Cerai gugat Macam-macam perceraian dan Tata caranya

Permohonan cerai talak meskipun berbentuk permohonan tetapi pada hakikatnya adalah kontensius, karena didalamnya mengandung unsur sengketa, oleh sebab itu, harus di proses sebagai perkara kontensius untuk melindungi hak-hak isteridalam mencari upaya hukum dan keadilan. 58 Dari ketentuan diatas dalam hubungan dan pelaksanaannya, jelas bahwa pengajuan pemberitahuan keinginan cerai itu harus dilakukan denga cara tertulis surat ke Pengadilan Agama dengan maksud agar persoalan yang diadukan lebi jelas. Perlu juga ditegaskan disini, bahwa keinginann tersebut berasal dari pihak suami, dan yang diajukan itu bukanlah suatu “surat permohonan” tapi surat pemberitahuan” yang memberitahukan bahwa ia akan menceraikan istrinya dan untuk itu ia meminta kepada Pengadilan Agama agar mengadakan sidang untuk menyaksikan perceraian itu, agar perceraiannya itu mempunyai kekuatan hukum. Permohonan cerai talak meskipun berbentuk permohonan tetapi pada hakikatnya adalah kontesius, karena di dalamnya mengandung unsur sengketa, oleh sebab itu, harus diproses sebagai perkara kontesisus untuk melindungi hak-hak istri dalam mencari upaya hukum dan keadilan.

2. Cerai gugat

Cerai gugat adalah cerai yang didasarkan atas adanya gugatan yang diajukan oleh istri, agar perkawinan dengan suaminya menjadi putus. Definisi lainnya disebutkan bahwa, yang dimaksud dengan cerai gugat ini adalah perceraian yang disebabkan oleh adanya suatu gugatan lebih dahulu oleh pihak istri kepada pihak suami melalui 58 Ibid,h. 38 pengadilan dan dengan suatu putusan pengadilan. 59 Ciri-ciri dari cerai gugat adalah sebagai berikut. : a. Gugatan diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada Pengadilan agama, yang daerah hukumnya mewilayahi tempat tinggal penggugat kecuali isteri meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin suami. Dalam hal tergugat bertempat kediaman di luar negeri, Ketua Pengadilan Agama memberitahukan gugatan tersebut melalui perwakilan Republik Indonesia setempat. 60 b. Gugatan perceraian karena alasan: 1. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 dua tahun berturutturut, tanpa izin pihak lain, dan tanpa alasan yang sah, atau karena hal lain di luar kemampuannya dapat diajukan setelah lampau 2 dua tahun terhitung sejak tergugat meninggalkan rumah, gugatan dapat diterima apabila tergugat mengatakan, atau menunjukkan sikap tidak mau lagi kembali kerumah kediaman bersama. 61 2. Antara suami-isteri terus-menerus terjadi perselisihan, dan pertengkaran, serta tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Gugatan baru dapat diterima apabila telah cukup jelas bagi Pengadilan Agama mengenai 59 K. wantji saleh, Op. Cit, h, 63 60 Mukrito, Op, Cit, h. 207 61 Ibid., h.207 sebab-sebab peselisihan, dan pertengkaran itu, serta telah mendengar pihak keluarga juga terhadap orang-orang yang dekat dengan suami-isteri tersebut. 62 3. Suami mendapat hukuman penjara 5 lima tahun, atau hukuman yang berat setelah perkawinan berlangsung, maka untuk mendapatkan putusan sebagai bukti penggugat, cukup menyampaikan salinan putusan Pengadilan yang memutuskan perkara, disertai keterangan yang menyatakan bahwa putusan itu telah mempunyai kekuatan hukum tetap. a. Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan penggugat atau tergugat berdasarkan pertimbangan bahaya yang mungkin di timbulkannya, Pengadilan Agama dapat mengizinkan suami isteri tersebut untuk tidak tinggal dalam satu rumah. b. Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan tergugat atau penggugat, Pengadilan Agama dapat: 4. Menentukan nafkah yang harus di tanggung oleh suami. 5. Menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya barang-barang yang menjadi hak bersama suami-isteri, atau barang-barang yang menjadi hak suami, atau barang-barang yang menjadi hak isteri. Gugatan perceraian gugur apabila suami, atau isteri meninggal sebelum adanya putusan Pengadilan Agama mengenai gugatan perceraian tersebut. 62 Ibid Dalam Kompilasi Hukum Islam, istilah cerai gugat dukenal dengan nama “khulu” dinyatakan dalam pasal I bahwa, khulu‟ adalah peceraian yang terjadi atas permintaan istri dengan memberikan tebusan atau iwadh kepada dan atas persetujuan suaminya. Gugatan cerai cerai gugat diatur dalam Undang-undang No I Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 40,jo. Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 tantang Catatan Perkawinan pasal 20-36,jo. Undang-Undang No 7 tahun 1989 tentang Pengadilan Agama pasal 73-88, yang sudah diamandemen Undang-undang No. 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama jo, KHI pasal 113-148.

E. Tata Cara Perceraian