tayangan yang ditonton, dan kejelasan bahasa atau gambar yang digunakan untuk mengungkapkan suatu tayangan di televisi sehingga terlihat nyata.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku menonton televisi dibentuk dari aspek:
a. Jumlah jam yang digunakan untuk menonton setiap harinya adalah banyaknya waktu atau
intensitas yang digunakan untuk menonton televisi dalam sehari. b.
Lamanya menonton setiap tayangan adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menonton setiap acara di televisi.
c. Keterlibatan dalam menonton televisi menunjukkan tingkat kedalaman emosi dengan
acara yang ditontonnya, yang ditandai dengan rasa senang jika bisa menonton dan rasa kecewa jika tidak bisa menonton.
d. Pengungkapan di televisi merupakan kejelasan bahasa atau gambar yang digunakan untuk
mengungkapkan suatu tayangan di televisi sehingga kelihatan nyata.
2.1.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku
Kurt Lewin dalam Azwar: 2003 merumuskan suatu mode hubungan berlaku yang mengatakan bahwa perilaku B adalah fungsi karakteristik individu P dan
lingkungan L. karakteristik individu meliputi berbagai variable seperti motif, nilai-nilai sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain, dan kemudian
berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kekuatannya
lebih besar daripada karakteristik individu hal ini terlihat pada individu yang bersifat submisif lebih mengutamakan penerimaan lingkungan daripada keinginan pribadi.
Perilaku seseorang didorong oleh motif-motif untuk memenuhi kebutuhan. Motivasi sendiri didefinisikan sebagai suatu keinginan melakukan sesuatu. Demikian pula
penggunaan media massa yang dilakukan individu didorong oleh sejumlah motif tertentu. McQuail 1987 menyatakan sejumlah motif penggunaan media massa sebagai berikut :
1. Informasi
a. mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan
terdekat, masyarakat dan dunia. b.
Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah-masalah praktis, pendapat serta hal yang berkaitan dengan menentukan pilihan.
c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.
d. Belajar, pendidikan diri sendiri.
e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.
2. Identitas pribadi
a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi
b. Menemukan mode perilaku
c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain dalam media
d. Meningkatkan sebuah pemahaman tentang diri sendiri
3. Integrasi dan interaksi sosial
a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial
b. Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki
c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial
d. Memungkinkan seseorang untuk menghubungi sanak keluarga, teman dan
masyarakat 4.
Hiburan a.
Melepaskan diri atau terpisah dari masalah b.
Bersantai c.
Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis d.
Mengisi waktu e.
Penyaluran emosi f.
Membangkitkan gairah seks Motif seseorang menonton tayangan tidak hanya untuk menghibur diri saja, hal
ini sesuai dengan motif-motif penggunaan media massa yang dikemukakan oleh McQuail. Seseorang menontoon tayangan juga bertujuan untuk memperoleh informasi,
mencari identitas, dan berinteraksi dengan orang lain.
Fans Club
Menurut pendapat Hinca 2007, pengertian suporter atau fans club adalah sebuah
organisasi yang terdiri dari sejumlah orang yang bertujuan untuk mendukung sebuah klub sepakbola. Suporter harus berafiliasi dengan klub sepakbola yang di dukungnya, sehingga
perbuatan supporter akan berpengaruh terhadap klub yang didukungnya Pengertian suporter menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah orang-orang
yang memberikan dukungan, sokongan dalam berbagai bentuk dan situasi. suporter fans club biasanya memiliki cara-cara untuk mendukung tim kesayangannya seperti
bernyanyi-nyanyi menyatakan dukungan dan memberikan semangat dikala tim kesayangan sedang berlaga. Suryanto 1996 mengatakan suporter fans club adalah
orang-orang yang memberikan dukungan atau support kepada satu tim yang dibela, suporter dalam satu pertandingan memiliki peran yang cukup penting. Suporter seakan
membuat pemain dapat menunjukkan permainan yang terbaik sehingga tidak jarang para suporter sepak bola fans club sering di juluki sebagai pemain ke dua belas.
Identitas Fans bermanfaat bagi individu dalam memberikan rasa kepemilikan komunitas. Zilmann, Bryant dan Sapolsky 1989 dikutip Jacobson, 2003: 2 melihat
manfaat lain dari kefanatikan fandom, termasuk pengembangan beragam kepentingan dan meningkatkan rasa partisipasi tanpa harus membayar harga mahal. Mereka juga
mencatat bahwa kefanatikan tidak mengenal usia, baik yang muda, tua ataupun sakit- sakitan serta jenis kelamin, fans akan berusaha untuk berpartisipasi. Kefanatikan akan
memungkinkan individu untuk menjadi bagian dari permainan sepakbola tanpa memerlukan keahlian khusus. Selai itu, kefanatikan menawarkan manfaat sosial seperti
perasaan persahabatan, solidaritas, dan kebanggaan yang bisa meningkatkan harga diri Jacobson, 2003.
Kefanatikan di dunia olahraga turut mempengaruhi pengembangan individu dengan membantu orang belajar untuk mengatasi emosi dan perasaan kecewa. Fans club
olahraga dapat bersatu dan memberikan perasaan memilikiyang bermanfaat bagi individu sehingga bisa terbawa ketempat dimana mereka tinggal Zillmann dikutip Jacobson,
2003. Literatur terbaru tentang penggemar olahraga telah menjawab kemungkinan alasan tentang mengapa individu menemukan olahraga menjadi sesuatu yang sangat
menyenangkan. Alasan ini terkait dengan harga diri, pelarian dari kehidupan sehari-hari, hiburan, kebutuhan keluarga, faktor ekonomi,dan kualitas estetik atau seni. Namun
seorang fans biasanya memilih satu tim tertentu untuk digemari. Giulianotti 2002 dalam Munno, 2000: 5 menyatakan bahwa ada empat tipe
spectators penonton, yaitu suporters pendukung, followers pengikut, fans pengemar, dan Flaneurs. Giulianotti mengkategori Spectators dengan menggunakan
dua konsep. Pertama adalah konsep Hot-cold yang menetapkan sejauh mana identitas individu ditentukan dan dipengaruhi oleh daya tarik sebuah tim. Istilah “hot” dipakai
untuk mereka yang memiliki loyalitas dan solidaritas. Sedangkan “cool” merupakan kebalikan dari “hot”. Konsep kedua adalah traditional-consumers yang menentukan
tingkatan dimana letak jati diri individu yang didorong oleh kekuatan pasar. Giulinotti menganggap penonton tradisional lebih memiliki identitas budaya, identitas lokal, dan
populer jika dibandingkan penonton konsumen yang hanya memiliki hubungan atas dasar pasar sepakbola kepada klub.
Lain halnya dengan Jacobson 2003:6 dia menyimpulkan banyak pandangan bahwa fans berbeda dengan spectator dalam olahraga, Jones 1997: 9 menyatakan bahwa
spectator hanya menonton dan mengamati olahraga lalu melupakannya. Sementara fans
akan memiliki intensitas lebih dan akan mencurahkan sebagian harinya untuk tim olahraga yang digemarinya. Fanship juga telah didefinisikan sebagai afilisasi dimana
banyak makna emosional dan nilai yang berasal dari keangotaan kelompok. Spinrad 1981 mendefinisikan fans sebagai orang yang berfikir, berbicara tentang olahraga, dan
berorientasi terhadap olahraga. Sedangkan Pooley 1978 menunjukkan kebutuhan untuk membedakan antara fans dan spectors. Dia mengklaim bahwa letak perbedaanya terletak
pada tingkat kegairahan. Madrigal 1995 menunjukkan bahwa fans mewakili sebuah asosiasi yang melibatkan individu dengan banyak makna emosional dan nilai. Anderson
1979 mencatat bahwa Fans berasal dari kata “fanatik” sehingga didefinisikan sebagai pengemar fanatik olahraga atau sebagai individu yang memiliki rasa antusiasme
berlebihan pada olahraga sepakbola. Ada dua faktor yang mampu menimbulkan suatu kefanatikan terhadap olahraga.
Pertama adalah level interpersonal atau level jaringan sosial seperti pengaruh dari teman, anggota keluarga yang dapat membentuk identitas, dan lingkungan termasuk letak
geografis yang cenderung memaksa individu untuk mendukung tim lokal di daerah tempat tinggalnya. Kedua adalah level simbolik seperti faktor personelpemain
sepakbola, keunikan, nama tim, logo, warna dan yel-yel klub. a.
Level interpersonal Di antara beberapa faktor pembentukan identitas, sosialisasi merupakan konsep
tak kalah penting. Individu menjadi fans melalui sosialisasi termasuk bersama teman dan keluarga. Ada kemungkinan bahwa sosialisasi ini dapat ditelusuri lagi kembali kemasa
anak-anak. Fans umumnya adalah pria dan tidak menutup kemungkinan juga wanita dan secara tradisional disosialisasikan kedalam olahraga pada usia muda. Anak telah
diperkenalkan dengan olahraga pada usia dini, baik melalui pengaruh orang tua atau saran pemasaran seperti pakaian yang cenderung memilih tema olahraga Chorbajian, 1978.
Agen sosialisasi lain yang membuat kontribusi yang kuat untuk sosial olahraga termasuk masyarakat, teman sebaya, dan model yang dijadikan contoh.
Selain sosialisasi, individu bisa menjadi fans dengan menjadi bagian dari sebuah kelompok dan menjadi bagian dari unit kolektif. Prilaku kolektif dapat didefinisikan
sebagai prilaku dari dua atau lebih individu yang bertindak secara kolektif, dimana masing-masing saling mempengaruhi tindakan yang lain Blumer, 1969. Selanjutnya ada
kebutuhan untuk membedakan antara koletifitas dalam kelompok kecil maupun dari prilaku budaya karena kelompok adalah lebih dari sekedar kumpulan individu. Maka itu,
prilaku kolektif bisa dianggap lebih spesifik untuk kelompok yang lebih besar.
Keuntungan utama dari prilaku kolektif adalah rasa memiliki yang timbul dengan identitas kelompok. Indentitas kolektif dikenal karena kemampuan mereka untuk
memberikan rasa individu untuk memiliki kelompok. Salah satu tujuan dari identitas kolektif adalah untuk menentukan perbedaan antara “kami” dan “mereka” sehingga
menciptakan lawan dan menumbuhkan solidaritas Snow Oliver, 1995, dalam Jacobson, 2003 : 7. Selain itu, rasa dukungan secara kolektif dapat memperkuat,
memberikan pengaruh, dan menghambat tindakan yang diambil secara individu. Fans menganggap dirinya menjadi bagian dari tim dan berbagi dalam rasa penderitaan ketika
timnya mengalami kekalahan. Ketika pertandingan dimulai, individu menjadi unit kelompok. Selanjutnya, kerumunan fans dapat dilihat sebagai kelompok yang
tindakannya relatif dapat diprediksi. Keunikan kerumunan fans ini adalah kelompok sudah memiliki persamaan seperti kesetiaan dan loyalitas kepada tim sebelum menjadi
unit kolekif. b.
level simbolik Selain level interpersonal, kefanatikan juga dapat dibuat oleh keinginan untuk
menjadi bagian dari lingkungan yang dibentuk oleh tim pemenang. Level simbolik adalah faktor yang menimbulkan kefanatikan terhadap olahraga berdasarkan faktor persone atau
pemain, keunikan, nama tim, logo, warna, dan yel-yel club. Heider 1958 dalam Jacobson, 2003: 9 mengemukakan sebuah teori keseimbangan. Fans yang berhubungan
dengan tim menggunakan teori identitas sosial yang dikenal sebagai BIRGing basking in reflected glory dan CORFing cutting of reflective failures. Asumsi pertama dari teori
tersebut adalah individu akan berusaha mengatasi sikap yang tidak seimbang atau tidak adil. Dengan pemikiran ini, Heider mencatat bahwa hubungan yang seimbang lebih
memuaskan ketimbang hubungan yang tidak seimbang. BIRGing dan CORFing merupakan induk dari teori keseimbangan heider yang berfokus pada konsistensi
interpersonal. Teori tersebut juga menunjukkan bahwa individu akan mengorganisasi pikiran mereka tentang orang lain secara seimbang dan mereka akan berusaha
mengembalikan situasi yang tidak seimbang. Dalam kaitanya dengan kefanatikan, fans berhubungan dengan tim layaknya
berhubungan dengan orang lain. BIRGing dapat didefinisikan sebagai kecendrungan individu untuk mempublikasikan keberhasilan hubungan mereka dengan orang lain,
meski orang lain belum berkontribusi kepada individu tersebut. Ketika seorang fans menyukai sebuah tim, keseimbangan didapat setelah fans merasa senang dengan hasil
pertandingan tim kesayangannya, baik itu berupa kemenangan, seri, atau kekalahan. Jika
fans merasa tidak senang barulah situasi dikatakan tidak seimbang. Sedangkan CORFing mengacu pada kecenderungan orang lain untuk menghindari sebuah hubungan dengan
orang lain karena takut mengalami kegagalan. Penghindaran ini biasanya melibatkan orang menjauhkan diri secara fisik, mental, atau emosional.
2.16 Babes
Babes adalah julukan atau sebutan yang di berikan kepada para wanita yang menggemari sepak bola, memiliki minat dan kemauan yang tinggi akan sepakbola
layaknya kaum pria. Saat ini di banyak Fans Club yang ada di seluruh Indonesia memiliki member
wanita Babes mereka masing-masing termasuk komunitas-komunitas Fans Club liga inggris seperti CISC Chelsea Indonesia Suporters Club dan UI United Indonesia, Saat
ini di kalangan Fans Club Indonesia keberadaan para babes tidak dapat di pandang sebelah mata, banyak dari para babes yang ikut serta dalam kepengurusan sebuah fans
club dan banyak berkorban demi Fans Club atau club yang dibelanya.
2.2. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisirkan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dan
pengamatan dalam Bugin, 2001: 73 mengartikan konsep sebagai generalisasi dan sekelompok fenomena tertentu yang dipakai untuk menggambarkan beberapa fenomena
yang sama. Sebagai sesuatu yang digeneralkan, konsep bermula dari teori-teori kejadian yang dibentuk dan oleh karenanya konsep memiliki tingkat generalisasi dalam Bugin,
2013 :13. Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan
rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus
dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variable-variabel terlebih dahulu. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas X
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain dalam
Nawawi,2001: 56. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program tayangan Liga Inggris BPL musim kompetisi 2014 2015.
2. Variabel terikat Y
Variabel terikat adalah suatu variabel yang merupakan akibat yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya dalam Rakhmat, 2004:12. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah tindakan menonton di kalangan Babes wanita penggemar sepakbola.
2.3 Variabel Penelitian
2.4 Operasional Variabel
Tabel 2.1 Tabel operasional variabel
2.5 Defenisi Operasional
Variabel bebas X Program Tayangan Liga Inggris
BPL musim kompetisi 2014-2015 Variabel Terikat YTindakan
menonton di kalangan Babeswanita penggemar sepakbola
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Variabel Bebas X Program
Tayangan Liga
Inggris BPL musim kompetisi 2014-2015
• Jam tayang Program
• Durasi Program
• Frekuensi
• Strategi Program
• Format Acara
Variabel Terikat Y Tindakan Menonton dikalangan Babes
• Jumlah jam yang digunakan untuk menonton setiap hari
• Lamanya waktu menonton setiap
tayangan di televisi •
Keterlibatan dalam menonton acara televisi
• Pengungkapan di televise
Karakteristik Responden •
Usia •
Pekerjaan Responden •
Pendidikan •
Pengeluaran Perbulan
Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk
pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi operasional juga merupakan suatu informasi alamiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan
menggunakan variabel yang sama dalam Singarimbun, 2006: 46 Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dikemukakan, maka
agar lebih memudahkan dalam operasionalnya di dalam memecahkan masalah, maka dibutuhkan definisi operasional variabel, yaitu sebagai berikut:
1. Variabel Bebas X, Tayangan Liga Inggris BPL musim kompetisi 2014-2015
a. Jam tayang program adalah jam waktu penayangan program tayangan Liga Inggris di
televisi b.
Durasi program adalah lama penayangan program tayangan Liga Inggris di televisi c.
Frekwensi program adalah intensitas penayangan program tayangan Liga Inggris di televisi
d. Strategi Program tayangan adalah strategi yang digunakan dalam mengemas penayangan
program tayangan Liga Inggris di televisi e.
Format acara adalah cara yang digunakan dalam penyajian penyangan program tayangan Liga Ingris di televisi
2. Variabel Terikat Y, tindakan menonton di kalangan Babes wanita penggemar
sepakbola. a.
Jumlah jam yang digunakan untuk menonton setiap harinya adalah banyaknya waktu atau intensitas yang digunakan untuk menonton televisi dalam sehari.
b. Lamanya menonton setiap tayangan adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menonton setiap acara di televisi. c.
Keterlibatan dalam menonton televisi adalah menunjukkan tingkat kedalaman emosi dengan acara yang ditontonnya, yang ditandai dengan rasa senang jika bisa menonton dan
rasa kecewa jika tidak bisa menonton. d.
Pengungkapan di televisi adalah merupakan kejelasan bahasa atau gambar yang digunakan untuk mengungkapkan suatu tayangan di televisi sehingga kelihatan nyata.
3. Karakteristik Responden adalah data responden
a. Usia
b. Pekerjaan
c. Pendidikan
d. Penghasilan perbulan
2.2 Hipotesis
Hipotesis secara etimologis terbentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis. Hypo berarti kurang dan thesis berarti pendapat. Jadi hipotesis merupakan kesimpulan yang
belum sempurna, sehingga disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis, yaitu dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan Bungin, 2011: 90.
Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H0: Tidak terdapat hubungan antara Program tayangan Liga Inggris BPL
terhadap Tindakan Menonton Di Kalangan Babes Perempuan Anggota Fans Club CISC Chelsea Indonesia Suporters Club regional Medan Dan UI United
Indonesia regional Medan. Ha: Terdapat hubungan antara Program tayangan Liga Inggris BPL terhadap
Tindakan Menonton Di Kalangan Babes Perempuan Anggota fans club CISC Chelsea Indonesia Suporters Club regional Medan Dan UI United Indonesia
regional Medan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Sejarah singkat Fans Club CISC Chelsea Indonesia Suporters Club dan UI
United Indonesia 3.1.1 Sekilas tentang Chelsea FC dan CISC Chelsea Indonesia Suporters Club
Chelsea F.C Chelsea Football Club, juga dikenal sebagai The Blues atau sebelumnya sebagai The Pensioners London F.C., adalah sebuah klub sepak bola
Inggris yang bermain di Liga Utama Inggris dan bermarkas di kota London. Klub ini didirikan oleh H.A. Mears pada tahun1905, dan memiliki lapangan sendiri yang dapat
menampung sekitar 42.360 penonton, bertempat di Fulham, London Barat.www.chelseafc.com
Chelsea sudah menghabiskan banyak sejarah dalam dunia sepakbola Inggris, dan mengalami kesuksesan sebanyak dua periode, sepanjang tahun 1960-an dan awal 1970-
an, kemudian pada akhir 1990-an hingga saat ini. Chelsea telah memenangi empat gelar Liga Utama Inggris 1954-55, 2004-05, 2005-06, 2009-2010, tujuh Piala FA1970, 1997,
2000, 2007, 2009, 2010, 2011 lima Piala Liga 1965, 1998, 2005, 2007, 2014 dan dua Piala Winners1971,1998 satu piala Europe League 2012 dan satu piala Liga
Champions Eropa 2011 serta Manajer pertama adalah John Roberson1905-1906 dan saat ini manajer Chelsea adalah Jose Mourinho 2013- sekarang. www.chelseafc.com
Chelsea Indonesia Supporters Club CISC resmi berdiri pada tanggal 7 Oktober 2003. Sekarang member yang telah bergabung dengan CISC sudah lebih dari 7100 orang.
CISC sendiri sudah memiliki lisensi sebagai komunitas Chelsea resmi dari Chelsea FC London. Banyak sekali penghargaan yang sudah diterima CISC baik dari Futsal maupun
kegiatan non olahraga, seperti Community of Choice dari majalah
SWA.www.chelseafc.or.id Kegiatan rutin yang diadakan untuk lebih mempererat solidaritas sesama fans
antara lain kegiatan olahraga futsal dan nonton bareng di setiap pertandingan yang dimainkan oleh Chelsea, serta acara-acara diluar olahraga, seperti rekreasi bersama,
charity, gathering dan lain-lain. Saat ini CISC memiliki banyak regional di seluruh Indonesia seperti Bandung, Jakarta, Tangerang, Bekasi, Lampung, Padang, Medan,
Banda Aceh, Palangkaraya, Makasar Manado hingga Jayapura.www.chelseafc.or.id Visi dan Misi Chelsea Indonesia Supporters Club CISC
Visi: Chelsea Indonesia Supporters Club CISC. Memberi wadah kepada seluruh fans Chelsea FC se-Indonesia, dan memberi dukungan penuh kepada Chelsea FC sebagai
salah satu klub bola terbaik dunia. Misi: Chelsea Indonesia Supporters Club CISC.mempererat dan meningkatkan
solidaritas antara seluruh fans Chelsea di seluruh Indonesia.
3.1.2 Sekilas tentang Manchester United dan UI United Indonesia