Penyusun Batubara Klasifikasi Batubara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batubara

Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil, proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan. Batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50-70 berat volumenya merupakan bahan organik. Bahan organik utamanya yaitu tumbuhan yang dapat berupa kulit pohon, daun, akar, spora, polen, dan lain-lain. Selanjutnya bahan organik tersebut mengalami berbagai tingkat pembusukan dekomposisi sehingga menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik maupun kimia baik sebelum ataupun sesudah tertutup oleh endapan lainnya Speight, 1994.

2.1.1. Penyusun Batubara

Menurut Speight 1994 batubara berasal dari sisa tumbuhan diperkuat dengan ditemukannya fosil tumbuhan di dalam lapisan batubara. Dalam penyusunannya batubara diperkaya dengan berbagai macam polimer organik yang berasal dari antara lain karbohidrat, lignin, dan protein. Lignin merupakan suatu unsur yang memegang peranan penting dalam mengubah susunan sisa tumbuhan menjadi batubara. Sementara ini susunan 6 molekul umum dari lignin belum diketahui dengan pasti, namun susunannya dapat diketahui dari lignin yang terdapat pada berbagai macam jenis tanaman. Sebagai contoh lignin yang terdapat pada rumput Hatakka, 2001. Karbohidrat terdiri dari disakarida, trisakarida, ataupun polisakarida. Jenis polisakarida inilah yang umumnya menyusun batubara, karena dalam tumbuhan jenis inilah yang paling banyak mengandung polisakarida khususnya selulosa yang kemudian terurai dan membentuk batubara Speight, 1994 Protein merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen yang selalu hadir sebagai protoplasma dalam sel mahluk hidup. Struktur dari protein pada umumnya adalah rantai asam amino yang dihubungkan oleh rantai amida. Protein pada tumbuhan umunya muncul sebagai steroid Laborda et al.,1999.

2.1.2. Klasifikasi Batubara

Batubara diklasifikasikan berdasarkan tingkat pembatubaraan dan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batubara bituminus banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada industri baja atau genteng serta industri semen. Tipe batubara berdasarkan tingkat pembatubaraan ini dapat dikelompokkan yaitu lignit, subbituminus, bituminus, dan antrasit American Coal Foundation, 2007. A. B. C. D. Gambar 1. Klasifikasi batubara American Coal Foundation, 2007 A. lignit; B. subbituminus; C. bituminus; dan C. antrasit Lignit merupakan batubara muda dengan kualitas terendah. Lignit adalah batubara yang sangat lunak dan mengandung air 70 dari beratnya. Batubara ini berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah dengan kandungan karbon yang sangat sedikit, kandungan abu dan sulfur yang banyak Gambar 1 A. Batubara jenis ini dijual secara eksklusif sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap PLTU. Subbituminus merupakan batubara yang berada di antara batubara lignit dan bituminus, terutama digunakan sebagai bahan bakar untuk PLTU. Batubara subbituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, oleh karena itu menjadi sumber panas yang tidak efisien Gambar 1 B. Bituminus adalah batubara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat, terkadang coklat tua Gambar 1 C. Batubara bituminus mengandung 86 karbon dari beratnya dengan kandungan abu dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam industri. Antrasit adalah batubara peringkat teratas, biasanya dipakai untuk bahan pemanas ruangan di rumah dan perkantoran. Batubara antrasit berbentuk padat, keras dengan warna hitam mengkilat dan mengandung antara 86 – 98 karbon dari beratnya, terbakar lambat, dengan nyala api berwarna biru dengan sedikit sekali asap Gambar 1 D.

2.2. Biosolubilisasi Batubara