Sejarah Perkembangan Partai Keadilan Sejahtera

BAB III BIOGRAFI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

A. Sejarah Perkembangan Partai Keadilan Sejahtera

Partai Keadilan Sejahtera PKS merupakan partai yang diprakarsai oleh para aktivis dakwah kampus. Para aktivis yang sebagian besar berusia muda tersebut bergerak dari dalam kampus pada umumnya kampus-kampus umum dan dalam skala terbatas di sekolah-sekolah. Di kampus mereka mendirikan dan mengelola pengajian yang di wadahi dalam bentuk Lembaga Dakwah Kampus LDK. Lembaga inilah yang menyelenggarakan berbagai aktivitas keagamaan, baik berupa pengajian- pengajian untuk mahasiswa, maupun pengajaran Islam bagi para anggotanya. Di sekolah-sekolah, para aktivis ini berkiprah melalui lembaga kesiswaan yang sering disebut Rohani Islam ROHIS. Kegiatan yang dilakukan di ROHIS sama dengan LDK, yakni memberikan pemahaman dasar-dasar keislaman dengan penekanan pdaa penanaman semangat ghirah keislaman 1 . Pada masa-masa awal era pertengahan 1970-an hingga 1980-an, kegiatan para aktivis tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi; dalam arti, berbagai kegiatan lebih sering dilakukan dengan diam-diam dan jika menyelenggarakan pengajian untuk banyak orang, mereka berkamuflase dengan mengatasnamakan kegiatan mahasiswa atau siswa. Kegiatan diam-diam ini dikenal sebagai kegiatan “usroh”. Para aktivisnya disebut “anak usroh”. Usroh berarti keluarga. Maksudnya, 1 M. Imdadun Rahmat. Ideologi Politik PKS; Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 23 27 para anggota pengajian ini dibagi ke dalam satuan-satuan kecil 6-10 orang dengan seorang mentor murabbi dalam sistem stelsel. Metode pengajian yang cenderung rahasia ini tidak terlepas dari kebijakan politik pemerintahan Orde Baru yang sangat represif terhadap gerakan keagamaan. Situasi sedikit berubah ketika memasuki era 1990-an di mana mulai muncul pergeseran politik ketika Soeharto mulai menempatkan para aktivis Islam sebagai sekutu. Meskipun demikian, para aktivis LDK belum menempuh strategi gerakan yang terbuka. Dalam kondisi yang agak kondusif, para aktivis LDK lebih leluasa melakukan dakwahnya dan mendapatkan sambutan lebih luas. Pada era ini, mereka tidak lagi menggunakan sebutan Usroh, tetapi mengubahnya menjadi Ikhwan dan menamai aktivitas mereka dengan sebutan tarbiyah pendidikan 2 Seiring waktu, kelompok ini semakin lama semakin besar. Kedisiplinan mereka dalam mengamalkan ajaran Islam yang mereka tahu dan kajian buku tentang keilmuan dari para tokoh Al-Ikhwan Al-Muslimun, terutama dalam konsep tarbiyah, membuat mereka secara sadar sering menyebut bahwa konsep tarbiyah merupakan landasan bagi sebuah pembinaan. Dengan kata lain, semua marhalah tarbiyah seperti tabligh, ta’lim, takwin dan tanfidz harus dilalui dalam sebuah pembinaan. Lama kelamaan penggunaan istilah tarbiyah ini menjadi “latah” digunakan semua orang, 2 M. Imdadun Rahmat. Ideologi Politik PKS; Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 24 28 karena itu yang melakukan pengajian-pengajian dalam kelompok kecil kemudian menyebutnya sebagai kelompok tarbiyah 3 . Perkembangan kelompok tarbiyah ini bisa dikatakan sangat cepat, tak sampai 10 tahun jaringannya sudah ada hampir di semua universitas maupun kantor-kantor pemerintahan. Mereka menggunakan sistem Multi Level Marketing MLM. Seorang kader, membina paling tidak 5 orang kader baru dalam pengajian. Dan itu terjadi di hampir semua universitas, untuk menopang kader-kader baru di daerah 4 . Gerakan Tarbiyah terdiri atas lima elemen penting, yaitu 5 : 1. Dewan Dakwah Islam Indonesia dengan tokoh utama M. Natsir. DDII berperan menjadi inisiator awal berdakwah melalui kampus dan sekaligus peletak dasar-dasar strategi dakwah kampus serta menyiapkan jaringan para pendamping LDK yang terdiri dari tokoh-tokoh senior seangkatan M. Natsir sendiri hingga para penerusnya, seperti Abu Ridho, Husein Umar dan Masyhadi. 2. Elemen Jaringan LDK sebagai tulang punggung tarbiyah dan sekolah ROHIS. LDK merupakan pelaku utama dakwah kampus dan menyediakan wahana dan mekanisme rekruitmen kader di kampus dan sekolah. LDK sendiri bermula dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Masjid Salman ITB di bawah mentoring Imaduddin 3 Aay Muhammad Furkon. Partai Keadilan sejahtera; Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer. Jakarta: Teraju, 2004, h. 124 4 Aay Muhammad Furkon. Partai Keadilan sejahtera;, h. 132 5 M. Imdadun Rahmat. Ideologi Politik PKS; Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 24 29 Abdurrahim. Berbagai kegiatan ini, selain diikuti oleh para mahasiswa di sekitar Bandung, juga diikuti oleh mahasiswa dari kota-kota lain seperti UI, UGM dan IPB. Mereka inilah yang kemudian menjadi dai-dai di kampus masing-masing dan juga kampus-kampus lain. 3. Elemen para alumnus perguruan tinggi luar negeri, khusunya Timur Tengah. Mereka berperan sebagai tenaga-tenaga murabbi pendidik yang mengisi ceramah-ceramah dalam pertemuan-pertemuan tersebut. Para alumni Timur Tengah yang memiliki kelebihan dalam pendalaman keislaman serta penguasaan akan pikiran-pikiran Ikhwanul Muslimin menjadi ideolog-ideolog yang handal. Mereka dihadirkan dalam pengajian-pengajian dan menjadi tempat untuk bertanya dan berkonsultasi dalam berbagai masalah. Selain itu, mereka juga berperan dalam menyebarkan pemikiran-pemikiran Ikhwanul Muslimin di kalangan publik yang lebih luas. Mereka menjadi penceramah di radio, televisi, menulis buku, mengelola penerbitan dan menjadi narasumber di seminar-seminar yang diikuti oleh kalangan luas. 4. Para aktivis ormas Islam maupun kepemudaan Islam. Dikalangan aktivis Tarbiyah juga terdapat tokoh-tokoh yang selain aktif di Tarbiyah, juga aktif di ormas-ormas kepemudaan Islam, seperti PII, GPI, IMM, HMI dan PMII. Para kader yang memiliki kemampuan kepemimpinan dan pengorganisasian ini juga turut berperan dalam mengisi kepemimpinan dan menggerakkan roda organisasi di Tarbiyah. 30 5. Para da’i lulusan pesantren. Mereka menjadi pengajar materi keislaman dan menjadi mentor pengamalan ajaran Islam sekaligus menyumbangkan pengalaman berdakwah dimasyarakat. Kombinasi yang kompak dari lima elemen utama tarbiyah yang sebagian besar didukung oleh orang-orang berkultur modernis Masyumi dan mahasiswa perguruan tinggi umum ini menghasilkan pertumbuhan jaringan dakwah yang makin lama makin banyak anggotanya. Dilihat dari pertumbuhan jaringan dakwah kampus, perkembangan anggota dan persebarannya, menunjukkan tingkat akselerasi yang mengagumkan. Pada 1998 jaringan ini telah menyebar ke enam puluh empat perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Di sebagian besar perguruan tinggi tersebut, para aktivis dakwah Tarbiyah ini bahkan menjadi kekuatan yang dominan dalam dunia kemahasiswaan dan memgang posisi penting dalam organisasi intra kampus. Pada 1998, mereka ikut merespon perkembangan politik Indonesia dengan membentuk organisasi formal bernama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia KAMMI. Kesatuan mahasiswa yang didukung para kader Tarbiyah ini menjadi salah satu kekuatan mahasiswa yang cukup diperhitungkan saat gerakan mahasiswa menggulingkan rezim Soeharto. Selain jumlah mereka yang besar, para pemimpin kesatuan ini juga merupakan kader kampus yang menonjol sehingga mampu memerankan komunikasi publik yang efektif. Pola aksi mahasiswa yang simpatik 31 juga menambah daya tarik dan daya gebrak KAMMI guna meraih dukungan masyarakat untuk bersama-sama menggulingkan rezim Orde Baru 6 . Pada bulan Agustus 1998, para kader Tarbiyah membentuk partai politik bernama Partai Keadilan PK. Kelahiran PK didahului dengan pro dan kontra di kalangan internal mereka. Persoalan mendirikan partai ini menjadi agenda penting dibicarakan: sebagian mengatakan perlu mendirikan partai politik, sementara sebagian yang lain menyatakan tidak perlu. Persoalan ini kemudian menjadi pembahasan yang cukup panjang. Sebagian berpendapat bahwa era reformasi yang membuka keran kebebasan utuk berekspresi merupakan peluang yang baik untuk meningkatkan tahap perjuangan pada mihwar siyasi. Akan tetapi, sebagian menyatakan bahwa capaian yang diraih belum cukup untuk mewujudkan partai politik 7 . Kemudian diadakanlah musyawarah untuk menampung aspirasi dari kedua pihak yang berbeda tersebut. Musyawarah untuk membentuk partai pada jamaah Tarbiyah terjadi setelah Dewan Dakwah ‘gagal’ membuat satu partai politik yang berazaskan Islam. Lahirnya Partai Bulan Bintang dengan azas Pancasila membuat sebagian anggota Dewan Dakwah yang terlibat merumuskan partai Islam merasa kecewa. Pada saat itu, menurut Abu Ridho, jamaah yang kini menjadi Partai Keadilan sesungguhnya sedang menunggu dan meperhatikan Dewan Dakwah yang akan 6 M. Imdadun Rahmat. Ideologi Politik PKS; Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 34 7 M. Imdadun Rahmat. Ideologi Politik PKS;, h. 34 32 membidani lahirnya partai politik Islam. Namun, ketika lahir tidak dengan azas Islam, maka mereka kemudian mengadakan musyawarah tersendiri 8 . Dengan demikian, bukan kebetulan jika kedua partai ini mendeklarasikan diri di tempat yang sama, masjid Al-Azhar. Tempat ini umum dikenal sebagai benteng aktivis Muslim modernis. PBB dideklarasikan lebih awal pada 26 Juli 1998. Embrio partai ini dapat dilacak dalam pembentukan BKUI Barisan Kebangkitan Ulama Indonesia pada 12 Mei 1998, dimana tokoh kunci DDII terlibat aktif dalam proses pembentukan organisasi tersebut, sementara PK dideklarasikan lebih belakangan di hadapan ribuan pendukungnya pada 9 Agustus 1998 9 . Dalam deklarasi Partai Keadilan 9 Agustus 1998 Hidayat Nur Wahid sebagai Ketua Dewan Pendiri membacakan pernyataan, yang dikenal dengan Piagam Deklarasi bahwa : “Partai Keadilan didirikan bukan atas inisiatif seorang atau beberapa orang aktivisnya, namun merupakan perwujudan dari kesepakatan yang diambil musyawarah yang aspiratif dan demokratis. Sebuah survei yang melingkupi cakupan luas dari para aktivis dakwah, terutama yang tersebar dimasjid-masjid kampus di Indonesia dilakukan beberapa bulan sebelumnya untuk melihat respon umum dari kondisi politik yang berkembang di Indonesia. Survei ini menujukkan bahwa sebagian besar mereka menyatakan bahwasanya inilah waktu yang tepat untuk meneguhkan aktivitas dakwah dalam bentuk kepartaian dalam konteks formalitas politik yang ada sekarang. Survei ini mecerminkan tumbuhnya kesamaan sikap dikalangan sebagian besar aktivis dakwah yang dapat menjadi sebuah pola dinamis bagi pengendalian partai di kemudian hari. Terbukti setelah tekad mendirikan sebuah partai diputuskan maka kesatuan sikap secara menyeluruh”. 10 8 Aay Muhammad Furkon. Partai Keadilan sejahtera;, h. 150 9 Kuskridho Ambardi. Mengungkap Politik Kartel; Studi tentang Sistem Kepartaian di Indoensia Era reformasi, h. 140 10 Aay Muhammad Furkon. Partai Keadilan sejahtera;, h. 154 33 Jika diperhatikan Piagam Deklarasi diatas mempunyai makna bahwa Partai Keadilan tidak didirikan oleh orang-orang tapi didirikan secara bersama-sama. Piagam deklarasi juga merupakan indikasi dari “amal jama’i” di mana seluruh komponen yang terlibat dalam pendirian mempunyai tanggung jawab dan visi yang sama tentang urgensi partai sebagai kendaraan untuk dakwah. Hal ini berimplikasi pada sikap mental bahwa kegagalan mengurus partai bisa berarti kegagalan dalam mengelola dakwah. Dengan demikian, profesionalitas dan keberhasilan mengaplikasikan nilai-nilai dakwah menjadi sesuatu yang dipertaruhkan. Sementara itu, Partai Keadilan Sejahtera PKS resmi berdiri pada 20 April 2002, sebagai langkah strategis dalam menjawab hambatan menyangkut elektoral treshol. Dengan demikian maka visi dan misi partai tidak bergeser dari khittah PK dan kalaupun ada perbedaan hanya dalam bentuk redaksional dan teknis semata. Atas dasar kesamaan visi dan misi tersebut, musyawarah Majelis Syura Partai Keadilan XIII yang berlangsung di Wisma Haji, Bekasi, Jawa Barat, pada 17 April 2003, memutuskan Partai Keadilan menggabungkan diri dengan Partai Keadilan Sejahtera. Pada saat deklarasi, Partai Keadilan Sejahtera memiliki pengurus di 30 DPW, 312 DPD, dan 2155 DPC di seluruh Indonesia. Selain itu, PKS juga memiliki 13 perwakilan di luar negeri dengan Pusat Informasi Partai Keadilan Sejahtera PIPKS 11 . Dengan demikian, kita dapat meliihat bahwa perubahan PK ke PKS hanyalah semata-mata perubahan nama untuk menyiasati agar bisa mengikuti Pemilu 2004. 11 M. Imdadun Rahmat. Ideologi Politik PKS; Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 38 34 Oleh karena itu, suprastruktur ideologi, pemikiran dan konsep-konsep partai, maupun infrastruktur PKS baik berupa jaringan kader, kepengurusan hingga aset- aset partai adalah pelimpahan dari PK. Belajar dari “kegagalan” pada Pemilu 1999, PKS menempuh upaya perekrutan kader dan simpatisan dengan ekstra keras. Selain itu, PKS juga mengubah strategi dengan menampilkan citra yang lebih inklusif dengan mengangkat isu-isu yang relevan bagi seluruh elemen masyarakat. Ini ditempuh dengan harapan PKS mampu menjaring pemilih seluas-luasnya, tidak terbatas hanya pada kalangan kader Tarbiyah.

B. Tokoh-tokoh PKS