Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata dan berkesinambungan antara materiil dan spritual. Oleh karena itu, peranan masyarakat dalam pembiayaan pembagunan harus terus ditumbuh kembangkan dengan cara mendorong kesadaran, pemahaman dan penghayatan bahwa pembangunan adalah hak, kewajiban dan tanggung jawab seluruh rakyat. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dan negara dalam pembiayaan pembangunan tersebut adalah dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri, yaitu berupa pajak. Pajak ini digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian pembangunan nasional. Penerimaan pajak merupakan penerimaan yang paling dominan dari seluruh penerimaan negara. Sifat dari pemungutan pajak adalah dapat dipaksakan karena didasarkan pada undang-undang, sehingga terdapat unsur kekuasaan untuk dapat melakukan sesuai yang diinginkan atau untuk membuat sesuatu terjadi dengan cara yang diinginkan. Bisa dilihat bahwa pendekatan kekuasan untuk pendekatan pajak tidak dapat diyakini keberhasilannya. Untuk itu haruslah dijalankan secara bersama-sama dengan prinsip memberikan pelayanan yang sesuai dengan keinginan wajib pajak sehingga dapat mendorong penerimaan pajak. Agar pendapatan negara dapat terealisasi dari sumber pendapatan nonmigas, yaitu melalui penerimaan pajak, maka Direktorat Jendral Pajak sebagai penerima otoritas untuk melakukan pemungutan pajak tingkat pusat, menetapkan rencana strategis yang mengarah pada yang utama yaitu mengamankan penerimaan yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN setiap tahun dengan cara memperkokoh sistem self assesment dalam pemungutan pajak. Salah satu aloksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yang terbesar adalah sektor pendidikan. Sektor ini adalah sektor yang paling banyak mendapat perhatian publik. Hal ini dikarenakan sektor pendidikan merupakan sektor yang paling banyak mendapat alokasi biaya, terlebih lagi sudah diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Sisdiknas pasal 49, dimana dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20 dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Namun pada pelaksanaannya alokasi tersebut tidak mencapai persentase yang diharapkan. Dunia pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas. Ruang lingkupnya mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Setiap orang pernah mendengar tentang perkataan pendidikan, dan setiap orang waktu kecilnya pernah mengalami pendidikan, atau setiap orang, guru, telah melaksanakan pendidikan. Namun tidak setiap orang mengerti dalam arti yang sebenarnya apa pendidikan itu, dan tidak setiap orang mengalami pendidikan ataupun menjalankan sebagaimana mestinya. Pendidikan merupakan aspek terpenting untuk dimiliki oleh setiap umat manusia. Karena dengan pendidikan dapat menciptakan perubahan sikap yang baik pada diri seseorang. Pendidikan mempunyai dua proses utama yaitu mengajar dan diajar. Mengajar ditingkat pendidikan formal biasanya dilakukan dengan seorang guru. Tidak tercapainya anggaran untuk alokasi pendidikan dikarenakan anggaran penerimaan itu sendiri belum maksimal dalam hal realisasi penerimaannya terutama dalam hal penerimaan dari sektor nonmigas yaitu sektor pajak. Untuk itu perlu kesadaran dan pemahaman dari para wajib pajak karena dalam sistem pemungutan pajak self assesment yang dianut Indonesia ini maka wajib pajak berkewajiban menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melapor pajak terhutang dilakukan sendiri oleh wajib pajak Siti Resmi, 2005:20. Dengan sistem self assesment ini dibutuhkan sukarela dari wajib pajak dimana tingkat kepatuhan ini dapat terwujud jika terpenuhi unsur kesadaran perpajakan dan unsur tindakan penegakan hukum. Salah satu subjek pajak yang dinilai kurang memahami atau mengerti perihal kewajibannya dalam hal perpajakan adalah para pegawai disektor pendidikan, antara lain guru dan tenaga pendidikan lainnya. Karena melihat latar belakang para guru dan tenaga pendidikan yang mayoritas bukan dari dunia keuangan atau dunia perpajakan maka sangat wajar jika tingkat kesadaran dan pengetahuan perihal perpajakannya masih rendah. Dalam kaitannya dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yaitu pada sektor pendidikan dimana alokasi sektor pendidikan terutama pada tingkat pendidikan dasar maka pemerintah mencanangkan Program Bantuan Operasional Sekolah BOS sebagai bentuk subsidibantuan pemerintah dalam rangka Wajib Belajar 9 tahun yang bermutu. Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 tahun diukur dengan Angka Partisipasi Kasar APK tingkat SMPsederajat. Pada tahun 2008 Angka Partisipasi Kasar APK rata-rata telah mencapai 96,18 sehingga program Wajib Belajar 9 tahun telah tuntas sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan pemerintah Indonesia dan bahkan target itu dapat dicapai 7 tahun lebih awal dibandingkan dengan komitmen internasional yang dideklarasikan di Dakar mengenai Education for All EFA tahun 2000 yang mewajibkan semua Negara di dunia harus menuntaskan Wajib Belajar 9 tahun paling lambat tahun 2015 nanti. Tanpa nama, http:dispendik- kabkediri.netinformasi-mengenai-bantuan-operasional-sekolah-th-2009, 28 Januari 2009 . Dalam program bantuan operasional sekolah BOS terdapat pula sumber- sumber penerimaan negara berupa pajak yang diperoleh dari honorarium, tunjangan dan lain sebagainya yang menjadi objek pajak dari para guru dan tenaga pendidik yang telah menerima dana tersebut. Depdiknas dan Depag, 2006:19 Berkaitan dengan sumber daya manusia yaitu para guru dan tenaga pendidik yang mayoritas bukan dari dunia keuangan atau perpajakan maka sangatlah wajar jika para guru dan tenaga pendidik kurang menyadari serta memahami perihal kewajiban perpajakannya. Dalam penulisan penelitian ini, penulis mencoba mengkaji lebih lanjut dalam skripsi dengan judul “Persepsi Para Guru Tentang Perpajakan Dan Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana Bantuan Operasional Sekolah.”Studi Kasus SDN dan SMPN Se- Jakarta Barat.”

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Proses Permohonan Keberatan Atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pajak Penghasilan (PPh) Sampai Keluarnya Surat Keputusan

0 30 58

Akuntansi Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 25 Badan pada PD Pasar Kota Medan

1 26 74

Analisa Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Pembagian Dividen

2 52 112

Analisis pengaruh penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP wilayah Jakarta Selatan

1 11 132

Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak dan Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi Kasus pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I)

0 8 1

PENGARUH MOTIVASI, SIKAP RASIONAL DAN PERSEPSI YANG BAIK TENTANG SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Kalimantan Barat)

4 11 128

PENGARUH PERSEPSI TENTANG SANKSI PERPAJAKAN, KESADARAN, DAN KARAKTERISTIK PERSONAL WAJIB Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan, Kesadaran, Dan Karakteristik Personal Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada K

0 0 14

PENGARUH PERSEPSI TENTANG SANKSI PERPAJAKAN, KESADARAN DAN KARAKTERISTIK WAJIB PAJAK PADA Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan, Kesadaran, Dan Karakteristik Personal Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada

0 1 16

PENGARUH PERSEPSI TENTANG SANKSI PERPAJAKAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK PADA KEPATUHAN Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada Kpp Pratama Boyolali).

0 2 16

35 Pajak Penghasilan Orang Pribadi ANALI

0 0 15