Strategi penggalangan dana melalui program layanan jemput zakat laziz PP Muhammadiyah

(1)

ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh

PUTRI RESTU PRATIWI

NIM : 106053002014

PROGRAM STUDI MANAJEMAN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H / 2010 M


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Mei 2010


(3)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memeperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh

PUTRI RESTU PRATIWI NIM : 106053002014

Pembimbing

Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, M.A. NIP : 1966065 199403 1 005

PROGRAM STUDI MANAJEMAN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H / 2010 M


(4)

MELALUI PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 12 Mei 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) pada Program Studi Manajemen Dakwah.

Jakarta, 12 Mei 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Wahidin Saputra, M.A. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A. NIP:19700903 199603 1 001 NIP: 19670818 199803 1 002

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. H. Sunandar, M.A. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A. NIP:19620626 199403 1 002 NIP: 19670818 199803 1 002

Pembimbing

Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, M.A. NIP : 1966065 199403 1 005


(5)

Putri Restu Pratiwi

Penggalangan Dana Melalui Program Layanan Jemput Zakat LAZIS PP Muhammadiyah

LAZIS PP Muhammadiyah merupakan salah satu lembaga dalam penerimaan dana zakat, infaq dan sodaqoh di daerah Jakarta. Salah satu hal yang menarik bagi penulis ialah meneliti program layanan jemput di LAZIS PP Muhammadiyah, karena sistem kerjanya yang berbeda dengan layanan-layanan lain, dan menawarkan berbagai macam kemudahan dalam suatu kelompok kebutuhan donatur.

Pembahasan dalam skripsi ini lebih terfokus kepada penggalangan dana melalui program layanan jemput zakat, suatu program yang merupakan salah satu bagian pelayanan penggalangan dana dan memiliki peran dalam meningkatkan jumlah donasi di LAZIS PP Muhammadiyah.

Penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif dalam menyusun penelitian skripsi ini. Dan untuk melengkapi data yang diperlukan, penulis menggunakan langkah pengumpulan data di perpustakaan yang sudah disediakan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode survey langsung ke LAZIS Muhammadiyah dengan mencari data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Wawancara dan observasi langsung ke kantor LAZIS Muhammadiyah, dan penulis juga menggunakan internet untuk melengkapi pembuatan skripsi ini.

Hasil dari penelitian ini adalah, penulis dapat mengetahui sistem kerja dan kemudahan yang ditawarkan oleh layanan jemput zakat, sehingga para donatur merasa puas dalam menggunakan layanan jemput zakat di LAZIS PP Muhammadiyah. Dan penulis juga dapat mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas layanan jemput zakat dalam mengembangkan jumlah donasi di LAZIS PP Muhammadiyah.


(6)

Segala puji dan syukur yang sangat tulus penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat penulis susun dan selesaikan dengan penuh kerja keras, sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana S1.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena berkat jasa beliaulah kita bisa membedakan antara yang hak dan yang bathil, sehingga kita selalu berada di jalan Allah SWT.

Selesainya penulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itulah penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi.

2. Bapak Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA sebagai Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan juga sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dalam memberikan pengarahan serta saran yang sangat berharga sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang telah banyak membantu dan


(7)

4. Bapak M. Khoirul Muttaqin sebagai Direktur utama LAZIS PP Muhammadiyah, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di LAZIS PP Muhammadiyah.

5. Bapak Nanang Q. el-Ghazal sebagai Fundraising Manager, yang telah menjadi sumber inspirasi dalam karya tulis ini dan sekaligus telah banyak membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Bapak Edy, seluruh Staff dan Karyawan LAZIS PP

Muhammadiyah yang ramah-ramah dan memberikan pelayanan yang baik selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Para Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi 2006-2010 yang telah memberikan Ilmu serta bimbingannya dalam menyelesaikan kuliah ini.

8. Tim Penguji, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, Bapak Drs. H. Sunandar, MA dan Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA yang telah memberikan saran serta kritik yang mendalam terhadap penulisan skripsi ini, dan mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis.

9. Seluruh Staff Tata Usaha, Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi, yang telah banyak membantu dan memberikan fasilitas selama penulis kuliah dan selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(8)

iv

menemani, mengajari, dan menuntunku. Dan adik-adikku Fikar dan Taufik yang dengan tiada henti memberikan motivasi baik moril ataupun materil yang tak terhingga disaat penulis menuntut ilmu. 11.Nenekku Sumarni yang tiada henti memberikan do’a dan selalu

memberikan semangat kepada penulis.

12.Sahabatku Novi, Nurul, Halimah, Fitri, Beti dan Ana, yang berperan aktif dalam kesuksessan penulisan skripsi ini, terimakasih atas do’a, motivasi dan saran-saran kalian selama ini.

13.Merliza, Rohay, Nina, Imas, Wiyan, Umay, dan Teman-teman kelasku semuanya, terimakasih atas pertemanan kita yang banyak memberikan kenangan suka dan duka selama kuliah.

Penulis hanya dapat berdo’a semoga kebaikan Bapak, Ibu, Sahabat, teman-teman, dan keluargaku akan menjadi amal shaleh, semoga mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.

Akhirnya penulis hanya dapat berharap, mudah-mudahan tulisan sederhana ini dapat menambah perbendaharaan khazanah intelektual para pembaca.

Jakarta, 12 Mei 2010


(9)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... ... 8

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 10

E. Metodelogi Penelitian ... 11

F. Sistemetika Penulisan ... 14

BAB. II : TINJUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI PENGGALANGAN DANA ZIS A. Teori Strategi ... 17

1. Pengertian Strategi ... 17

2. Proses Strategi ... 20

3. Faktor-Faktor Strategi ... 24

B. Zakat ... 26

1. Pengertian dan Definisi Zakat ... 26

2. Prinsip-prinsip Zakat ... 27

3. Tujuan, Syarat, Macam, dan Dalil Zakat ... 29

C. Penggalangan Dana Zakat ... 42


(10)

BAB. III : PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH (LAZISMU)

A. Program Layanan Jemput Zakat ... 66

1. Latar belakang ... 66

2. Tujuan dan Dasar hukum ... 70

3. Rencana kerja ... 72

4. Sistem program layanan jemput zakat ... 67

B. LAZIS PP Muhammadiyah ... 78

1. Sejarah dan Landasan hukum ... 78

2. Visi, Misi, dan Tujuan ... 80

3. Struktur Organisasi ... 81

4. Program Kerja dan Kegiatan ... 82

BAB. IV : STRATEGI LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH A. Strategi ... 103

1. Segmentasi Layanan Jemput Zakat LAZISMU ... 103

2. Target layanan jemput zakat LAZISMU ... 119

3. Positioning layanan jemput zakat LAZISMU ... 123

B. Hasil ... 128

1. Hasil Segmentasi Layanan Jemput Zakat LAZISMU ... 128


(11)

vii

LAZISMU... 134

C. Analisis ... 136

1. Strategi ... 136

2. Hasil ... 140

BAB. V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 142

B. Saran ... 144

DAFTAR PUSTAKA ... 146


(12)

Dalam lembar-lembar karya ini

Belum bisa ku menarik nafas panjang Dan melangkah dengan lenggang Atas semua kisah yang menantang

Siapa... yang dapat membantu ku meringankan mimpi Yang selalu terbesit berkali-kali

Ditengah himpitan yang pedih Dalam perjuangan yang indah ini

Dalam hening di malam yang sepi Aku hanya mampu mencurahkan isi hati Dari setiap cerita yang ku miliki

Dengan merendah dan pasrah

Ku ungkapkan semua rasa yang ku punya Pada Sang Penguasa

Rasa haru dan bahagia tak tertahankan Rasa takut dan sedih yang terpaut Tak pernah lenyap dalam benak Seperti jam dinding yang terus berdetak


(13)

Belum bisa melepas rasa haru dan bahagia ku Belum bisa memecah rasa takut dan sedih ku

Semua belum usai dan tercapai Akan harapan dan mimpi

Dalam perjuangan ku yang penuh misteri

Aku hanya mampu berencana Untuk mewujudkan mimpi indah

Tapi... semua adalah rahasia Sang Penguasa

Jiwa ku melayang

Untuk sebuah kemenangan,,, Mimpi dan harapan

Atau... tidak untuk apa-apa

Aku... tidak tahu

Tidak ada lagi yang bisa ku ungkap

Berdo’a, berusaha untuk yang terbaik

Meneruskan impian dan harapan dalam kehidupan Terus terjaga dalam setiap jalannya harapan


(14)

TENTANG:

Latar Belakang Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian Metodelogi Penelitian

Tinjauan Pustaka Sistematika Penulisan

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

JL. Ir. Juanda. No. 95. Ciputat 15412 Telp/Fax: (021) 7432728/ 74703580 Website:www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail: [email protected]


(15)

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam ajaran Islam, ada dua tata hubungan yang harus dipelihara oleh para pemeluknya. Keduanya disebut dengan dua kalimat: hablum minallah wa hablum minan naas (Q.s. 3 : 11).1

Terjemahan harfiahnya adalah tali Allah dan tali manusia. Hubungan itu dilambangkan dengan tali, karena ia menunjukkan ikatan atau hubungan antara manusia dengan Tuhan dan antara manusia dengan manusia, yang disebut terakhir ini meliputi juga hubungan antara manusia dengan lingkungannya, termasuk dirinya sendiri. Kedua hubungan tersebut harus berjalan secara serentak dan simultan. Kalau dilukiskan, garis keatas (vertikal) menunjukkan hubungan manusia yang bersifat langsung dan tetap dengan Tuhan. Garis mendatar, horizontal, menunjukkan hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, lingkungan dan dirinya sendiri, selama ia hidup didunia ini, yang dituju adalah keselarasan dan kemantapan

1

Al-Buny D. Ahmad, Problematika Harta & Zakat (yogyakarta: Yayasan Pendidikan al-Qur’an, 1975).


(16)

hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia, termasuk dirinya sendiri dan lingkungannya.

Inilah aqidah dan ini pulalah wasilah (jalan) yang dibentangkan oleh ajaran Islam bagi manusia, terutama manusia yang memeluk ajaran agama Islam. Dengan berpegang teguh kepada aqidah atau keyakinan itu, terbuka jalan untuk mencapai kebaikan hidup di dunia ini dan kebaikan hidup di akhirat kelak, setelah manusia meninggalkan dunia yang fana ini.2 Untuk mencapai tujuan itulah, di samping syahadat, shalat, puasa, dan haji, diperlukan juga zakat.

Zakat merupakan rukun islam ke empat yang sangat penting bagi kesejahteraan dan tegaknya keadilan sosial ekonomi umat. Pembayaran zakat bukan hanya menunjukkan kesalehan individual tetapi juga mencerminkan kesalehan sosial. Zakat dibayarkan oleh

aghniya, orang yang dipandang kaya menurut aturan syara’ wajib membayar zakat (muzaki) kepada orang-orang miskin sesuai pedoman syar’i (fuqoro) yang diketegorisasikan dalam 8 (delapan) golongan penerima (mustahik). Zakat merupakan sumber dana potensial dalam program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat level bawah.3

Balasan Allah atas pembayar zakat, misalnya, akan diperoleh manusia secara tidak langsung di dunia ini. Bentuknya

2

Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 29.

3

Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta: Centre for Entrepreneurship Development, 2005), h. 1.


(17)

macam. Salah satu diantaranya adalah perasaan bahagia karena dengan mengeluarkan zakat itu, ia telah ikut membahagiakan hidup orang lain yang menderita. Di samping itu, seseorang yang mengeluarkan zakat akan terdidik pula dengan sifat-sifat yang baik, di antaranya tidak mementingkan diri sendiri, tetapi juga mengingat nasib dan kepentingan orang lain yang hidup bersama dia dalam suatu masyarakat. Sejak Islam datang ke tanah air kita, zakat telah menjadi salah satu sumber dana untuk kepentingan pengembangan agama islam.

Potensi zakat untuk pemberdayaan ekonomi dengan berupaya menciptakan iklim masyarakat yang berjiwa wirausaha akan terwujud, bila penyalurannya tidak langsung diberikan kepada mustahiq untuk keperluan konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola dan didistribusikan oleh lembaga yang amanah dan professional. Untuk keperluan ini, UU RI No. 38 Tahun 1999 mengenai Pengelolaan Zakat merupakan wujud kepedulian Pemerintah untuk mengupayakan kelembagaan pengelolaan zakat dengan manajemen modern.4 Hal ini menunjukkan pentingnya suatu lembaga zakat. Lembaga inilah, di samping membina hubungan dengan Allah. Akan menjembatani dan memperdekat hubungan kasih sayang antara sesama manusia dan mewujudkan kata-kata bahwa umat Islam itu bersaudara, saling bantu membantu dan tolong menolong: yang kuat menolong yang lemah, yang kaya

4


(18)

membantu yang miskin. Dengan zakat dapat digambarkan citra Islam dan diwujudkan cita-cita kemasyarakan Islam.5

Dalam rangka menolong kaum fakir miskin dan para dhuafa, Agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia mewajibkan kepada setiap muslim mengeluarkan zakat dari rezeki yang mereka peroleh. Selain itu, Islam juga menganjurkan kepada mereka untuk berse-dekah (shadaqah) dan ber infaq (infaq), yang semuanya dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat yang kurang beruntung, yang berada dalam kemiskinan dan kesusahan. Dari gambaran itulah Muhammadiyah memandang perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan penggalian dana yang bersumber dari zakat, infaq dan Shadaqah.

Potensi dana ZIS yang belum tergali masih sangat besar, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam dan juga masih cukup banyak warga masyarakat yang belum menunaikan zakat karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan mereka terhadap ajaran agama. Meskipun Negara kita masih berada dalam kondisi lemah ekonomi yang berkepanjangan, namun masih cukup banyak warga masyarakat yang memiliki kelebihan harta dan rezeki melimpah.

5

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 30.


(19)

Dalam rangka membantu dan memberdayakan kaum miskin dan mustadhafin, Muhammadiyah telah mendirikan ribuan amal usaha sosial, seperti panti asuhan bagi anak yatim piatu dan orang jompo, poliklinik, balai kesehatan, dan sekolah-sekolah, yang dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi anak-anak keluarga miskin. Badan-badan amal sosial tersebut didirikan dan dibesarkan dari dana zakat, infaq dan shadaqah dari warga masyarakat dan para aghniya dari kalangan anggota dan simpatisan Muhammadiyah.

Kegiatan penggalian dana ZIS di lingkungan Muhammadiyah selama ini masih bersifat parsial dan sporadis sehingga hasil yang dicapai kurang optimal. Pemerintah bersama DPR telah membuat Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sebagai dasar hukum untuk bergerak secara lebih intensif bagi organisasi masyarakat dalam upaya menggali sumber dana ZIS, dengan mendirikan lembaga-lembaga amil zakat. Melalui UU tersebut, Pemerintah memberikan insentif kepada warga masyarakat pembayar zakat dalam bentuk potongan pajak sebesar zakat yang dikeluarkannya melalui Badan dan Lembaga Amil zakat.

Sehubungan dengan itu, dan dalam upaya untuk lebih memperkuat badan-badan amal sosial Muhammadiyah dalam membantu dan memberdayakan kaum miskin maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah memandang perlunya membentuk satu lembaga yang


(20)

LAZIS Muhammadiyah memiliki aspek legal dengan pengukuhan sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat Nasional dalam bentuk :

a. SK PP Muhammadiyah nomor : 103/KEP/I.0/K/2002 tanggal 04 Juli 2002.

b. SK Menteri Agama nomor : 457 tanggal 21 Nopember 2002.

LAZIS Muhammadiyah telah menargetkan jumlah dana Zakat yang akan dikumpulkan melalui pelayanan-pelayanan LAZIS Muhammadiyah dan juga melalui Jejaring LAZIS Muhammadiyah yang tersebar di berbagai daerah. Jumlah target yang akan dicapai melalui pelayanan LAZIS Muhammadiyah tersebut akan diupayakan khususnya dengan memudahkan muzaki membayar zakatnya melalui gerai-gerai yang dibuka, maupun pelayanan lain.

Setiap donator atau muzaki membutuhkan pelayanan yang berbeda dalam berdonasi, dan semua itu membutuhkan strategi dalam menghimpun atau menggalang dana yang merupakan tulang punggung kegiatan dalam menggalang dana agar segala kegiatan berjalan dengan lancar. Atas dasar itulah LAZIS Muhammadiyah menyediakan berbagai macam pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan para donator yang berbeda pula, salah satunya adalah layanan jemput zakat.


(21)

Dalam rangka memberikan kepuasan konsumen, perusahaan atau sebuah lembaga perlu melakukan usaha pembinaan langganan, melalui pengarahan tindakan strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan ciri atau sifat para pembeli/ konsumen tersebut. Untuk dapat membina langganan atau pasarnya, maka perusahaan perlu memberikan pelayanan sesuai dengan kemampuannya, sehingga terarah kepada pasar sasaran (target market) yang dituju.6

Layanan jemput zakat merupakan salah satu pelayanan yang ada dalam strategi fundraising LAZIS Muhammadiyah, suatu pelayanan yang menawarkan berbagai macam kemudahan dan kepuasan yang berbeda dengan pelayanan LAZIS Muhammadiyah yang lain dan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas penggalangan atau penghimpunan dana di LAZIS Muhammadiyah. Sehingga melalui layanan jemput zakat dapat dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap pasar sasaran yang dituju, atas dasar itulah penulis ingin membuat penelitian skripsi yang berjudul “STRATEGI PENGGALANGAN DANA MELALUI LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH.”

6

Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A, MANAJEMEN PEMASARAN Dasar, Konsep, dan Strategi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 143


(22)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas hanya lebih terfokus kepada salah satu strategi pelayanan di LAZIS PP Muhammadiyah, yaitu layanan jemput zakat.

2. Perumusan Masalah

Agar dalam pembahasannya lebih terarah dan terfokus, maka dapatlah di kemukakan rumusan masalah terhadap judul ini. dengan maksud untuk memudahkan penelitian dan mendapatkan hasil kajian yang Komperehensif. Adapun masalah yang akan di teliti dan di paparkan dalam skripsi ini adalah:

a. Bagaimana strategi fundraising yang dilakukan LAZIS Muhammadiyah?

b. Bagaimana program layanan jemput zakat yang dilakukan LAZIS Muhammadiyah?

c. Seberapa besar standar efektifitas program layanan jemput zakat LAZIS Muhammadiyah dalam meningkatkan jumlah Muzaki?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah Untuk mengetahui langkah-langkah dan upaya apa saja yang dilakukan di


(23)

layanan jemput zakat LAZIS Muhammadiyah, sehingga penulis dapat membuktikan apakah layanan jemput zakat ini dapat berpotensi, berperan besar atau tidak berpengaruh dalam penggalangan dana di LAZIS Muhammadiyah. Ada beberapa tujuan lain yang mendasari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui strategi apa saja yang dilakukan oleh LAZIS PP Muhammadiyah dalam menggalang dana.

2. Untuk mengetahui bagaimana program layanan jemput zakat yang dilakukan oleh LAZIS PP Muhammadiyah.

3. Untuk mengetahui seberapa besar program layanan jemput zakat ini berkembang, maka perlu dilihat seberapa besar standar keefektifitasan program ini dari berbagai faktor (intenal maupun eksternal).

Adapun manfaat dalam penelitian ini, yaitu:

1. Sebagai alat ukur dalam perkembangan menggalang dana, sehingga ketika terlihat kekurangan dalam layanan jemput zakat diharapkan penelitian ini mampu membuat Antisipasi di tahun-tahun berikutnya dalam menyusun strategi menggalang dana di LAZIS Muhammadiyah.

2. Sebagai sampel bahwa LAZIS Muhammadiyah adalah salah satu Lembaga Amil Zakat tingkat Nasional yang terbaik di Indonesia, dan sudah memiliki legalitas.


(24)

3. Sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana 1 (S1) Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusun skripsi ini, telah dilakukan tinjuan pustaka oleh penulis, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahulu yang hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang akan penulis teliti sekarang, tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu, maka penulis perlu mempertegas perbedaan antar masing-masing judul skripsi tersebut antara lain:

1. Penulis Selamet Fadilah (104053002064) yang berjudul Strategi Penggalangan dan Pendistribusian Dana Komite Indonesia Untuk Solidaritas Palestina, jurusan Manajemen Dakwah. Judul skripsi tersebut membahas tentang strategi dalam penggalangan dana komite indonesia, namun tujuan skripsi ini lebih kepada strategi dalam penggalangan dana LAZIS Muhammadiyah.

2. Penulis Elvi Alawiyah Yang Berjudul Administrasi Kantor Penggalangan dan Pendayagunaan Dana Zakat pada Baitulmaal Muamalat, jurusan Manajemen Dakwah. Perbedaan terletak pada spesifikasi dalam administrasi penggalangan dan pendayagunaan


(25)

dana zakat, sedangkan skripsi ini lebih mengarah kepada strategi dalam penggalangan dana LAZIS Muhammadiyah.

3. Penulis Umroha Almaal (102053025761) yang berjudul Strategi Fundraising Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar Peduli Ummat, jurusan Manajemen Dakwah. Judul skripsi tersebut membahas tentang strategi fundraising, sedangkan pada skripsi ini penulis lebih mengarah kepada strategi penggalangan dana dalam program layanan jemput zakat.

E. Metodelogi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini menggunakan kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor yang di kutip dari “metodologi penelitian kualitatif” metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan perilaku yang dapat diamati.7

Deskriptif yaitu suatu metode yang membahas permasalahan dengan cara memaparkan atau menguraikan terlebih dahulu dengan pokok masalah secara teoritis.

2. Subjek dan objek penelitian

7

Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2002), Cet Ke-17, Hal.3


(26)

Subjek penelitian ini adalah LAZIS PP Muhammadiyah, sedangkan objek penelitiannya adalah bagaimana strategi penggalangan dana melalui program layanan jemput zakat.

3. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian: Sekretariat PP Muhammadiyah Jakarta; Gedung dakwah Muhammadiyah. Jln Menteng Raya No 62. Jakarta (lantai 3, kantor LAZIS Muhammadiyah).

4. Teknik pengumpulan data

Dalam pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Agar lebih mudah mendapat data yang konkrit, sehingga penulis mengadakan kunjungan dan pengamatan secara langsung kepada pihak yang bersangkutan yaitu LAZIS Muhammadiyah. b. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi dari sumber informasi. Interview

digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang atau organisasi, dalam hal ini peneliti menggunakan sistem wawancara langsung untuk melengkapi pengumpulan data yang


(27)

diperlukan, penulis mengadakan wawancara langsung dengan tema yang diteliti.8

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu. Data-data di peroleh melalui dokumen-dokumen yang berupa catatan formal, dan juga buku-buku, artikel, majalah, Koran, dan bahan informasi lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian serta dapat memperkaya dan mempertajam analisa study ini, sumber- sumber data yang terdapat dalam penelitian ini berasal dari sumber tertulis.9

5. Analisa data

Dalam menganalisa data penulis menggunakan metode deskriptif, metode deskriptif adalah langkah–langkah dalam melakukan representasi objektif tentang gejala-gejala yang terdapat dalam masalah yang diselidiki, dengan kata lain, metode ini tidak terbatas sampai pada pengumpulan data. Tetapi meliputi juga analisis dan interpretasi tentang arti data itu.10

6. Teknik penulisan

8

Ari Kunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis

(Jakarta: Bina Aksara,1985), h. 109-110 9

Meleong, (Metodologi Penelitian Kualitatif H. Abdurrahman,Tif ), h. 16 10

Soejono Dan Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran Dan Penerapan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ), h. 24


(28)

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku.

pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi,tesis dan disertasi), yang disusun oleh tim penulis UIN JAKARTA dan di terbitkan oleh CEQDA UIN Jakarta pada tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami pengertian-pengertian dan mempelajari penulisan penelitian skripsi. Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis menjadi lima bab. Tiap-tiap bab terdiri dari sub bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan latar belakang masalah, pembahasan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjuan pustaka, sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan tentang:

Teori Strategi, yang menjelaskan tentang; pengertian, proses dan faktor-faktor strategi.


(29)

Zakat, yang menjelaskan tentang; pengertian dan definisi zakat, serta prinsip-prinsip zakat, tujuan, hikmah, syarat, macam dan dalil-dalil tentang zakat.

Penggalangan Dana Zakat, yang menjelaskan tentang; Strategi Penggalangan Dana Zakat, Teknik Penggalangan Dana Zakat, Sumber-Sumber Dana Zakat, dan Pola Penggalangan Dana zakat.

BAB III PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH

Bab ini menggambarkan dan menguraikan tentang program layanan jemput zakat yang mencakup; latar belakang, tujuan, dasar hukum, Rencana kerja, dan Sistem program layanan jemput zakat. Serta menggambarkan pula tentang profil LAZIS Muhammadiyah.

BAB IV STRATEGI LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH

Bab ini menguraikan tentang strategi penggalangan dana LAZIS Muhammadiyah, yang menjelaskan bagaimana segmenting, targeting, dan juga positioning dalam program layanan jemput zakat, serta hasil apa


(30)

saja yang diperoleh dalam menjalankan strategi tersebut. Dan yang terakhir dalam bab ini yaitu analisis penulis dalam meneliti berbagai kegiatan di LAZIS Muhammadiyah.

BAB V PENUTUP

Bab ini menguraikan kesimpulan, dan saran saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(31)

PENGGALANGAN DANA ZIS

TENTANG:

Teori Strategi; Pengertian Strategi, Proses Strategi, Faktor-faktor Strategi.

Zakat; Pengertian dan Definisi Zakat, Prinsip-prinsip Zakat, Tujuan, Syarat, Macam, dan

Dalil Zakat.

Penggalangan Dana Zakat; Strategi Penggalangan Dana Zakat, Tekhnik Penggalangan Dana Zakat, Sumber-sumber

Dana Zakat.

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

JL. Ir. Juanda. No. 95. Ciputat 15412 Telp/Fax: (021) 7432728/ 74703580 Website:www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail: [email protected]


(32)

PENGGALANGAN DANA ZIS

A. Teori Strategi 1. Pengertian Strategi

Strategi sebagai sebuah kata yang lebih tua dari istilah manajemen. Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu

Strategeia ini berasal dari kata Stratos yang berarti militer dan ag

yang berarti memimpin. Dalam koneks awalnya, strategi diartikan

Generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang.1

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, kata strategi banyak diadopsi dan diberi yang lebih luas sesuai dengan bidang ilmu atau kegiatan yang menempatkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang jendral di masa perang, tetapi sudah berkembang pada tanggung jawab seorang pemimpin.2

Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu organisasi diartikan sebagai kiat cara dan taktik utama yang

1

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), h. 8

2

Ibid, h. 10


(33)

dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.3

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan strategi adalah seni atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kegiatan tertentu.4

Untuk mengetahui lebih jelas megenai pengetian strategis, penulis mengedepankan pengertian strategis yang dikemukakan beberapa pakar, diantaranya:

a. Menurut Prof. Dr. A. M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut.5

b. Menurut Dr. Fuad Ansyari mengatakan bahwa: “Dalam pengertian dasarnya strategi dan titik adalah metode titik untuk memenangkan suatu persaingan. Persaingan itu berbentuk pertempuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan memakai senjata dan tenaga manusia. Sedangkan dalam bidang non militer, strategi dan taktik adalah suatu cara untuk

3

Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press, 2000), Cet ke-1, h. 147

4

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199

5

A. M. Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pronhallindo, t.t.), h. 58.


(34)

memenangkan persaingan antara kelompok-kelompok yang berbeda orientasi hidupnya.“6

c. Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.7

d. Menurut Din Syamsudin, strategi mengandung arti diantaranya: 1) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan. 2) Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program

untuk mencapai tujuan.

3) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.8 e. Menurut William F. Glueck, strategi merupakan sesuatu yang

dipersatukan, bersifat komprehensif terintegrasi yang menghubungkan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan bahwa sejarah dasar

6

Fuad Amsari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Mizan, 1990), h. 40

7

George Stainer dan John Minner, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, t.t), h. 20

8

Din Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani,


(35)

perusahaan atau organisasi akan tercapai dengan pelaksanaan yang tepat oleh organisasi yang menerapkannya.9

Dari beberapa pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan: ada beberapa rumusan-rumusan yang ada dalam strategi, namun demikian tidak merubah ide-ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula diantaranya, yaitu:

1) Strategi merupakan satu kesatuan rencana yang terpadu untuk mencapai tujuan organisasi.

2) Dalam menyusun strategi perlu dihubungkan dengan lingkungan organisasi sehingga dapat di susun kekuatan organisasi.

2. Proses Strategi

Joel Ross dan Michael mengungkapkan, bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi seperti kapal tanpa ada kemudinya, bergerak berputus pada lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti pengembara tanpa adanya tujuan tertentu.10 Adapun proses strategi terdiri dari tiga tahapan:

a. Perumusan Strategi

9

Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2000), Cet ke-1, h. 4

10

Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3


(36)

Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya adalah pengembangan tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif memilih strategi untuk dilaksanakan.11 Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam suatu proses kegiatan.

Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja, diantaranya:

1) Tahap Input (masukan)

2) Dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah meringkas informasi sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.

3) Tahap Pencocokan

4) Proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada

menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal.12

5) Tahap Keputusan

6) Menggunakan semacam teknik, di peroleh dari input sasaran dalam mengevaluasi strategi alternatif yang telah diidentifikasikan dalam tahap kedua.13

11

Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, h. 15. 12


(37)

Perumusan strategi haruslah selalu melihat ke depan dengan tujuan, artinya peran perencanaan amatlah penting dan memiliki andil yang besar.

b. Implementasi Strategi

Implementasi Strategi termasuk pengembangan budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang masuk.14 Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalan strategi, karena implementasi berarti juga memobilisasi untuk mengubah strategi yang telah dirumuskan menjadi tindakan.

Menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan, mengalokasikan sumber daya dan mengembangkan budaya yang mendukung strategi merupakan usaha yang dilakukan dalam mengimplementasikan strategi. Implementasi yang sukses membutuhkan dukungan disiplin, motivasi dan kerja keras.

c. Evaluasi Strategi

Tahapan terakhir dalam sebuah strategi adalah evaluasi strategi. Tiga macam aktivitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi yaitu:

13

Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, h. 198 14


(38)

1. Meninjau faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar asumsi pembuatan strategi. Adapun perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang harus dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam mencapai tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi yang tidak efektif atau aktifitas implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula pada hasil yang akan dicapai.

2. Mengukur Prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan yang didapat). Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individu dan menyimak kemajuan yang dibuat ke arah penyampaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat di ukur dan dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil yang lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan dengan apa yang telah terjadi.

3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan starategi baru dirumuskan. “... Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang


(39)

dibayangkan semula untuk pencapaian yang direncanakan maka disitulah tindakan korektif diperlukan.“15

Tindakan korektif harus menempatkan posisi yang lebih baik untuk lebih mampu memanfaatkan kekuatan internal, menghindari, mengurangi, dan meringankan ancaman eksternal serta mampu memperbaiki kelemahan internal. Segala kegiatan korektif harus konsisten secara internal dan bertanggung jawab secara sosial.

Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan di masa depan. Evaluasi strategi mungkin berupa tindakan yang kompleks dan peka, karena terlalu banyak penekanan pada evaluasi strategi akan merugikan suatu hasil yang dicapai. Evaluasi strategi sangat penting untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah tercapai. Evaluasi strategi sangat diperlukan untuk organisasi dari semua kegiatan dengan mempertanyakan dan asumsi manajerial, harus memicu tinjauan dan nilai-nilai yang merangsang kreatifitas.

3. Faktor-faktor Strategi

Kesadaran bagi setiap orang, baik sebagai individu atau kelompok organisasi, baik organisasi social atau organisasi bisnis tentang tujuan yang hendak dicapai akan berubah. Suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dan sebuah usaha-usaha yang mengarahkan pada penyampaian tujuan disebut strategi.

15


(40)

Suatu strategi harus efektif dan jelas karena ia mengarahkan organisasi kepada tujuannya, untuk itu konsep suatu strategi harus memperhatikan faktor-faktor strategi, diantaranya:

a. Lingkungan

Lingkungan tidak pernah berada pada kondisi dan selalu berubah. Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada segala sendi kehidupan manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak hanya kepada cara berfikir tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan, dan pandangan kehidupan.

b. Lingkungan Organisasi

Lingkungan organisasi yang meliputi segala sumber daya dan kebijakan organisasi yang ada.

c. Kepemimpinan

S. P. Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, setiap pemimpin dalam menilai perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eksternal atau internal berbeda.16

B. Zakat

1. Pengertian dan Definisi Zakat

16

S. P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: Masagung, 1994), Cet ke-2, h. 9


(41)

Perkataan zakat berasal dari kata zakaa, artinya tumbuh dengan subur. Makna lain kata zakaa. Dalam kitab-kitab hukum islam, perkataan zakat itu diartikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Dan jika pengertian itu dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran islam, harta yang di zakati itu akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya). Jika dirumuskan, maka zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula. Syarat-syarat-syarat tertentu itu adalah nisab, haul, dan

kadar-nya. Menurut hadits, yang berasal dari Ibnu Abbas, ketika Nabi Muhammad mengutus Mu’az bin jabal ke Yaman untuk mewakili beliau menjadi gubernur di sana, antara lain Nabi menegaskan bahwa zakat adalah harta yang diambil dari orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya, antara lain fakir dan miskin.17

Infaq adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang, setiap kali ia memperoleh rezeki, sebanyak yang dikehendakinya sendiri.18

Shadaqah atau sedekah adalah pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama kepada

17

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 38

18

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 23


(42)

orang miskin, setiap kesempatan terbuka yang tidak ditentukan baik jenis, jumlah maupun waktunya. Lembaga sedekah sangat digalakkan oleh ajaran Islam untuk menanamkan jiwa sosial dan mengurangi penderitaan orang lain. Sedekah tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material saja, tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan orang lain, termasuk dalam kategori sedekah.19

2. Prinsip-prinsip Zakat

Menurut M.A. Mannan, zakat mempunyai enam prinsip, yaitu:

a. prinsip keyakinan keagamaan (faith)

b. prinsip pemerataan (equite) dan keadilan

c. prinsip productivitas (productivity) dan kematangan d. prinsip nalar (reason)

e. prinsip kebebasan (freedom) f. prinsip etik (ethic) dan kewajaran.20

Prinsip (pertama) keyakinan keagamaan menyatakan bahwa orang yang membayar zakat yakin bahwa pembayaran tersebut merupakan salah satu manifestasi keyakinan agamanya, sehingga kalau orang yang bersangkutan belum menunaikan zakatnya, belum

19

Ibid, h. 23 20

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 39


(43)

merasa sempurna ibadahnya. Prinsip (kedua) pemerataan dan keadilan cukup jelas menggambarkan tujuan zakat yaitu membagi lebih adil kekayaan yang telah diberikan Tuhan kepada umat manusia. Prinsip (ketiga) produktivitas dan kematangan menekankan bahwa zakat memang wajar harus dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk terntentu. Dan hasil (produksi) tersebut hanya dapat dipungut setelah lewat jangka waktu satu tahun yang merupakan ukuran normal memperoleh hasil tertentu. Prinsip (keempat) nalar, dan (kelima) kebebasan menjelaskan bahwa zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas dan sehat jasmani serta rohaninya, yang merasa mempunyai tanggung jawab untuk membayar zakat untuk kepentingan bersama. Zakat tidak dipungut dari orang yang sedang dihukum atau orang yang menderita sakit jiwa. Akhirnya, (keenam) prinsip etik dan kewajaran menyatakan bahwa zakat tidak akan diminta secara semena-mena tanpa memperhatikan akibat yang ditimbulkannya. Zakat tidak mungkin dipungut, kalau karena pemungutan itu orang yang membayarnya justru akan menderita.

3. Tujuan, Hikmah, Syarat, Macam, dan Dalil Zakat


(44)

Yang dimaksud dengan tujuan zakat, dalam hubungan ini, sasaran praktisnya. Tujuan tersebut, selain yang telah disinggung di atas, antara lain adalah sebagai berikut:

1) Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya ke luar dari kesulitan hidup serta penderitaan

2) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para

gharimin, ibnussabil dan mustahiq lainnya

3) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya

4) Menghilangkan sifat kikir dan atau loba pemilik harta

5) Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin

6) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu masyarakat

7) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta

8) Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya untuk mencapai keadilan sosial.21

b. Hikmahnya

21

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 40


(45)

Zakat sebagai lembaga Islam mengandung hikmah (makna yang dalam, manfaat) yang bersifat rohaniyah dan filosofis. Hikmah itu digambarkan di dalam berbagai ayat al-Qur’an dan al-Hadits. Di antara hikmah-hikmah itu adalah:

1) Mensyukuri karunia Ilahi, menumbuh suburkan harta dan pahala serta membersihkan diri dari sifat-sifat kikir dan loba, dengki, iri, serta dosa

2) Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan

3) Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama manusia

4) manifestasi kegotongroyongan dan tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa

5) Mengurangi kefakirmiskinan yang merupakan masalah sosial 6) Membina dan mengembangkan stabilitas sosial

7) Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.22

c. Syaratnya

Menurut para ahli hukum Islam, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kewajiban zakat dapat dibebankan pada harta yang dipunyai oleh seorang muslim. Syarat-syarat itu adalah:

22


(46)

1) Pemilikan yang pasti. Artinya sepenuhnya berada dalam kekuasaan yang punya, baik kekuasaan pemanfaatan maupun kekuasaan menikmati hasilnya

2) Berkembang. Artinya harta itu berkembang, baik secara alami berdasarkan sunnatullah maupun bertambah karena ikhtiar atau usaha manusia

3) Melebihi kebutuhan pokok. Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri sendiri dan keluarganya untuk hidup wajar sebagai manusia 4) Bersih dari hutang. Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu bersih dari hutang, baik hutang kepada Allah (nazar, wasiat) maupun hutang kepada sesama manusia

5) Mencapai nisab. Artinya mencapai jumlah minimal yang wajib dikeluarkan zakatnya

6) Mencapai haul. Artinya harus mencapai waktu tertentu pengeluaran zakat, biasanya dua belas bulan atau setiap kali menuai atau panen.23

d. Macamnya

Sebagaimana telah disebut juga di atas, zakat terdiri dari (1) Zakat maal atau zakat harta, dan (2) zakat fitrah. Yang dimaksud dengan (1) zakat harta adalah bagian dari harta kekayaan seseorang

23

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 41


(47)

(juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu; (2) zakat fitrah adalah pengeluaran wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari raya idulfitri.24 e. Dalil-dalilnya

Yang dimaksud dengan dalil-dalil dalam hubungan ini adalah dasar-dasar hukum zakat, baik yang terdapat dalam al-Qur’an maupun yang terdapat dalam kitab-kitab hadits (al-Hadits). Dalil-dalil yang terdapat dalam kedua sumber hukum Islam itu disebut dalil-dalil naqli, sedangkan dalil-dalil yang lahir dari ijtihad manusia dinamakan dalil aqli.25

Berikut ini, sebagai contoh, disebutkan beberapa dalil naqli

dan keutamaan zakat yang terdapat di dalam al-Qur’an, yaitu: 1) Perintah menunaikan. (Q.s. Al Baqarah : 43, 83, 110, 177).26

⌧ ⌧

24

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 42

25

Ibid, h. 42 26

Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), h. 249.


(48)

Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku. (Q.s. Al Baqarah : 43)

Artinya : Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Q.s. Al Baqarah : 83)


(49)

☺ ☺

Artinya : Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (Q.s. Al Baqarah : 110)

☺ ☺

⌧ ☺

☺ ☺


(50)

Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.s. Al Baqarah : 177)


(51)

2) Orang yang menunaikan – mendapat pahala dari Tuhan. (Q.s. Al Baqarah : 277; An Nisaa : 162; Al A’raaf : 156; At Taubah : 71).27

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shaleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.s. Al Baqarah : 277)

27

Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), h. 249.


(52)

Artinya : Tetapi orang-orang yang mendalami ilmunya di antara mereka dan orang-orang mu’min, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Qur’an), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan kami berikan kepada mereka pahala yang besar. (Q.s. An Nisaa : 162)

⌧ ☺


(53)

Artinya : Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat, sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: “Siksa-Ku akan “Siksa-Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat Kami.“ (Q.s. Al A’raaf : 156)

☺ ☺

☺ ☺

Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari


(54)

yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.s. At Taubah : 71)

3) Orang yang berhak menerima (Q.s. At Taubah : 60).28

☺ ☺

⌧ ⌧ ☺

Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang-orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang untuk dijalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang

28

Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), h. 249.


(55)

diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.s. At Taubah : 60)

4) Keharusan ada pemungut (Q.s. At Taubah : 103).29

⌦ ☺

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.s. At Taubah : 103)

5) Bani Israil diperintah (Q.s. Al Maaidah : 12).30

29

Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), h. 249.

30

Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), h. 249.


(56)

☺ ⌧

Artinya : Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa kafir diantaramu sesuadah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (Q.s. Al Maaidah : 12)


(57)

Di samping yang terdapat di dalam al-Qur’an itu, dapat juga dimajukan beberapa dalil naqli yang terdapat di dalam kitab-kitab hadits, yakni (antara lain):31

1) Orang kaya yang bersyukur, lebih baik dari orang miskin yang kufur;

2) Kemiskinan membawa orang kepada kekufuran yaitu sikap mengingkari dan lupa pada kebenaran;

3) Menolong janda miskin sama (nilainya) dengan melakukan jihad di jalan Allah; ...

4) Senyum (yang kau berikan) pada saudaramu, menganjurkan berbuat baik dan mencegah melakukan kejahatan, menujukkan jalan bagi orang yang sesat, menghilangkan gangguan duri dari jalan, menuangkan air yang ada dalam embermu ke ember saudaramu, menuntun orang yang lemah, adalah sedekah;

5) Sewaktu mengutus Mu’az bin Jabal ke Yaman, antara lain Nabi Muhammad bersabda: “Allah mewajibkan mereka (orang Yaman itu) menzakati harta kekayaan mereka. Zakat itu diambil dari orang-orang kaya dan dibagi-bagikan kepada fakir-miskin;

6) Ketika seorang menanyakan pendapat Muhammad mengenai cara membelanjakan hartanya, Nabi menjawab: keluarkan zakat

31

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 43.


(58)

dari hartamu itu, sebab zakat adalah suci dan akan menyucikan kamu. Dengan zakat kamu akan dapat menyambung tali silahturahmi dengan kerabat, tetangga, peminta-minta, dan menghormati hak orang-orang miskin;

7) Barangsiapa yang diberi Allah kekayaan, tetapi tidak menunaikan zakatnya, pada hari kiamat kekayaannya itu akan menjadi ular berbisa yang akan melilit tubuhnya, sambil berkata: Akulah kekayaanmu dan akulah harta bendamu.

C. Penggalangan Dana Zakat

1. Strategi Penggalangan Dana Zakat

Penggalangan dalam kamus Indonesia-inggris adalah fund-raising, sedangkan orang yang mengumpulkan dana disebut fund-raiser.32 Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan; mengumpulkan, perhimpunan, pengerahan1 Peter Salim; Salim’s Ninth Collegiate Cet..33 Dan yang dimaksud dengan dana adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan, biaya, pemberian, hadiah, derma.34

32

Peter Salim. ’s Ninth Collegiate Indonesia-English Dictionary. (Jakarta; Modern English Press, 2000), Cet. Ke-1, h. 607.

33

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 2002, edisi ke-3, h. 612.

34


(59)

Menggalang dana adalah sebuah proses, menggalang dana bukan mengenai meminta uang tetapi lebih mengenai menjual ide bahwa donor dapat mewujudkan perubahan masyarakat. Bila orang telah menerima ide itu, maka mereka akan mau menyumbang.

Beberapa penggalangan dana tidak memanfaatkan peluang untuk memperoleh dana. Beberapa lagi melakukannya, tetapi tidak terlalu efektif. Tujuan menggalang dana adalah memperoleh, tetapi sering dilupakan bahwa imbauan agar orang berbuat sesuatu, permintaan agar orang menyumbang adalah bagian yang sangat penting dari imbauan yang disajikan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat didefinisikan bahwa penggalangan dana adalah kegiatan penghimpunan dana yang mana dalam kegiatan itu penggalangan dana menjual ide orang-orang yang mempunyai daya kretifitas dan imajinasi yang tinggi, sehingga mampu menghimpun beberapa dana dari donatur yang bisa dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan organisasi penggalangan dana.

Penggalangan dana atau fundraising berperan penting bagi lembaga/ organisasi sosial dalam upaya mendukung jalannya program dan menjalankan roda operasional yang telah digariskan.35

35

Iqbal Setyarso, Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah Lembaga Pengelola Zakat Pulau Sumatera, (Jakarta: Khairul Bayan, 2008), h. 72.


(60)

Strategi menggalang dana adalah tulang punggung kegiatan menggalang dana yang akan dilakukan, dan dalam penggalangan dana juga diperlukan beberapa perumusan. Perumusan strategi dalam hal ini adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan, kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.36 Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam suatu proses kegiatan.

Konsep strategi dapat dilihat dari dua prespektif yang berbeda: Pertama, dari perspektif mengenai apa yang hendak dilakukan oleh sebuah organisasi, apakah tindakan sejak semula dimaksudkan atau tidak.37

Dari perspektif pertama, strategi diberi batasan berbagai “program yang luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misinya”. Kata program dalam definisi ini berarti peran aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi organisasi. Dari prespektif kedua, strategi adalah “pola tanggapan organisasi yang sekali-kali dilakukan terhadap lingkungan”. Dalam definisi ini setiap organisasi

36

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhard Lindo, 2002), h. 15.

37

J.A.F. Stoner, R.E. Freeman, Manajemen Jilid 1, (Jakarta: Intermedia, 1994), h. 302.


(61)

mempunyai strategi meskipun tidak harus efektif, sekalipun strategi itu tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Artinya, setiap organisasi mempunyai hubungan dengan lingkungannya yang dapat diamati dan dijelaskan. Pandangan seperti ini mencakup organisasi yang para manajernya bersifat reaktif yang menanggapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan jika ada kebutuhan untuk itu. Perumusan sebuah strategi yang dilakukan secara aktif dikenal sebagai perencanaan strategik atau lebih mutakhir, manajemen strategik.38 Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih suatu strategi, yaitu:39

a. Strategi harus tanggap terhadap lingkungan ekstern. b. Strategi melibatkan keunggulan kompetitif.

c. Strategi harus sejalan dengan strategi yang lainnya yang terdapat di dalam organisasi.

d. Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan organisasi strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan jangka panjang.

e. Strategi secara keorganisasian dipandang layak dan wajar.

Titik tolak dalam merumuskan strategi penggalangan dana adalah tinjauan terhadap penentuan kebutuhan organisasi, perkembangan organisasi, mengidentifikasi sumber daya, dan

38

J.A.F. Stoner, R.E. Freeman, Manajemen Jilid 1, (Jakarta: Intermedia, 1994),h. 57.

39


(62)

menilai peluang. Berikut akan diuraikan bagian-bagian dari perumusan strategi penggalangan dana:

a. Menentukan kebutuhan.

Menentukan kebutuhan dapat dilakukan pada tingkat;40 1) Agar bisa terus melakukan kegiatan.

2) Meningkatkan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang terus bertambah.

3) Perkembangan organisasi di masa depan. b. Perkembangan Organisasi

Di samping tugas-tugas menyangkut dana, sebuah organisasi juga perlu membiayai kegiatan sendiri dan masa depannya. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:41

1) Pengembangan modal. 2) Dana Abadi (Corpus Fund).

3) Mengurangi hidup bergantung pada pihak luar dan mengembangkan sumber dana independen.

4) Mengembangkan landasan keanggotaan dan pendukung. 5) Kemampuan berdiri sendiri untuk jangka panjang. c. Mengidentifikasi Sumber Daya

40

Michael Norton, Menggalang Dana, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h. 51.

41

Michael Norton, Menggalang Dana, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h. 57.


(63)

Dalam menyusun strategi penggalangan titik tolak yang baik adalah mengidentifikasi sumber-sumber dana yang mungkin dapat digali:42

1) Dukungan dari perorangan, diajak menjadi anggota atau memberi sumbangan.

2) Sumbangan besar selama hidup, dan warisan setelah meninggal.

3) Dukungan dari kegiatan penggalangan, seperti meminta sumbangan dari masyarakat, mengadakan malam hiburan, dan acara massal lainnya.

4) Pemberian dalam bentuk barang (oleh perorangan atau Lembaga Penggalang Dana).

5) Hibah dari lembaga pemerintah pusat maupun lembaga non pemerintah.

6) Hibah dari lembaga donor internasional atau nasional. 7) Hibah dari yayasan international atau lokal.

d. Menilai Peluang

Butir-butir di atas adalah gambaran yang cukup lengkap mengenai sumber dana yang dapat di gali, perlu diperhatikan faktor-faktor berikut ini:43

1) Pengalaman di masa lalu.

42

Ibid, h. 57. 43

Michael Norton, Menggalang Dana, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h. 60.


(64)

2) Pendukung yang sewajarnya.

3) Organisasi macam apa yang akan dibentuk . 4) Gaya dalam melakukan kegiatan.

5) Sumber daya dan keahlian yang dimiliki. 6) Sumber dana yang ada sekarang.

7) Peluang yang terbaik. 8) Siapa saja yang kita kenal. e. Perspektif Jangka Panjang Penting

Beberapa sumber dana pada dasarnya bersifat jangka pendek. Tetapi ada pula yang dapat dikembangkan menjadi mitra jangka panjang. Misalnya, jika kita punya rencana untuk mengembangkan organisasi untuk jangka panjang, maka kita perlu uang, tidak hanya untuk tahun ini tetapi juga untuk tahun depan, tahun berikutnya, dan tahun selanjutnya. Jika kita menggalang dan untuk jangka pendek, kita mungkin berhasil menghimpun dana untuk tahun ini dan tahun depan, tetapi setelah itu kita akan mengalami defisit. Karena ketika kita menggalang dana untuk masa depan, perhitungkan potensi setiap sumber untuk memberi dukungan dalam jangka panjang.

f. Mengidentifikasi Hambatan

Hambatan akan selalu ada ketika kita melakukan sesuatu. Ada hambatan yang timbul karena sifat organisasi dan apa yang diperjuangkannya. Ada yang timbul dari dalam tubuh organisasi


(65)

sendiri, dan mungkin beberapa datang dari luar. Apapun sumber hambatan, kita perlu memperhitungkan ketika menyusun rencana menggalang dana.

g. Merumuskan Strategi

Proses perencanaan strategi akan mempertimbangkan semua pilihan yang tersedia, membuat keputusan berdasarkan informasi yang cukup lengkap mengenai pendekatan yang terbaik, merencanakan langkah-langkah berikutnya, dan mempertimbangkan dengan seksama sumber daya apa yang akan diperlukan. Ada beberapa teknik sederhana yang dapat digunakan untuk perencanaan strategis.

2. Tekhnik Penggalangan Dana Zakat

Zakat merupakan rukun islam keempat yang sangat penting bagi kesejahteraan dan tegaknya keadilan sosial ekonomi ummat. Pembayaran zakat bukan hannya menunjukkan kesalehan individual tetapi juga mencerminkan kesalehan sosial. Zakat merupakan sumber dana potensial dalam pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat menengah ke bawah.

Potensi zakat untuk pembayaran ekonomi dengan berupa menciptakan iklim masyarakat yang berjiwa wirausaha akan terwujud, apabila penyaluran tidak langsung diberikan kepada mustahik untuk keperluan konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola, dan


(66)

didistribusikan oleh badan atau lembaga yang amanah dan profesional. Untuk keperluan ini, UU RI No. 38 Tahun 1999 mengenai pengelolaan zakat merupakan wujud kepedulian pemerintah untuk mengupayakan kelembagaan pengelolaan zakat dengan manajemen modern.44

Teknik yang harus dibuat terkait dengan penghimpunan adalah cara penerimaan dana. Penentuan cara penerimaan dana akan berpengaruh secara signifikan terhadap efektifitas penghimpunan dana. Penentuan cara penerimaan dana juga akan berpengaruh terhadap biaya dalam penghimpunan dana karena setiap cara penerimaan dana membutuhkan sarana/ alat dan pengendalian yang berbeda.45 Berikut dibawah ini adalah teknik menggalang dana zakat:

a. Membentuk Kelompok Penggalangan Dana

Salah satu cara lembaga zakat dalam menyelenggarakan pemungutan (fund-raising) adalah dengan membentuk kelompok penggalangan dana yang bertugas mencari, dan memungut zakat dari para muzakki. Imam Nawawi mengatakan hendaklah para imam (Pemimpin suatu lembaga) dan pelaksana serta orang yang diserahi tugas membagikan zakat. Melakukan pencatatan para mustahik untuk mengetahui jumlah dan ukuran kebutuhan mereka.

44

Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, CED (Center For

Enterpreneurship Development), Jakarta: 2005, h. 1. 45

Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, CED (Center For


(67)

Sehingga seluruh zakat itu diselesaikan setelah diketahui jumlah zakat itu, agar segera diselesaikan hak mereka dan untuk menjaga terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.46 Artinya sebelum melaksanakan kegiatan pengumpulan dana, minimal diketahui dahulu deskripsi atau gambaran peta mustahiq. Untuk membentuk kelompok penggalangan dana kegiatan ini, tetapi investasi ini akan membuahkan hasil yang memuaskan pula. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk penggalangan dana, yaitu:47

1) Mencari orang

2) Mencari seseorang untuk menjadi pemimpin kelompok 3) Membentuk kelompok

4) Membantu kelompok mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang tepat untuk menggalang dana

5) Mengawasi

b. Menyelenggarakan Acara Penggalangan Dana

Banyak macam acara menggalang dana yang dapat menghimpun dana untuk tujuan amal, akan tetapi semuanya itu menimbulkan resiko yang cukup besar. Namun apabila acara yang diselenggarakan tersebut dengan baik, memang dapat menghasilkan uang dalam jumlah besar, tetapi banyak acara yang

46

M. Djamal, Doa, 2004, h. 20. 47

Michael Norton, Menggalang Dana, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2002, h. 243.


(68)

memakan banyak biaya dan menyita tenaga dan hasilnya tidak seberapa. Dalam hal ini perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan acara penggalangan dana adalah tujuan acara tersebut. Tujuan acara yang jelas akan memudahkan si penggalang dana untuk merumuskan dan mengidentifikasikan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan.

c. Kontak Perusahaan

Dalam hal ini, para petugas pengumpul dana zakat mengontak perusahaan-perusahaan untuk diajak bekerja sama atau untuk ikut serta mendayagunakan dana perusahaan yang sudah terhimpun dalam dana CSR (Corporate Social Responsibility), dari aktifitas ini para pengumpul dana harus benar-benar dapat meyakinkan perusahaan, dana yang dikelola dan didayagunakan itu dapat didistribusikan kepada yang berhak dan tepat sasaran, serta menjaga nama baik perusahaan yang mempercayakan dananya untuk dikelola.48

d. Presentasi

Dalam aktifitas ini para pengumpul dana memberikan penjelasan sedetail-detailnya tentang zakat. Agar para muzakki memahami akan kewajibannya untuk mengeluarkan zakat. Teknik seperti ini biasanya ditujukan untuk kalangan eksekutif, manajer-manajer perusahaan, karyawan kantoran, dan lain-lain.

48


(69)

e. Direct Mail (Surat Langsung dan Pendekatan Pribadi)

Ken Burnett, penulis Relationship Fundraising menjelaskan mengenai cara menggalang dana dengan menggunakan surat minta sumbangan secara langsung. Mengirim surat permintaan kepada anggota masyarakat adalah salah satu alat yang paling fleksibel dan paling ampuh untuk menggalang dana. Program dana melalui surat permintaan langsung dapat menghasilkan sumber dana yang tetap bagi organisasi. Inti dari teknik ini adalah kemampuan untuk mengirimkan surat pribadi dengan panjang, terserah kepada organisasi kepada kelompok-kelompok sasaran tertentu pada waktu yang ditetapkan sendiri.

f. Buletin dan Media Publikasi

LAZ (Lembaga Amil Zakat) dalam perjalanan dan perkembangannya juga perlu untuk menerbitkan bulletin, buku, kampanye zakat, spanduk, banner, menyewa space satu lembar yang menjelaskan aktifitas dan kegiatan yang sedang dilaksanakan, akan dilaksanakan dan yang sudah dilaksanakan dalam suatu surat kabar nasional, dan lain-lain. Tujuannya agar masyarakat awam tahu akan pentingnya berzakat.

g. Auto Debet

Dalam perjalanan dan perkembangan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dewasa ini banyak lembaga yang sudah mempunyai


(70)

rekening sendiri di Bank Negeri maupun Swasta, tujuannya agar muzakki mudah dalam menyalurkan zakatnya.

h. Mobile Zakat/ SMS

Beberapa LAZ saat ini sudah mempunyai fasilitas pembayaran zakat melalui Short Massage Service (SMS), fasilitas ini memberikan kemudahan bagi para pengguna penikmat telpon selular untuk berinfaq dan berzakat, secara otomatis para penikmat telepon selular yang menggunakan fasilitas ini akan berkurang saldo pulsanya.

3. Sumber Dana Zakat

Mengenai sumber dana zakat disebutkan bahwa dewasa ini (maksudnya di DKI Jaya), sumber zakat itu adalah:

a. Hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis, seperti misalnya anggrek, rambutan, durian, papaya, dan sebagainya.

b. Hasil peternakan dan perikanan seperti ayam, hasil empang, hasil laut dan sebagainya.

c. Harta kekayaan dalam semua bentuk badan usaha, baik yang dimiliki oleh perorangan maupun bersama-sama dengan orang lain.

d. Hasil penyewaan atau pengontrakan rumah, bangunan, tanah, kendaraan dan sebagainya.


(71)

e. Pendapatan yang diperoleh dari sumber lain.

1) Zakat Perorangan a) Emas, perak dan uang

Pembahasan zakat terhadap emas dan perak adalah zakat perhiasan. Para ulama telah sepakat wajibnya zakat atas perhiasan yang haram dipakai seperti perhiasan yang dipakai laki-laki, atau bejana emas dan perak yang dijadikan tempa makan dan minum. Sedangkan terhadap perhiasan yang dipakai oleh kaum perempuan, jumhur ulama sepakat akan tidak wajibnya zakat bagi perhiasan selain emas dan perak yang dipakai perempuan seperti intan, mutiara, dan permata. Salah satu alas an yang dikemukakan adalah bahwa benda-benda tersebut tidak berkembang, tetapi sekedar kesenangan dan perhiasan bagi kaum perempuan yang diizinkan Allah sebagaimana tersebut dalam QS An-Nahl : 14.


(72)

Artinya : Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS An-Nahl : 14).

Untuk kondisi saat ini, dimana barang-barang perhiasan bernilai ekonomis yang tinggi, yang nilainya sangat mahal dan seringkali melebihi nisab emas, sudah selayaknya pendapat terakhir ini harus diperhatikan. Hal lain yang berdekatan dengan zakat emas dan perak adalah zakat uang. Zakat uang nisab dan kadar zakatnya sama atau setara dengan nisab emas yaitu 85 gram emas dan kadarnya 2,5%.

b) Zakat Hasil Pertanian

Para ulama sepakat tentang kewajiban zakat hasil pertanian, sesuai dengan perintah Allah pada QS Al Baqarah ayat 267.


(73)

☺ ⌧

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu” (QS Al Baqarah : 267).

Pada hakikatnya bukan jenis tanamannya yang dikenakan zakatnya, tetapi tanaman apapun merupakan karunia Allah. Dengan perkembangan perekonomian sekarang, tanaman-tananman yang belum dikenal pada zaman Nabi telah menjadi komoditas yang sangat mengntungkan, misalnya di Indonesia yaitu kelapa sawit, cengkeh, lada, kopi, buah-buahan, anggrek, tanaman hias dan tanaman lainnya. Syarat zakat pertanian pertama, berupa tanaman atau buah-buahan yang dapat brkembang, sebab zakat adalah bagian dari barang tersebut atau bagian dari jenisnya tanpa melihat kepemilikan tanahnya. Kedua, nisabnya 5 ausaq berdasarkan Hadist Nabi : “Harta yang kurang dari 5 ausaq tidak wajib untuk zakat.”

Sedangkan kadar zakat, menurut ketentuan tanaman yang bergantung kepada tadah hujan, maka kadar zakatnya sebanyak 10%, sedangkan tanaman yang mempergunakan alat-alat yang


(74)

memerlukan biaya termasuk pemeliharaannya, kadar zakatnya 5%.

c) Zakat peternakan

Dalam berbagai hadis dikemukakan bahwa hewan ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya setelah memenuhi persyaratan tertentu ada tiga jenis hewan ternak yaitu unta, sapi, dan domba. Sedangkan diluar ketiga jenis tersebut di atas, yang kini dalam perekonomian modern berkembang pesat, seperti peternakan unggas, tidaklah termasuk pada kategori zakat hewan ternak, melainkan pada zakat perdagangan, karena memang sejak awal jenis peternakan ini sudah diniatkan sebagai komoditas perdagangan. Nisab dan kadar zakat hewan ternak berbeda-beda untuk setiap jenis dan jumlah ternak.

Untuk unta, nisabnya mulai dari 5 ekor unta dengan kadar zakatnya untuk jumlah 5-9 ekor unta adalah 1 ekor kambing yang berumur 2, sedangkan jika jumlahnya melebihi 121 ekor maka kadar zakatnya 3 ekor anak unta betina berumur 2 tahun atau lebih. Sedangkan sapi atau kerbau, nisabnya mulai 30-39 ekor yang kadar zakatnya 1 ekor sapi atau kerbau berumur 1 tahun. Untuk kambing, nisabnya mulai 40, dan kadar zakatnya untuk jumlah 40-120 adalah 1 ekor anak kambing berumur 1 tahun. Hewan-hewan yang diperselisihkan oleh fuqoha berkenaan dengan macamnya ada pula sifatnya. Yang


(75)

diperselisihkan macamnya adalah kuda, dimana jumhur ulama menyatakan kuda tidak wajib dizakati. Mengenai sifat hewan yang diperselisihkan ialah antara yang digembalakan dan tidak digembalakan. Zakat peternakan ini hanya diperlakukan bagi hewan-hewan yang sengaja diternakkan, tidak dengan maksud diperjualbelikan. Sedangkan untuk hewan-hewan yang dibudidayakan dengan maksud untuk diperjualbelikan hewannya ataupun hasilnya seperti ayam (pedaging dan petelur), bebek, sapi (perah dan potong), unta, kuda, biri-biri, madu dan lain sebagainya dikenakan zakat perdagangan.

d) Zakat perdagangan

Hampir seluruh ulama sepakat bahwa perdagangan itu setelah memenuhi syarat tertentu harus dikeluarkan zakatnya. Yang dimaksud harta perdagangan adalah semua harta yang bisa dipindah untuk diperjualbelikan dan bisa mendatangkan keuntungan. Kewajiban zakat harta perdagangan ini berdasarkan nash Al Qur’an, hadist dan ijma’. Firman Allah :


(76)

☺ ⌧

“… Dan keluarkan zakat dari hasil usahamu yang baik-baik…” QS 2: 267.

Nash Al Qur’an ini bersifat umum, yang berarti zakat atas semua harta yang dikumpulkan dengan cara bekerja yang hala, termasuk berjual beli. Sedangkan dasar hadis diantaranya adalah “riwayat dari abu Dawud dari Samurah bin Jundus, dia berkata : Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk mengeluarkan sadaqah dan zakat dari apa yang kita jual. Syarat-syarat umum dari zakat harta perdagangan adalah adanya nisab, sudah satu tahun, dan bebas dari hutang, termasuk kebutuhan pokok. Sedangkan syarat praktisnya adalah adanya niat memperdagangkan harta dagangan, dan niat untuk memperoleh penghasilan.

e) Zakat profesi

Zakat profesi, atau lebih tepatnya zakat atas penghasilan profesi, adalah zakat yang harus dikeluarkan oleh siapa saja yang telah memenuhi syarat-syaratnya.49

2) Zakat Perusahaan

49

KH. Hadi Permono SH.MA.Sumber-sumber penggalian zakat, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 1992)


(77)

Pengusaha muslim setiap tahunnya diwajibkan menghitung dan mengeluarkan zakat atas perusahaannya. Beberapa dalil syar’I tentang zakat perusahaan:

☺ ☺

☺ ⌧

“Hai orang-orang yang beriman, infakkanlah (zakatkanlah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil bumi yang Kami (Allah) keluarkan untuk kalian.” (QS. Al Baqarah: 267).

“Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami agar mengeluarkan sedekah (zakat) dari segala yang kami maksudkan untuk dijual.” (HR. Abu Daud).

Ketentuan-ketentuan zakat perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:


(78)

Kadar: 2,5% jika periode penghitungan mengikuti tahun qamariyah; atau 2,578%. Jika periode penghitungan mengikuti tahun syamsiyah (1 januari s.d 31 Desember).

b) Dasar perhitungan adalah dari laporan neraca tahunan, yaitu aktiva lancar dikurangi kewajiban jangka pendek;

“Apabila telah sampai batas waktu untuk membayar zakat, perhatiknlah apa yang engkau miliki baik uang ataupun barang yang siap diperdagangkan, kemudian nilailah dengan nilai uang. Demikian pula piutang. Kemudian hitunglah hutang-hutangmu dan kurangkanlah atas apa yang engkau miliki, kemudian zakatilah sisa dari selisih pengurangan tersebut. (Riwayat Maimun bin Mihran yang diriwayatkan Abu Ubaid dalam kitab Al Amwal).

Syarat-syarat sebuah perusahaan menjadi obyek zakat adalah: 1) Kepemilikan dikuasi oleh muslim baik individu maupun

patungan

2) Bidang usahanya halal

3) Dapat diperhitungkan nilainya 4) Dapat berkembang

5) Memiliki kekayaan minimal setara 85 gr emas

Para ulama kontemporer mengnalogikan zakat perusahaan kepada zakat perdagangan, karena dipandang dari aspek legal dan ekonomi, kegiatan sebuah perusahan intinya berpijak pada kegiatan


(79)

trading atau perdagangan. Hal tersebut dikuatkan oleh keputusan seminar zakat di Kuwait, tanggal 3 april 1984 tentang zakat perusahaan sebagai berikut:

Zakat peusahaan disamakan dengan perdagangan apabila kondisi-kondisi sebagai berikut terpenuhi:

1) Adanya peraturan yang mengharuskan pembayaran zakat perusahaan tersebut.

2) Anggaran Dasar perusahaan memuat hal tersebut.

3) RPUS mengeluarkan keputusan yang berkaitan dengan hal itu. 4) Kerelaan para pemegang saham menyerahkan pengeluaran

zakat sahamnya kepada dewan direksi perusahaan. c) Zakat surat-surat berharga

Salah satu bentuk harta yang berkaitan dengan perusahaan dan bahkan berkaitan dengan kepemilikannya adalah saham. Pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasional perusahaan.

Zakat merupakan salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki ummat Islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, maupun sosial ekonomi dan terlebih lagi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dari sisi pembangunan kesejahteraan ummat, zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Zakat yang dikelola dengan baik,


(80)

dimungkinkan dapat membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan.

Monzer Kahf menyatakan bahwa zakat dan sistem pewarisan Islam cenderung kepada distribusi harta yang egaliter, dan bahwa sebagai akibat dari zakat, harta akan selalu beredar. Zakat, menurut Mustaq Ahmad, adalah sumber utama kas negara sekaligus merupakan soko guru dari kehidupan ekonomi yang dicanangkan Al Qur’an. Zakat akan mencegah terjadinya akumulasi harta pada satu tangan, dan pada saat yang sama mendorong manusia untuk melakukan investasi dan mempromosikan distribusi. Zakat juga merupakan institusi yang komprehensif untuk distribusi harta, karena hal ini menyangkut harta setiap muslim secara praktis, saat hartanya telah sampai atau melewati nishab. Akumulasi harta di tangan seseorang atau sekelompok orang kaya saja, secara tegas dilarang Allah SWT, sebagaimana firman-Nya :

☺ ☺


(1)

3. Setelah ada konfrimasi dari muzaki, pihak lazis akan mengkonfrimasi ulang, dalam konfrimasi itu akan dibicarakan berapa jumlah donasi yang akan dizakatkan. Hal ini dilakukan demi kenyamanan dan keamanan antara pihak LAZISMU dan muzaki.

4. Setelah proses transaksi, pihak muzaki akan mendapat kwitansi, dan dari pihak amil juga akan melaporkan hasil penjemputan zakat itu kepada kasir customer service LAZISMU.

P: “Lalu... setelah itu, apakah sistem kerjanya cukup sampai disitu saja?“

N: “Ya... walaupun sudah dijemput, aspek perhatian LAZISMU belum sampai disini saja, setelah mekanisme kerja yang saya sebutkan tadi, dari pihak LAZIMU akan menghubungi pihak muzaki untuk mengucapkan terimakasih, dan dari pihak muzaki sendiri akan mendapatkan penghargaan dalam bentuk ucapan terimakasih. Untuk tahap selanjutnya, pelayanan ini akan diberlakukan melalui konsep jejaring, dan melalui skema ini maka jika ada donatur yang ingin berdonasi dari luar Jakarta atau didalam atau di luar Indonesia, akan bisa kami layani. Dan sistem ini akan berjalan berulang terus sepeti ini.“

P: “Lalu... ada tidak dasar hukum yang mendasari terbentuknya layanan jemput zakat ini?“


(2)

N: “Hmmm... tidak ada, karena secara undang-undang tidak diatur, karena ini suatu transaksi dalam proses perpindahan dana dari muzaki kepada lembaga, dan ini caranya bermacam-macam, ada yang dijemput atau dengan cara lain, jelas tidak ada undang-undang yang mendasari. Dan secara agama juga, tidak... karena dalam Al-Qur’an pun tidak ada yang mengatur sistem layanan jemput zakat ini.“

P: “Lalu... strategi apa yang dipakai dalam layanan jemput zakat ini?“ N: “Disinilah tugas Muhammadiyah bagaimana agar branding

LAZISMU ini mengakar kuat di masyarakat, mulai dari menyusun berbagai macam konsep strategi sampai kepada layanan dan perhatian LAZISMU, strategi tersebut seperti;

1. Strategi umum Communication 2. Strategi komunikasi media 3. Strategi Penguatan Jejaring

4. Strategi penguatan customer service, dalam konteks ini terbagi menjadi dua, yaitu; layanan dan perhatian donatur, dari dua hal ini sehingga akan membangun komunikasi donatur.“

P: “Lalu.. proses segmentasi dari layanan jemput zakat ini seperti apa?“

N: “Secara geografis kewilayahan itu ada beberapa tahapan DKI Jakarta dan sekitarnya, dan seluruh Indonesia. Secara demografis, LAZISMU tidak memilah-milih, semua segmen demografis, semua


(3)

sasaran LAZISMU itu adalah bagian dari segmentasi layanan jemput zakat. Jadi siapapun yang ingin diprioritaskan kalau memang masuk kepada bagian dari strategi segmentasi LAZISMU itu masuk, dan memang itu sebetulnya tergantung kepada kewilayahan.“

P: “Lalu... Target dari layanan jemput zakat sendiri itu apa?“

N: “Dari sisi persentase, semakin tinggi persentase orang yang ingin berzakat di LAZISMU tetapi berkorelasi menurunnya orang dengan layanan yang lain, jarak mekanisme dari tahun ketahun, kesadaran pola orang berdonasidi LAZISMU itu adalah berzakat akan menurun tetapi donasimelalui skema yang lain naik, nah.. jadi keberhasilan LAZISMU itu adalah ketika layanan jemput zakat menurun tetapi dari layanan lain meningkat. Selain itu target layanan jemput zakat meliputi pelayanan kan terus juga dikembangkan dan ditingkatkan, melalui bentuk perhatian, seperti menulis tanggal lahir dari para donatur, nah... dari situ akan terlihat kapan hari ulang tahun para donatur dan dari pihak LAZISMU akan akan memberikan ucapan.“

P: “Lalu.. Posisi layanan jemput zakat ini seperti apa?“

N: “layanan jemput zakat ini merupakan sebuah pelayanan, yang merupakan aktivitas program dari program layanan donatur, dari customer care, customer care adalah satu bagian terbesar dari posisi di fundraising, yaitu layanan jemput zakat.“


(4)

Wawancara Di LAZIS PP Muhammadiyah

Dengan Bapak Nanang Q. el-Ghazal Bagian Fundraising Manager Pada Tanggal 9 Maret 2010

Dengan Initials N = Bapak Nanang dan P = Putri

P: “Hal apa sich yang dilakukan agar layanan jemput zakat ini terus diminati dan berkembang, sehingga layanan jemput zakat ini nantinya bisa mengembangkan profitabilitas?“

N: “layanan jemput zakat akan terus memberikan kemudahan, kepuasan, dan komunikasi interpersonal, nah... ketiga hal ini yang akan terus kami kembengkan, sehingga hal ini semakin bisa untuk bisa dinikmati. Sehingga profitabilitasnya itu, layanan jemput zakat akan dimaksimalisasikan melalui konsep jejaring.“

P: “Lalu awal mula atau riwayatnya dalam mengenalkan layanan jemput zakat ini bagaimana?“

N: “Biasanya, disemua media promo kami, seperti iklan, media cetak, brosur, direct mail, banner, itu selalu kami cantumkan nomor telepone kantor kami, dan memberitahukan bahwa di kantor LAZISMU ada layanan yang disebut dengan layanan jemput zakat kilat.“

N: “Jadi intinya layanan jemput zakat ini akan terus kami pertahankan karena memiliki kemudahan yang berbeda dengan layanan yang lain, dan tetap komunikasi personal akan tetap kami jaga, tetapi ini


(5)

tidak mengubah target yang dicapai LAZISMU, yaitu ketika layanan jemput zakat menurun, diharapkan dari layanan yang lain akan meningkat.


(6)

Wawancara Di LAZIS PP Muhammadiyah

Dengan Ibu Upik Rahmawati Bagian Financial Director, Berdasarkan Jumlah Presentase Layanan Jemput Zakat.

Pada Tanggal 17 Maret 2010

Dengan Initials U = Ibu Upik dan P = Putri

P: “Melihat dari hasil persentase ini, saya kurang mengerti dari total, ini total perolehan dari mana yach?!

N: “Och ini total dari kas dan dari bank….. Nah bisa dilihat khan dari hasil semua itu peroleh kami melalui layanan jemput zakat naik turun, dan cenderung dari layanan lain meningkat.“