Sarana dan Prasarana Bahasa

h. Sarana dan Prasarana

Desa Kota Pari, Kecamatan Pantai Cermin. Sarana dan prasarana yang ada di desa tersebut antara lain : NO SARANA DAN PRASARANA JUMLAH 1 Mesjid 1 buah 2 Puskesmas Pembantu 1 buah 3 Kantor Kepala Desa 1 buah 4 Sekolah Dasar 1 buah 5 Losmen 1 buah 6 Jalan Raya 1 buah Table 11 Sumber: Data Kepala Desa Kota Pari, Kecamatan Pantai Cermin. Dari kesimpulan yang dapat diambil jenis sarana dan prasarana yang ada masih belum memadai. Seperti penyediaan koperasi dan fasilitas finansial lainnya contohnya bank, pegadaian, masih belum ada, sehingga modal usaha yang dimiliki warga hanyalah modal usaha sendiri dan pinjaman kepada orang lain. Di desa Kota Pari terdapat suatu rekreasi Theme Park yang merupakan suatu wahana untuk pariwisata lokal. Kemegahan dari Theme Park tersebut yang terdapat di Pantai Cermin merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat luar dan warga desa sendiri. .

2.3. Bahasa

Desa Kota Pari terdiri dari 11 dusun. Adapun suku-suku yang terdapat di desa Kota Pari yaitu Suku Jawa, Melayu, Batak, dan Cina. Dusun 1-4 adalah bersuku Melayu dan dusun 5-11 adalah bersuku Jawa, Batak, Cina. Meskipun berlainan suku, masyarakat di Kota Pari ini tetap harmonis dan rukun satu dengan Universitas Sumatera Utara yang lainnya. Desa Kota Pari yang menjadi fokus penelitian adalah desa Kota Pari. Desa Kota Pari ini bermayoritas Suku bangsa Jawa. Bahasa yang sering digunakan setiap hari adalah Bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat Jawa yang menikah dengan suku lain. Akibatnya, bahasa Jawa ini jarang mereka gunakan. Itu sebabnya mereka memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Tetapi ada juga masyarakat melayu memakai adat perkawinan Melayu. Di dalam adat Jawa sebelum anak menikah, mereka harus memulai adat perkawinan dengan berbalas bahasa yaitu dengan bahasa Jawa. Tujuannya adalah untuk menyambut pengantin tetap harmonis. Masyarakat petani Kota Pari, juga memiliki sawah dan ladang yang luas. Sawah dan ladang mereka miliki, dikerjakan sendiri dan tidak ada istilah jurangan. Setelah panen yang mereka tanam mereka langsung menjualnya. Bahkan mereka tidak lupa membuat syukuran. Istilahnya adalah tolak bala. Tolak bala diperingati supaya pertanian lancar-lancar saja, tidak ada bencana atau gagal panen dan panen tepat waktu. Dalam adat Jawa, ada istilah nama bulan yang sering mereka gunakan dalam kehidupan sehari–hari seperti Syawal, Zulkaidah, Besar, Syafar, Bado mulut, Madil awal, Madil akhir, Rejap, dan Ruwa puso. Biasanya mereka gunakan dalam ritus upacara seperti upacara panen maupun upacara besar yang diselenggarakan di desa Kota Pari. Universitas Sumatera Utara

2.4. Sistem Mata Pencaharian Desa Kota Pari