Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam ajaran Islam, ada dua tata hubungan yang harus dipelihara oleh para pemeluknya. Keduanya disebut dengan dua kalimat: hablum minallah wa hablum minan naas Q.s. 3 : 11. 1 Terjemahan harfiahnya adalah tali Allah dan tali manusia. Hubungan itu dilambangkan dengan tali, karena ia menunjukkan ikatan atau hubungan antara manusia dengan Tuhan dan antara manusia dengan manusia, yang disebut terakhir ini meliputi juga hubungan antara manusia dengan lingkungannya, termasuk dirinya sendiri. Kedua hubungan tersebut harus berjalan secara serentak dan simultan. Kalau dilukiskan, garis keatas vertikal menunjukkan hubungan manusia yang bersifat langsung dan tetap dengan Tuhan. Garis mendatar, horizontal, menunjukkan hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, lingkungan dan dirinya sendiri, selama ia hidup didunia ini, yang dituju adalah keselarasan dan kemantapan 1 Al-Buny D. Ahmad, Problematika Harta Zakat yogyakarta: Yayasan Pendidikan al-Qur’an, 1975. 1 hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia, termasuk dirinya sendiri dan lingkungannya. Inilah aqidah dan ini pulalah wasilah jalan yang dibentangkan oleh ajaran Islam bagi manusia, terutama manusia yang memeluk ajaran agama Islam. Dengan berpegang teguh kepada aqidah atau keyakinan itu, terbuka jalan untuk mencapai kebaikan hidup di dunia ini dan kebaikan hidup di akhirat kelak, setelah manusia meninggalkan dunia yang fana ini. 2 Untuk mencapai tujuan itulah, di samping syahadat, shalat, puasa, dan haji, diperlukan juga zakat. Zakat merupakan rukun islam ke empat yang sangat penting bagi kesejahteraan dan tegaknya keadilan sosial ekonomi umat. Pembayaran zakat bukan hanya menunjukkan kesalehan individual tetapi juga mencerminkan kesalehan sosial. Zakat dibayarkan oleh aghniya, orang yang dipandang kaya menurut aturan syara’ wajib membayar zakat muzaki kepada orang-orang miskin sesuai pedoman syar’i fuqoro yang diketegorisasikan dalam 8 delapan golongan penerima mustahik. Zakat merupakan sumber dana potensial dalam program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat level bawah. 3 Balasan Allah atas pembayar zakat, misalnya, akan diperoleh manusia secara tidak langsung di dunia ini. Bentuknya bermacam- 2 Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf Jakarta: Universitas Indonesia, 1988, h. 29. 3 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha Jakarta: Centre for Entrepreneurship Development, 2005, h. 1. macam. Salah satu diantaranya adalah perasaan bahagia karena dengan mengeluarkan zakat itu, ia telah ikut membahagiakan hidup orang lain yang menderita. Di samping itu, seseorang yang mengeluarkan zakat akan terdidik pula dengan sifat-sifat yang baik, di antaranya tidak mementingkan diri sendiri, tetapi juga mengingat nasib dan kepentingan orang lain yang hidup bersama dia dalam suatu masyarakat. Sejak Islam datang ke tanah air kita, zakat telah menjadi salah satu sumber dana untuk kepentingan pengembangan agama islam. Potensi zakat untuk pemberdayaan ekonomi dengan berupaya menciptakan iklim masyarakat yang berjiwa wirausaha akan terwujud, bila penyalurannya tidak langsung diberikan kepada mustahiq untuk keperluan konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola dan didistribusikan oleh lembaga yang amanah dan professional. Untuk keperluan ini, UU RI No. 38 Tahun 1999 mengenai Pengelolaan Zakat merupakan wujud kepedulian Pemerintah untuk mengupayakan kelembagaan pengelolaan zakat dengan manajemen modern. 4 Hal ini menunjukkan pentingnya suatu lembaga zakat. Lembaga inilah, di samping membina hubungan dengan Allah. Akan menjembatani dan memperdekat hubungan kasih sayang antara sesama manusia dan mewujudkan kata- kata bahwa umat Islam itu bersaudara, saling bantu membantu dan tolong menolong: yang kuat menolong yang lemah, yang kaya 4 Ibid, h. 1. membantu yang miskin. Dengan zakat dapat digambarkan citra Islam dan diwujudkan cita-cita kemasyarakan Islam. 5 Dalam rangka menolong kaum fakir miskin dan para dhuafa, Agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia mewajibkan kepada setiap muslim mengeluarkan zakat dari rezeki yang mereka peroleh. Selain itu, Islam juga menganjurkan kepada mereka untuk berse-dekah shadaqah dan ber infaq infaq, yang semuanya dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat yang kurang beruntung, yang berada dalam kemiskinan dan kesusahan. Dari gambaran itulah Muhammadiyah memandang perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan penggalian dana yang bersumber dari zakat, infaq dan Shadaqah. Potensi dana ZIS yang belum tergali masih sangat besar, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam dan juga masih cukup banyak warga masyarakat yang belum menunaikan zakat karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan mereka terhadap ajaran agama. Meskipun Negara kita masih berada dalam kondisi lemah ekonomi yang berkepanjangan, namun masih cukup banyak warga masyarakat yang memiliki kelebihan harta dan rezeki melimpah. 5 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf Jakarta: Universitas Indonesia, 1988, h. 30. Dalam rangka membantu dan memberdayakan kaum miskin dan mustadhafin, Muhammadiyah telah mendirikan ribuan amal usaha sosial, seperti panti asuhan bagi anak yatim piatu dan orang jompo, poliklinik, balai kesehatan, dan sekolah-sekolah, yang dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi anak-anak keluarga miskin. Badan-badan amal sosial tersebut didirikan dan dibesarkan dari dana zakat, infaq dan shadaqah dari warga masyarakat dan para aghniya dari kalangan anggota dan simpatisan Muhammadiyah. Kegiatan penggalian dana ZIS di lingkungan Muhammadiyah selama ini masih bersifat parsial dan sporadis sehingga hasil yang dicapai kurang optimal. Pemerintah bersama DPR telah membuat Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sebagai dasar hukum untuk bergerak secara lebih intensif bagi organisasi masyarakat dalam upaya menggali sumber dana ZIS, dengan mendirikan lembaga-lembaga amil zakat. Melalui UU tersebut, Pemerintah memberikan insentif kepada warga masyarakat pembayar zakat dalam bentuk potongan pajak sebesar zakat yang dikeluarkannya melalui Badan dan Lembaga Amil zakat. Sehubungan dengan itu, dan dalam upaya untuk lebih memperkuat badan-badan amal sosial Muhammadiyah dalam membantu dan memberdayakan kaum miskin maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah memandang perlunya membentuk satu lembaga yang LAZIS Muhammadiyah memiliki aspek legal dengan pengukuhan sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat Nasional dalam bentuk : a. SK PP Muhammadiyah nomor : 103KEPI.0K2002 tanggal 04 Juli 2002. b. SK Menteri Agama nomor : 457 tanggal 21 Nopember 2002. LAZIS Muhammadiyah telah menargetkan jumlah dana Zakat yang akan dikumpulkan melalui pelayanan-pelayanan LAZIS Muhammadiyah dan juga melalui Jejaring LAZIS Muhammadiyah yang tersebar di berbagai daerah. Jumlah target yang akan dicapai melalui pelayanan LAZIS Muhammadiyah tersebut akan diupayakan khususnya dengan memudahkan muzaki membayar zakatnya melalui gerai-gerai yang dibuka, maupun pelayanan lain. Setiap donator atau muzaki membutuhkan pelayanan yang berbeda dalam berdonasi, dan semua itu membutuhkan strategi dalam menghimpun atau menggalang dana yang merupakan tulang punggung kegiatan dalam menggalang dana agar segala kegiatan berjalan dengan lancar. Atas dasar itulah LAZIS Muhammadiyah menyediakan berbagai macam pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan para donator yang berbeda pula, salah satunya adalah layanan jemput zakat. secara khusus melaksanakan fungsi Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah. Dalam rangka memberikan kepuasan konsumen, perusahaan atau sebuah lembaga perlu melakukan usaha pembinaan langganan, melalui pengarahan tindakan strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan ciri atau sifat para pembeli konsumen tersebut. Untuk dapat membina langganan atau pasarnya, maka perusahaan perlu memberikan pelayanan sesuai dengan kemampuannya, sehingga terarah kepada pasar sasaran target market yang dituju. 6 Layanan jemput zakat merupakan salah satu pelayanan yang ada dalam strategi fundraising LAZIS Muhammadiyah, suatu pelayanan yang menawarkan berbagai macam kemudahan dan kepuasan yang berbeda dengan pelayanan LAZIS Muhammadiyah yang lain dan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas penggalangan atau penghimpunan dana di LAZIS Muhammadiyah. Sehingga melalui layanan jemput zakat dapat dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap pasar sasaran yang dituju, atas dasar itulah penulis ingin membuat penelitian skripsi yang berjudul “STRATEGI PENGGALANGAN DANA MELALUI LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH.” 6 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A, MANAJEMEN PEMASARAN Dasar, Konsep, dan Strategi Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 143

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah