Kadar Abu Biodiesel By Product

25 Viskositas biodiesel yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 3.49-6.36 cSt. Viskositas biodiesel berdasarkan Standar Biodiesel Indonesia adalah 2.3-6.0 cSt. Viskositas biodiesel yang diperoleh pada penelitian ini telah memenuhi standar tersebut kecuali pada perlakuan A2B1C1, yaitu sebesar 6.36 cSt. Viskositas tinggi ini bisa disebabkan karena metanol yang digunakan rendah sehingga konversi trigliserida dalam bahan menjadi biodiesel juga rendah. Oleh karena itu, trigliserida dalam biodiesel masih tinggi dan dapat menyebabkan viskositasnya menjadi tinggi. Selain komponen trigliserida, kandungan asam lemak tak jenuh juga mempengaruhi viskositas dari biodiesel yang dihasilkan. Menurut Knothe 2005b, viskositas biodiesel meningkat seiring dengan semakin panjang rantai karbon dan semakin sedikit ikatan rangkapnya. Biji jarak pagar mempunyai asam lemak tak jenuh tinggi, yang didominasi oleh asam lemak oleat dan linoleat. Hal inilah yang menyebabkan viskositas biodiesel dari jarak pagar sangat rendah. Namun, nilai tersebut masih mendekati batas atas dari Standar Biodiesel Indonesia. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa waktu reaksi, kecepatan pengadukan, dan rasio metanolheksanbahan tidak berpengaruh nyata terhadap viskositas biodiesel Lampiran 4. Viskositas yang diperoleh biodiesel dengan rendemen biodiesel yang paling baik dari semua perlakuan A2B2C2, yaitu sebesar 3.49 cSt. Sementara viskositas biodiesel yang diperoleh pada perlakuan berdasarkan segi biaya produksi, konsumsi energi, dan efek yang ditimbulkan terhadap lingkungan A1B1C3, yaitu sebesar 3.51 cSt. Viskositas biodiesel dari kedua perlakuan tersebut tidak berbeda jauh dan mempunyai nilai viskositas yang rendah.

6. Kadar Abu Biodiesel

Kadar abu bisa didefinisikan sebagai mineral anorganik sisa dari hasil pembakaran bahan organik. Menurut Winarno 1992, mineral anorganik ini meliputi garam organik misal: asam malat, oksalat, asetat, pektat dan lain-lain dan garam anorganik misal: phospat, klorida, karbonat, sulfur nitrat dan logam alkali. Kadar abu merupakan salah satu parameter dalam biodiesel sehingga semakin rendah kadar abu biodiesel, maka mutu biodieselnya semakin baik. Kadar abu yang tinggi akan menyebabkan kerak yang banyak pada mesin kendaraan sehingga mesin kendaraan cepat aus dan harus sering diganti. Pengerakan tersebut terjadi akibat adanya proses pembakaran yang menyisakan mineral organik pada pipa-pipa injeksi dan ruang pembakaran mesin kendaraan. Hal inilah yang tidak diizinkan dalam biodiesel. Kadar abu biodiesel yang diperoleh dari seluruh perlakuan adalah 0, kecuali untuk perlakuan A1B2C3 dimana waktu reaksi 4 jam, kecepatan pengadukan 600 rpm dan rasio metanolheksanbahan vvb 5:1:1, yaitu sebesar 0.007. Kadar abu biodiesel yang mempunyai rendemen biodiesel yang paling baik dari semua perlakuan A2B2C2 dan yang diperoleh dari segi biaya produksi, konsumsi energi dan efek yang ditimbulkan terhadap lingkungan A1B1C3 adalah 0. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa waktu reaksi, kecepatan pengadukan dan rasio metanolheksanbahan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu biodiesel yang dihasilkan Lampiran 4. 26

7. By Product

Ampas biji jarak pagar merupakan produk samping dari proses produksi biodiesel melalui transesterifikasi in situ biji jarak pagar. Ampas biji jarak pagar ini dihasilkan dari proses penyaringan untuk memisahkan filtrat dari padatan Gambar 13. Karakteristik yang dilakukan pada ampas jarak pagar meliputi analisis kadar total volatile matter dan kadar bahan terekstrak. Gambar 13. Proses penyaringan a dan ampas biji jarak pagar b Kadar total volatile matter adalah jumlah bahan yang mudah menguap yang terkandung dalam ampas biji jarak pagar. Bahan mudah menguap ini berupa air, metanol dan heksan yang sebelumnya digunakan pada proses transesterifikasi in situ. Kadar total volatile matter ampas biji jarak pagar berkisar antara 1.80-3.64 Gambar 14. Perbedaan hasil kadar total volatile matter ini dipengaruhi oleh keefektifan dalam proses penyaringan. Semakin besar kadar total volatile matter, semakin tinggi ampas biji jarak pagar mengandung bahan yang mudah menguap yang berarti proses penyaringan kurang efektif. Begitu sebaliknya, semakin rendah kadar total volatile matter, semakin rendah ampas biji jarak pagar mengandung bahan yang mudah menguap karena proses penyaringan yang efektif. Kadar bahan terekstrak adalah jumlah bahan yang terdapat dalam ampas biji jarak pagar yang tidak terekstrak dan terkonversi menjadi biodiesel pada proses transestrifikasi in situ serta biodiesel itu sendiri. Secara tidak langsung, kadar bahan terekstrak merupakan minyak dan biodiesel yang masih terkandung dalam ampas biji jarak pagar. Hasil dari kadar bahan terekstrak ampas biji jarak pagar dapat dilihat pada Gambar 15. Kadar bahan terekstrak ampas biji jarak pagar berkisar 3.94-11.42. Semakin tinggi kadar bahan terekstrak ampas biji jarak pagar, semakin rendah rendemen biodiesel yang dihasilkan karena minyak yang ada dalam biji jarak pagar tidak terkonversi sepenuhnya. Begitu sebaliknya, semakin rendah kadar bahan terekstrak ampas biji jarak pagar, semakin tinggi rendemen biodiesel yang dihasilkan. a b 27 Keterangan: A : waktu reaksi A1 = 4 jam dan A2 = 6 jam B : kecepatan pengadukan B1 = 200 rpm dan B2 = 600 rpm C : rasio metanolheksanbahan vvb C1 = 3:3:1, C2 = 4:2:1 dan C3 = 5:1:1 Gambar 14. Kadar total volatile matter ampas biji jarak pagar yang dihasilkan dari proses transesterifikasi in situ biji jarak pagar pada berbagai kondisi operasi Keterangan: A : waktu reaksi A1 = 4 jam dan A2 = 6 jam B : kecepatan pengadukan B1 = 200 rpm dan B2 = 600 rpm C : rasio metanolheksanbahan vvb C1 = 3:3:1, C2 = 4:2:1 dan C3 = 5:1:1 Gambar 15. Kadar bahan terekstrak ampas biji jarak pagar yang dihasilkan dari proses transesterifikasi in situ biji jarak pagar pada berbagai kondisi operasi Ampas biji jarak pagar ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produk lain. Kandungan protein kasar yang tinggi pada bungkil biji jarak pagar, yaitu sekitar 56.4-63.8 Makkar et al., 1998, membuat produk samping dari proses produksi biodiesel ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Namun, kandungan kursin dan forbol ester yang sangat tinggi membuat ampas jarak pagar perlu didetoksifikasi untuk menghilangkan kedua senyawa 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 A1 A2 K a da r Vo la tile M a tt er Perlakuan B1 C1 B1 C2 B1 C3 B2 C1 B2 C2 B2 C3 2 4 6 8 10 12 A1 A2 K a da r B a ha n T er ek st ra k Perlakuan B1 C1 B1 C2 B1 C3 B2 C1 B2 C2 B2 C3 28 tersebut. Hal ini dikarenakan senyawa kursin dan forbol ester ini merupakan senyawa beracun yang bisa mengganggu metabolisme makhluk hidup dan berujung pada kematian. Selain ampas biji jarak pagar, dihasilkan gliserol sebagai produk samping. Gliserol merupakan plasticizer yang paling umum digunakan setelah air. Orliac et al. 2003 menyebutkan gliserol mempunyai sifat hidrofilik polar. Bobot molekul gliserol yang rendah daripada jenis plasticizer yang lainnya, membuat gliserol cocok untuk mengikat semua jenis protein. Selain itu, gliserol memiliki titik didih tinggi dan tekanan uap air rendah yang dapat membantu gliserol untuk tetap bertahan di dalam jaringan protein dan dapat mempertahankan sifat mekanik film dalam waktu yang relatif lebih lama. Keunggulan yang dimiliki oleh gliserol sebagai plasticizer dan ampas biji jarak pagar yang mempunyai kandungan protein dan serat tinggi ini dapat dijadikan sebagai bahan baku biokomposit seperti papan partikel. 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN