan menjadi dua strata, yaitu lapisan epilimnion hangat, oksigen terlarut tinggi, dan memiliki keanekaragaman alga yang tinggi, dan hipolimnion dingin, oksigen terlarut rendah dan cendrung anoxik, dan biasanya banyak mengandung Fe 3+ , Mn 3+ , H 2 S UNESCO, 1996. Fluktuasi suhu di perairan akan mempengaruhi berbagai macam parameter perairan yang lain. Suhu perairan yang meningkat akan menyebabkan meningkatnya reaksi kimia perairan dan menurunkan kelarutan gas-gas di dalam air Scholten et al, 2005. Lebih lanjut dikatakan oleh Welch dan Jacoby 2004, meningkatnya suhu di perairan akan menyebabkan metabolisme organisme perairan meningkat diikuti dengan meningkatnya konsumsi oksigen dan meningkatnya dekomposisi bahan-bahan organik. 2.7 Parameter Kimia 2.7.1 pH