2.5.2 Kurva Utilitas
Kurva utilitas
diperoleh berdasarkan penjajagan preferensi pengambil keputusan, menggambarkan bagaimana utilitas suatu nilai atau keadaan tertentu bagi pengambil keputusan.
Pada umumnya skala utilitas dinyatakan antara 0 dan 1; dimana skala utilitas 1 menyatakan keadaan atau nilai yang paling disukai dan 0 menyatakan keadaan atau nilai yang tidak disukai.
1
Gambar 2.8 Bentuk kurva utility dalam menghadapi resiko
2.6 Sikap Menghadapi Resiko dan Bentuk Kurve Utilitasnya
Sikap seseorang dalam menghadapi suatu persoalan yang mengandung risiko pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : sikap penghindar risiko, sikap penggemar risiko dan netral.
2.6.1 Sikap Penghindar Risiko
Apabila seseorang menetapkan nilai ekivalen tetap NET dari suatu kejadian tak pasti lebih rendah dari nilai harapan kejadian tersebut maka ia disebut penghindar resiko.
0,5 Rp. 1.000.000
0,5 0 Pengghindar Resiko
Netral
Penggemar Resiko
Universitas Sumatera Utara
Misalnya lotere di atas menghasilkan nilai harapan Rp.500.000, akan tetapi orang yang penghindar resiko akan bersedia menjualnya pada harga yang lebih rendah dari Rp 500 ribu,
misalkan 300 ribu. Penghindar resiko lebih senang memilih hal yang pasti, dia menyadari lebih baik menerima Rp 300 ribu dari pada bermain lotere, meskipun nilai ekspektasi lotere tersebut
lebih tinggi. Pada contoh sebelumnya, premi resikonya adalah Rp 200 ribu, premi resiko dapat diartikan sejumlah uang atau besaran lainnya yang rela dilepaskan seorang pengambil keputusan
agar dapat menghindarkan resiko yang nampak pada kejadian yang tak pasti. Apabila seseorang bersifat penghindar resiko, premi resikonya akan selalu positif. Semakin besar nilai premi resiko,
sifat penghindar resiko akan semakin besar. Kurva utilitinya 1
0 ET= Rp300 Rp500 Gambar 2.9 Kurva utility penghindar risiko
2.6.2 Sikap Penggemar Risiko
Seseorang yang memiliki sifat penggemar resiko mempunyai sifat yang berlawanan dengan penghindar resiko, NET suatu kejadian tak pasti akan lebih besar dari pada nilai harapan dari
kejadian tersebut.
0,5 Rp. 1.000.000
0,5 0
Misalnya lotere diatas mengahasilkan nilai harapan Rp 500 ribu, akan tetapi orang penggemar resiko akan menjual pada harga yang lebih tinggi dari nilai harapan yang diperoleh, misalkan
Premi resiko
Universitas Sumatera Utara
Rp 700 ribu. Maka besarnya premi resiko yaitu – Rp 200 ribu. Bagi penggemar resiko, konsekuensi kehilangan Rp 1 juta tidak akan berbeda dengan kehilangan Rp 500 ribu. Orang
yang bersifat pencari resiko memperoleh motivasi oleh kemungkinan untuk memperoleh hadiah besar dalam suatu lotere. Pencari resiko sering disebut “Self-Insured” yaitu mengasuransikan
dirinya sendiri, percaya bahwa resiko lebih superior dibandingkan dengan sejumlah uang yang hilang untuk membeli lotere.
Premi resiko
Rp 500 NET Rp 700 Gambar 2.10 Kurva utility penggemar risiko
2.6.3 Sikap netral