BAB III PENYEBAB TERJADINYA DUGAAN MALPRAKTEK KEDOKTERAN
DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
A. Tinjauan Tentang Malpraktek
1. Pengertian Malpraktek
Malpraktek dalam bahasa asing Inggris, disebut dengan ”Malpractice”, sedangkan menurut Drs. Peter Salim, dalam The
Contemporary English Indonesia Dictonary: perbuatan atau tindakan yang salah, malpraktek juga berarti ’praktek yang buruk’ badpractice yang
menunjukan pada setiap tindakan yang keliru. Menurut Hermein Hadiati Koeswadji,
1
memberikan definisi tentang malpraktik yaitu: suatu bentuk profesional yang dapat menimbulkan luka-luka
pada pasien akibat langsung dari suatu perbuatan atau kelalaian dokter. Malpraktek adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk
menterapkan tingkat keterampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanan pengobatan atau perawatan terhadap seorang pasien yang lazimnya
diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di wilayah yang sama.
2
1
Y.A. Triana Ohoiwatun, Bunga Rampai Hukum Kedokteran, Malang: Bayu Media, 2007, h. 48
2
J. Guwandi, Dokter dan Rumah Sakit, Jakarta: FKUI, 1991, h. 22
44
45
Sedangkan menurut Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, dalam Kamus Inggris Indonesianya, ’malpraktek’ berarti cara perbuatan yang salah. Adapun
ruang lingkupnya mencakup kurangnya kemampuan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban profesional atau didasarkan kepada kepercayaan.
3
Dalam bahasa Belanda, malpraktek disebut dengan istilah ”kunstfout” seni salah, merupakan suatu tindakan medis yang dilakukan dengan sengaja
akan tetapi disini ada unsur lalai yang tidak patut dilakukan oleh seorang ahli dalam dunia medis dan tindakan mana yang mengakibatkan sesuatu hal yang fatal
misalnya: mati, cacat karena lalai; lihat pasal 359, 360, 361 KUHP J. Guwandi, dalam pengertiannya merumuskan malpraktek yaitu:
1 Melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan.
2 Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajiban.
3 Melanggar atau sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
4
Beberapa pengertian tentang malpraktek tersebut diatas, kiranya dapat diperjelas dengan pengertian malpraktek, yaitu: dalam arti umum, malpraktek
adalah praktek jahat atau buruk, yang tidak memenuhi standar yang ditentukan oleh profesi. Dilihat dari sudut pasien yang telah dirugikan itu, meliputi
kesalahan, pemberian diasgnosa, selama operasi, dan sesudah perawatan.
5
3
Ninik Marianti, Malpraktek Kedokteran, Jakarta: Bina Aksara, T,Tt, h. 37
4
J. Guwandi, Dokter dan Rumah Sakit, Jakarta: FKUI, 1991, h. 18
5
Ninik Marianti, op. cit., h. 38
46
Dengan demikian malpraktek mempunyai pengertian luas, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Dalam arti umum: suatu praktek khususnya praktek dokter yang buruk,
yang tidak memenuhi standar yang telah ditentukan oleh profesi. 2.
Dalam arti khusus dilihat dari segi pasien malpraktek dapat terjadi dalam: a
Menentukan diagnosis, misalnya; diagnosisnya penyakit maag, tapi ternyata pasien sakit liver yang berbahaya.
b Menjalankan operasi, misalnya: seharusnya melakukan opearsi pada
bagian mata yang kanan, akan tetapi yang dilakukan pada mata bagian yang kiri.
c Selama menjalankan perawatan, dan
d Sesudah perawatan, tentu saja dalam batas waktu yang telah ditentukan.
Dengan demikian malpraktek dapat terjadi tidak saja selama waktu menjalankan operasi, tetapi dapat terjadi sejak dimulainya pemberian diagnosis
sampai sesudah dilakukannya perawatan sampai sembuhnya pasien. Dengan tidak mengurangi pengertian tentang malpraktek yang lain, maka
sebagai perbandingan terhadap beberapa pengertian tentang malpraktek, perlu penulis kemukakan juga rumusan tentang kesalahan melakukan profesi seperti
yang terdapat dalam pasal 11 Undang-undang Nomor 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan, yang berbunyi sebagai berikut: “Dengan tidak mengurangi
ketentuan-ketentuan di dalam KUHP dan peraturan perundang-undangan yang
47
lain, maka terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan-tindakan administratif dalam hal sebagai berikut:
a Melalaikan kewajiban
b Melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang
tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan.
c Mengabaikan sesuatau yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d Melanggar sesuatu ketentuan menurut atau bedasarkan Undang-undang.
6
Ketentuan mengenai malpraktek pada pasal 11 UU. No. 6 Tahun 1963 tersebut hampir sama dengan pengertian malpraktek yang dikemukakan oleh J.
Guwandi. Selain itu pengertian tentang malpraktek diatas dirasa telah cukup untuk mengetahui apa itu malpraktek.
2. Bentuk Malpraktek
Sesuai dengan beberapa kategori bidang hukum, maka malpraktek menurut DR. Soerjono Soekanto, SH. MA dan Dr. Karyono Muhammad, dapat
dikategorikan dalam beberapa bidang hukum:
1 Malpraktek dalam bidang hukum pidana antara lain:
a Membuat surat keterangan palsu pasal 263 dan 267 KUHP;
b Menipu penderita atau pasien pasal 378 KUHP;
6
Ibid, h. 40
48
c Melakukan kealpaan sehingga mengakibatkan kematian atau luka-luka
melanggar pasal 351, 359, 360, dan 361 KUHP; d
Melakukan pelanggaran kesopanan pasal 290 ayat 1, 294 ayat 2, 285, dan 286 KUHP;
e Melakukan pengguguran tanpa adanya indikasi medis pasal 299, 348,
349, dan 350 KUHP; f
Membocorkan rahasia kedoktran yang diadukan oleh penderita pasal 322 KUHP;
g Kesengajaan membiarkan penderita tidak tertolong pasal 322 KUHP;
h Tidak memberikan pertolonggan kepada orang yang berada dalam
keadaan bahaya maut pasal 351 KUHP; i
Memberikan atau menjual obat palsu pasal 386 KUHP; j
Euthanasia pasal 344 KUHP.
2 Malpraktek dalam bidang hukum perdata, antara lain dalam hal:
a Melakukan Wanprestasi pasal 1239 KUHPer;
b Melakukan perbuatan yang melanggar hukum pasal 1365 KUHPer;
c Melakukan kelalaian yang mengakibatkan kerugian pasal 1366 KUHPer;
d Melalaikan pekerjaan sebagai penanggung jawab pasal 1367 ayat 3
KUHPer.
3 Malpraktek dalam bidang hukum administrasi, antara lain:
a Melakukan praktek tanpa izin PP. No. 36 tahun 1966
49
b Melanggar wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak dikenakan pada
pasal 322 atau 112 KUHP pasal 4 PP. No. 10 tahun 1966.
7
Dari berbagai jenis malpraktek yang terbagi menjadi 3 bidang hukum tersebut menunjukan bahwa malpraktek tidak hanya terjadi pada bidang hukum
tertentu saja misalnya hukum pidana saja, akan tetapi juga dapat terjadi di semua bidang hukum. Hal tersebut menunjukan perlu adanya peraturan di setiap bidang
hukum yang mengatur tentang malpraktek agar setiap pelanggaran atau terjadi malpraktek pasien tidak perlu khawatir tidak ada landasan hukum untuk menjerat
kasusnya.
3. Tindakan Medis Yang Bersifat Malpraktek
Untuk dapat menilai dan membuktikan suatu perbuatan tindakan medis termasuk kategori malpraktek atau tidak, biasanya dipakai empat kreteria, antara
lain: 1
Apakah perawatan yang diberikan oleh dokter cukup layak a duty of due care. Dalam hal ini standar perawatan yang diberikan oleh pelaksana
kesehatan dinilai apakah sesuai dengan apa yang diharapkan persyaratan. Misalnya seorang dokter spesialis mempunyai tanggung jawab memberikan
standar perawatan yang lebih tinggi dari dokter umum, sesuai dengan kedudukan status profesionalnya.
7
Ninik Marianti, Malpraktek Kedokteran, h. 41
50
2 Apakah terdapat pelanggaran kewajiban the breach of the duty. Untuk
membuktikan bahwa telah terjadi suatu pelanggaran terhadap standar perawatan yang diberikan kepada seorang pasien maka diiperlukan kesaksian
ahli dari seorang dokter yang mengerti. 3
Apakah kelalaian itu merupakan benar-benar merupakan penyebab cedera causattion. Dalam hal ini harus dibuktikan bahwa ada tidaknya unsur
kelalaian yang dilakukan oleh dokter sehingga akibat dari kelalaian tersebut telah mengakibatkan luka, cedera, bahkan menyebabkan kematian pasien
4 Adanya ganti rugi damage. Bila dapat dibuktikan bahwa kelalaian penyebab
cedera, maka pasien berhak memeperoleh ganti rugi yang terdiri dari pengganti biaya pengobatan, kehilangan pendapatan, kesakitan fisik, tekanan
jiwa dan frustasi.
8
Dari keempat kreteria tersebut, dapat diambil garis besar mengenai kreteria tindakan medik yang bersifat malpraktek yaitu:
1 Tindakan medik yang diberikan tidak layak dan tidak sesuai dengan standar
perawatan yang diberikan. 2
Tindakan medik yang bersifat malpraktek harus terdapat pelanggaran kewajiban yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
3 Tindakan tersebut terdapat kelalaian yang mengakibatkan cedera, lika,
ataupun kematian.
8
Ibid., h. 54
51
4 Tindakan medis yang bersifat malpraktek, didalamnya harus ada ganti rugi
jika terjadi malpraktek.
4. Pertanggung Jawaban Hukum Yang Bersifat Malpraktek
Seorang dokter hendaknya dalam melakukan tindakan medis harus sesuai dengan standar profesi yang telah ada agar tindakan tersebut tidak merugikan
pasien, bahkan tindakan medik tanpa prosedur yang menimbulkan luka atau cacat bahkan kematian seorang pasien tentu digolongkan ke dalam malpraktek medis
dan atas tindakannya tersebut seorang dokter dapat dituntut ke pengadilan. Seperti yang telah diuraikan bahwa tindakan medis yang dapat
digolongkan menjadi malpraktek adalah diantaranya tindakan itu terdapat unsur: 1.
Melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan. 2.
Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajiban. 3.
Melanggar sesuatu ketentuan menurut apa atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.
9
Sehingga jika seorang dokter melakukan semua unsur diatas maka jelas bahwa tindakannya tersebut tergolong malpraktek. Sebagai akibatnya dokter yang
melakukan perbuatan tersebut dapat dimintai pertanggung jawaban hukum atas perbuatan yang merugikan pasien tersebut.
Adanya pertanggung jawaban hukum tersebut adalah sebagai akibat dari dilakukannya sesuatu perbuatan yang disebut malpraktek. Malpraktek merupakan
9
J. Guwandi, op.,cit, h. 18
52
perbuatan yang merugikan dilihat dari segi pasien yang menjadi korban, apapun akibat yang timbul tindakan medik yang dilakukan dokter, jika atas tindakan itu
tidak sesuai dengan standar profesi ataupun melakukan tindakan medik yang bukan merupakan kompetensinya, maka dokter tersebut dapat dikatakan
melakukan malpraktek medis.
B. Faktor Penyebab Dugaan Sengketa Medik
Ilmu kedokteran dalam kenyataannya telah mengalami kemajuan yang pesat dan pengobatan terhadap suatu penyakit yang dahulu dianggap “kutukan
keturunan” sekarang sudah banyak yang dapat disembuhkan sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran. Namun pada masa sekarang dapat dirasakan
bahwa kegiatan para dokter untuk menyembuhkan pasien dengan suatu pengobatan itu sering terhambat oleh sikap pasien atau keluarganya yang akan
menjadi kebiasaan untuk menuntut secara umum terhadap dokter atau rumah sakit jika hasil pengobatannya dianggap kurang berhasil, apalagi kegagalan pengobatan
itu jika dinilai merupakan kesalahan dokter.
10
Sedangkan profesi kedokteran yang mana didalam Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Prakktek Kedokteran, diartikan sebagai suatu
pekerjaan kedokteran yang dilakukan dan dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan dan kompetensi. Dapat disimpulkan bahwa tindak pidana profesi
10
Yahyanto, SH. Tanggung Jawab Dokter dari Kesalahan Profesi Kedokteran, Materi Kuliah
Fakultas Hukum 19 Nopember Kolaka.
53
kedokteran tidak lain adalah tindakan medik yang salah atau kekeliruan yang dilakukan oleh profesi kedokteran yang buruk dan berakibat buruk atas perbuatan
tersebut.
11
Akan tetapi kebanyakan para pakar menggunkan beberapa istilah lain dalam tindak pidana profesi kedokteran, yaitu ’Medical Malpractice’ yang dalam
bahasa Indonesia disebut juga dengan ’kelalaian medik’.
12
Malpraktek merupakan suatu istilah yang mempunyai konotasi buruk bersifat stigmatis, menyalahkan. Praktek buruk dari seseorang yang memegang
suatu profesi dalam arti umum. Tidak hanya medis saja sehingga ditujukan terhadap profesi lainnya. Jika ditujukan terhadap profesi medis seharusnya juga
disebut sebagai ”malpraktek medis”. Namun entah mengapa, dimana-mana terutama mulai di luar negeri, istilah malpraktek ini selalu yang pertama-tama
diasosiasikan terhadap profesi kedokteran.
13
Pada dasarnya, kelalaian merupakan salah satu sifat alami manusia yang tidak dapat dikenakan sanksi atasnya, tetapi atas kelalaiannya tersebut
menimbulkan akibat yang dilarang oleh hukum, terutama apabila sampai mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain, Hukum positif dalam hal ini berupa
hukum pidana, etik profesi, Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
11
Lihat Beben Mishbah, Tindak Pidana Profesi Kedokteran Menurut Hukum Islam dan Positif, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2008
12
Hendrojono Soewono, Perlindungan Hak-hak Pasien dalam Transaksi Terapeutik, Jakarta: Srikandi, 2006, h. 86
13
J. Guwandi, SH, Hukum Medik Medical law, Jakarta: FKUI, 2004, cet. Ke-I, h. 20