Islam Modernis LANDASAN TEORI

C. Islam Modernis

Pemikiran Islam di Indonesia berkembang dengan tumbuhnya gerakan modernisme. Gerakan modernisme ialah gerakan kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah. Ajaran ini bersifat prinsip, garis besar, dan dipercayai berlaku untuk segala tempat dan zaman, sehingga ia senantiasa modern. Ia perlu ditimbulkan lagi karena tertutup oleh tradisi, adat kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran pokok bagi gerakan modernis adat kebiasaan yang tidak bertentangan dengan ajaran pokok dapat diterima, dengan faham kebekuan jumud dan sifat ketertutupan 23 . Awalnya modernisasi Islam di Indonesia merupakan reaksi terhadap berbaurnya praktik-praktik Islam dengan tradisi lokal. Gerakan modernisasi dalam Islam seringkali dirujuk kepada gerakan Islam puritan, yaitu kelompok Muslim yang cenderung mengklaim bahwa kelompok merekalah yang paling benar atau menganut Islam murni dan karenanya merasa bertanggung jawab untuk memurnikan Muslim lainnya yang tidak berpegang pada paham teologi Islam dan cara ibadah yang sama seperti mereka 24 . Berdasarkan catatan sejarah, golongan modernis Islam di Indonesia pada umumnya masuk kedalam organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, Al- Irsyad, Persatuan Islam Persis dan organisasi keagamaan lain yang senapas dengan organisasi-organisasi tersebut. Sejauh menyangkut Muhammadiyah, paling tidak sudah menjadi hal yang bisa diperdebatkan jika organisasi ini hanya 23 Deliar Noer. Memposisikan Harun Nasution dalam pemikiran Islam di Indonesia. Dalam Abdul Halim editor. Teologi Islam Rasional: Apresiasi Terhadap Wacana dan Praksis Harun Nasution Jakarta : Ciputat Pres, 2001, h. 142 24 Suadi Asyari. Nalar Politik NU dan Muhammadiyah, h. 35 23 dilabeli sebagai gerakan modernis, lantaran teologinya mengandung unsur-unsur puritan, yakni teologi yang didasarkan atas ideologi pemurnian akidah Muslim, yang pada mulanya di propagandakan oleh gerakan Wahabi. Sementara itu terkait dengan isu-isu penting dalam gerakan politik ‘tradisional-modernis” menurut Deliar Noer 25 berkaitan dengan ini pertama, soal khilafiyah. Gerakan modern Islam di negeri kita, seperti juga di negera Islam lainnya, bermula dengan soal-soal ubudiyah. Dalam rangka ini, paham gerakan tersebut berusaha mengubah paham-paham tradisional. Kedalamnya termasuk apa yang disebut takhayul, khurafat, ada pula yang disebut masalah khilafiyah dalam kalangan Islam. Kedua, sifat fragmentasi kepartaian. Sifat ini dimasa 1920-1942, sangat menonjol baik pada kalangan Islam maupun pada kalangan kebangsaan. Ketiga, Kepemimpinan yang bersifat pribadi. Dizaman merdeka kecenderungan seperti itu terjadi, yaitu pemimpin, dengan alasan-alasannya sendiri, membawa pengikutnya keluar organisasi semula membangun partai baru ataupun mengubah sifat organisasinya menjadi partai politik. Keempat, perbedaan dan pertentangan paham yang berhubungan dengan pemerintah. Sementara kelompok modernis secara kelembagaan diwadahi oleh organisasi-organisasi seperti Muhammadiyah, Persis, Dewan Dakwah Islam Indonesia DDII dan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia ICMI dengan gerakan politik yang dominan diberikan kepada Partai Amanat Nasional. Uniknya pilihan ideologis PKB dan PAN mungkin akan memunculkan masalah dalam merumuskan strategi elektoral yang bisa mengakomodasi berbagai 25 Abudin Nata. Metodologi studi Isla, h. 347-348 24 kepentingan konstituen tradisional dan konstituen baru yang ingin dirangkul. Meskipun berasal dari basis massa organisasi Muslim terbesar, PKB dan PAN tidak serta merta mengidentifikasikan dirinya dengan politik Islam. PAN dan PKB hanya menyebut diri mereka sebagai partai berbasis massa Muslim. Tetapi menolak disebut sebagai partai Islam. Sementara pada sisi lainnya, PPP sebagai partai Islam dengan basis massa tradisional yang sama dengan PKB, mengingat secara genealogi PPP dilahirkan dari rahim partai-partai Islam pada tahun 1971. Sedangkan PBB dan PKS adalah representasi, pada sisi lainnya, sebagai santri modernis yang secara genealogis dan ideologis sangat berkaitan dengan Muhammadiah dan organisasi-organisasi modernis lainnya. Adapun acuan keagamaan PKS adalah Ikhwanul Muslimin, dikarenakan diantara para pendiri PKS yang menuntut ilmu di Timur Tengah, dan Ikhwanul Muslimin adalah sebuah organisasi yang lahir dan tumbuh di Timur Tengah. PKS tidak memiliki persambungan keagamaan dengan jaringan ulama dan kiai pesantren serta lembaga-lembaga pendidikan Islam dan lembaga-lembaga dakwah yang bernaung di bawahnya yang telah mengakar di masyarakat dan tumbuh bersama tradisi yang ada. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan yang berkembang di PKS seakan berjarak dengan pemahaman keagamaan yang dianut masyarakat negeri ini sehingga tidaklah heran jika pada awal-awal tumbuhnya LDK dan Tarbiyah, para aktivisnya menarik diri uzlah dari aktivitas keagamaan 25 26 masyarakat umum. Bahkan tidak jarang sebagian mereka menganggap masyarakat telah menyimpang dari Islam yang benar. 26 26 M. Imdadun Rahmat. Ideologi Politik PKS; Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen. Yogyakarta: LKiS, 2008, h. 150

BAB III BIOGRAFI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA