Guwandi, SH, Hukum Medik Medical law, Jakarta: FKUI, 2004, cet. Ke-I, h. 20

53 kedokteran tidak lain adalah tindakan medik yang salah atau kekeliruan yang dilakukan oleh profesi kedokteran yang buruk dan berakibat buruk atas perbuatan tersebut. 11 Akan tetapi kebanyakan para pakar menggunkan beberapa istilah lain dalam tindak pidana profesi kedokteran, yaitu ’Medical Malpractice’ yang dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan ’kelalaian medik’. 12 Malpraktek merupakan suatu istilah yang mempunyai konotasi buruk bersifat stigmatis, menyalahkan. Praktek buruk dari seseorang yang memegang suatu profesi dalam arti umum. Tidak hanya medis saja sehingga ditujukan terhadap profesi lainnya. Jika ditujukan terhadap profesi medis seharusnya juga disebut sebagai ”malpraktek medis”. Namun entah mengapa, dimana-mana terutama mulai di luar negeri, istilah malpraktek ini selalu yang pertama-tama diasosiasikan terhadap profesi kedokteran. 13 Pada dasarnya, kelalaian merupakan salah satu sifat alami manusia yang tidak dapat dikenakan sanksi atasnya, tetapi atas kelalaiannya tersebut menimbulkan akibat yang dilarang oleh hukum, terutama apabila sampai mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain, Hukum positif dalam hal ini berupa hukum pidana, etik profesi, Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang 11 Lihat Beben Mishbah, Tindak Pidana Profesi Kedokteran Menurut Hukum Islam dan Positif, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2008 12 Hendrojono Soewono, Perlindungan Hak-hak Pasien dalam Transaksi Terapeutik, Jakarta: Srikandi, 2006, h. 86 13

J. Guwandi, SH, Hukum Medik Medical law, Jakarta: FKUI, 2004, cet. Ke-I, h. 20

54 Praktek Kedokteran, maupun Hukum Kesehatan ataupun Hukum Islam sependapat bahwa perbuatan tersebut adalah sebuah delik yang harus dipertanggungjawabkan, karena mengingat begitu dahsyatnya dampak yang ditimbulkan kasus malpraktek medik. Seringkali terjadi gugat menggugat antara pasien dan dokter, karena para pihak kurang memahami hak dan kewajiban masing-masing. Gugat-menggugat bukanlah penyelesaian yang diharapkan, kalau para pihak sadar akan hak dan kewajibannya, maka akan timbul saling pengertian antara para pihak gugat menggugat tidak akan muncul lagi. 14 Maka, apa yang dinamakan malpraktek dalam kalangan kedokteran, yang meliputi ‘medical negligence’, yang berakibat kerusakan fisik, mental, dan financial, dan yang disusul dengan 3 unsur: 1. Kesalahan, 2. Kelalaian dan 3. Kerugian bagi para pasien, dalam bidang hukum dapat disalurkan melalui pertanggungan jawab pidana, perdata maupun sanksi administratif yang dapat dihadapkan kepada seorang dokter. 15 Pada dasarnya ada tiga hal yang menyebabkan malpraktek terjadi, yakni: 1 Dokter melakukan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan. 2 Menyalahi standar, 3 Melanggar standar prosedur operasional. 14 DR. Wila C. Supriadi, Hukum Kedokteran, Bandung: Mandar Maju, 2001, cet. Ke- I, h. vii 15 Oemar Seno Adji, Etika Profesional dan Hukum Pertanggungjawaban Pidana Bagi Dokter, Jakarta: Erlangga, 1991, h. 63 55 Hal itu yang menjadi penyebab malpraktek yang dilakukan oleh dokter terhadap pasiennya. 16 Sedangkan perbuatan melawan hukum menurut Husein Karbala, 17 meliputi: Kesengajaan, kelalaian, atau kurang hati-hati. Rachmat Setiawan 18 memberikan pengertian perbuatan melanggar hukum dengan menyetujui pendapat M.A. Mugni Djojodirdjo, yang intinya: ”bahwa pada istilah melawan, melekat kedua sifat aktif dan pasif yang menimbulkan kerugian pada orang lain”. Jika didasarkan pada kerugian yang diderita oleh pasien atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh dokter, maka yang harus dibuktikan adalah: 1 Bertentangan dengan kewajiban profesinya 2 Melanggar hak pasien yang timbul dari kewajiban profesinya 3 Berrtentangan dengan keasusilaan 4 Bertentangan dengan kepatutan dalam masyarakat. Hal-hal yang telah diuraikan diatas adalah salah satu indikator untuk menyatakan bahwa seorang dokter atau perawat telah melakukan malpraktek atau tidak dalam menjalankan profesinya tersebut, disini artinya hukum tidak hanya melindungi hak-hak pasien, akan tetapi hak-hak dokter. 16 Rasyid, Malpraktek Dokter Tidak Ikut Prosedur, Artikel ‘Harian Medan”, edisi: Rabu, 10 Maret 2010 17 Husein Karbala, Segi-segi Etis dan Yuridis Informed Consent, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993 18 Rahcmat Setiawan, Tinjauan Elementer Perbuatan Melanggar Hukum, Jakarta: Banacipta, 1991 56 Hubungan hukum dokter-pasien memuat hak-hak dan kewajiban hukum para pihak secara umum yang berlaku bagi dokter dan pasien, walaupun tidak dibuat secara formal tertulis. Pelaksanaan kewajiaban dokter selalu dibayangi adanya resiko, baik bagi pasien maupun dokter. Bagi pasien pelayanan dokter dapat membawa kerugian kesehatan atau nyawa, sedangkan bagi dokter berupa sanksi mulai dari yang ringan sampai yang berat administrasi, pidana, dan perdata. Bagi dokter, kewajiban perlakuan medis secara umum artinya harus sesuai dengan standar umum kedokteran, walaupun pasien tidak mengerti isi standar prosedur tersebut. Pelanggaran terhadap standar profesi dan standar prosedur tersebut yang menjadi salah satu penyebab terjadinya malpraktek kedokteran di lingkungan Rumah Sakit. 19 Syarat tesebut merupakan perlakuan medis yang pada dasarnya adalah perlakuan medis yang menyimpang dari standar profesi kedokteran, standar prosedur operasional atau mengandung sifat melawan hukum oleh berbagai sebab, antara lain tanpa STR atau SIP, tidak sesuai kebutuhan medis pasien, dan lain-lain. Syarat akibat adalah syarat mengenai timbulnya kerugian bagi kesehatan tubuh manusia, yakni luka-luka, atau nyawa yang menjadi unsur tindak pidana tetentu. 19 Adzami Chazawi, Ibid., h. 48 57 Dari beberapa keterangan diatas, maka dapat diasumsikan bahwa, malpraktek medik adalah ’kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang terluka menurut ukuran dilingkungannya yang sama’, kemudian yang dimaksud dengan kelalaian disini adalah sikap kurang hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dengan stuasi tersebut. Kelalaian juga diartikan pula dengan melakukan tindakan kedokteran dibawah standar pelayanan medik. 20 Kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya. Hal ini berdasarkan prinsip hukum ’De minimis nocurat lex’, yang berarti hukum tidak mencampuri hal-hal yang dianggap sepele. Tetapi jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka ini diklasifikasikan sebagai kelalaian berat. Malpraktek medik murni criminal malpractice sebenarnya tidak banyak dijumpai, misalnya: melakukan pembedahan dengan maksud untuk membunuh pasiennya atau adanya dokter yang sengaja melakukan pembedahan pada pasiennya tanpa adanya indikasi medik, hal ini tidak perlu dilakukan. 20

M. Jusuf Hanafiyah, Malpraktek Medik, Jakarta: EGC, 1999, h. 87