Hasil Biosolubilisasi Batubara HASIL DAN PEMBAHASAN

kapang Penicillium sp., hasil pengujian statistik pada penggunaan kapang Trichoderma sp. tiap perlakuan menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada seluruh perlakuan probabilitas ≥ 0,05 Lampiran 12 Perubahan pH merupakan hal yang menjadi salah satu faktor pengukuran dalam proses biosolubilisasi batubara. Nilai pH medium kapang Penicillium sp. dan Trichoderma sp. cenderung asam, yaitu 2,69- 4,9 dan memiliki pola yang sama setelah 35 hari inkubasi. Kisaran pH tersebut memungkinkan untuk pertumbuhan kapang Penicillium sp. dan Trichoderma sp. karena kapang tersebut dapat tumbuh pada kisaran pH yang luas yaitu pH 2 - 8,5 dan pertumbuhan kapang akan lebih baik pada kondisi asam atau pH rendah Fardiaz, 1989. Dengan pertumbuhan kapang yang lebih baik itu dapat mempengaruhi kadar dan aktivitas enzim yang dihasilkan oleh kapang selama proses biosolubilisasi batubara. Nilai pH medium sangat mempengaruhi hasil biosolubilisasi batubara oleh kapang Penicillium sp. dan Trichoderma sp. sehingga hasilnya dapat dilihat pada biosolubilisasi batubara pada panjang gelombang 250 nm dan 450 nm.

4.3. Hasil Biosolubilisasi Batubara

Pengukuran nilai absorbansi supernatan pada panjang gelombang 250 nm bertujuan untuk mendeteksi adanya gugus fenolik produk hasil biosolubilisasi batubara oleh kapang Penicillium sp. dan Trichoderma sp. Gugus fenolik terbentuk oleh proses solubilisasi senyawa lignin yang merupakan komponen penyusun batubara. Penguraian senyawa lignin ini dibantu oleh enzim lignin peroksidase yang mampu mengoksidasi unit non fenolik lignin Hammel, 1996. Semakin tinggi nilai absorbansi maka semakin baik pula hasil biosolubilisasi batubara Selvi dan Banerjee, 2007. A. 0.5 1 1.5 2 2.5 3 7 14 21 28 35 w aktu hari A b s o rb an si 0 kGy 5 kGy B. 1 2 3 7 14 21 28 w aktu hari A b so rb an si 35 0 kGy 5 kGy Gambar 6. Nilai absorbansi supernatan pada panjang gelombang 250 nm hasil biosolubilisasi kapang Penicillium sp. A dan Trichoderma sp. B Hasil pengukuran supernatan kultur medium kapang Penicillium sp. dan Trichoderma sp. pada panjang gelombang 250 nm dan 450 nm memiliki pola yang sama, baik pada batubara yang tidak diiradiasi 0 kGy maupun batubara yang diiradiasi 5 kGy Gambar 6 dan 7. Hasil pengujian statistik juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada seluruh perlakuan probabilitas ≥ 0,05 Lampiran 12. Pada Gambar 6 terlihat bahwa nilai absorbansi supernatan pada medium yang mengandung batubara yang tidak diiradiasi 0 kGy dan batubara yang diiradiasi 5 kGy mengalami peningkatan pada hari ke-7 inkubasi dan setelah itu mengalami penurunan pada panjang gelombang 250 nm. Pada medium kapang Penicillium sp. yang mengandung batubara yang diiradiasi 5 kGy tidak mempengaruhi biosolubilisasi batubara. Tanpa radiasi gamma, nilai absorbansi kapang Penicillium sp. memililki nilai absorbansi yang tinggi. Nilai absorbansi supernatan meningkat dan menurun seiring dengan bertambahnya masa inkubasi. Nilai absorbansi yang meningkat pada hari ke-7 inkubasi disebabkan karena proses biosolubilisasi batubara padat diurai menjadi batubara terlarut dan selain itu dihasilkan pula gas CO 2 . Nilai absorbansi yang menurun pada hari ke-14 dan sampai akhir inkubasi disebabkan karena proses degradasi atau biosolubilisasi batubara yang sudah melarut kemudian diurai kembali menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana dan dihasilkan pula gas CO 2 Ward, 1990. Unit fenolik hasil degradasi lignin dioksidasi oleh enzim lakase yang berperan dalam oksidasi unit fenolik Perez et al.,2002. Tiap kapang memiliki waktu yang berbeda dalam hal memiliki nilai absorbansi tertinggi pada panjang gelombang 250 nm. Kapang Penicillium sp. nilai absorbansi tertinggi terjadi pada inkubasi hari ke-7 dalam medium yang mengandung batubara yang tidak diiradiasi 0 kGy dan diirasiasi 5 kGy. Kapang Trichoderma sp. nilai absorbansi tertinggi pada inkubasi hari ke-35 dalam medium yang mengandung batubara yang tidak diiradiasi 0 kGy dan diirasiasi 5 kGy. Tingkat biosolubilisasi juga diamati melalui nilai absorbansi pada panjang gelombang 450 nm. Pengukuran nilai absorbansi pada panjang gelombang tersebut bertujuan untuk mendeteksi produk hasil biosolubilisasi berupa gugus karboksil dan hidroksil oleh kapang Penicillium sp. dan Trichoderma sp. karena karakter lain dari produk biosolubilisasi kaya akan gugus karbonil C=O dan hidroksil O-H Scott dan Lewis, 1990. A. 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 7 14 21 28 35 w aktu hari A b so rb an si 0 kGy 5 kGy 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 7 14 21 28 35 waktu hari A b so rb an si 0 kGy 5 kGy B. Gambar 7. Nilai absorbansi supernatan pada panjang gelombang 450 nm hasil biosolubilisasi kapang Penicillium sp. A dan Trichoderma sp. B 0 kGy = batubara tidak diiradiasi dan 5 kGy = batubara diiradiasi 5 kGy. Pada Gambar 7A terlihat bahwa nilai absorbansi pada masa inkubasi hari ke- 7 dan 28 pada medium yang mengandung batubara yang tidak diiradiasi 0 kGy mengalami penurunan. Nilai absorbansi terus meningkat pada masa inkubasi hari ke-14 dan 21, kemudian nilai absorbansi meningkat lagi pada hari ke-35. Peningkatan nilai absorbansi tertinggi pada masa inkubasi hari ke-35 yaitu, sebesar 0,063 pada medium yang mengandung batubara yang tidak diiradiasi 0 kGy. Nilai absorbansi pada medium yang mengandung batubara yang diiradiasi 5 kGy pada masa inkubasi dari hari ke-0, 7 dan 14 terus mengalami peningkatan, kemudian nilai absorbansi menurun lagi pada hari ke-28 dan 35. Peningkatan nilai absorbansi tertinggi pada masa inkubasi hari ke-35 yaitu, sebesar 0,053 pada dosis batubara yang diiradiasi 5 kGy. Iradiasi gamma 5 kGy pada batubara tidak mempengaruhi biosolubilisasi. Hasil pengujian statistik kapang Penicillium sp menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada seluruh perlakuan probabilitas ≥ 0,05 Lampiran 12. Gambar 7 B terlihat bahwa nilai absorbansi pada medium yang mengandung batubara yang tidak diiradiasi 0 kGy dari ke-0, 7, 14, 21 dan 35 terus mengalami peningkatan, kemudian nilai absorbansi menurun pada hari ke-28 inkubasi. Peningkatan absorbansi tertinggi pada masa inkubasi hari ke-35 yaitu, 0,220. Nilai absorbansi pada dosis batubara yang diiradiasi 5 kGy menurun pada hari ke-7 dan 28. Kemudian meningkat pada hari ke-14 dan ke-21. Nilai absorbansi meningkat lagi pada hari ke-35 yaitu, sebesar 0,178. Peningkatan nilai absorbansi tertinggi pada masa inkubasi ke-35. Hasil pengujian statistik kapang Trichoderma sp. menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada seluruh perlakuan probabilitas ≥ 0,05 Lampiran 12 Jika dibandingkan dengan nilai pH medium Gambar 5 maka dapat dilihat adanya hubungan yang berbanding terbalik antara pH medium dengan absorbansi supernatan. Ketika nilai pH medium meningkat maka nilai absorbansi supernatan mengalami penurunan sedangkan jika nilai pH menurun maka nilai absorbansi supernatan menigkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Selvi dan Banerje 2007, yang menghasilkan biosolubilisasi yang tertinggi pada pH yang rendah. Kapang Trichoderma sp. memiliki nilai absorbansi lebih tinggi daripada kapang Penicillium sp. pada medium yang mengandung batubara yang tidak diiradiasi 0 kGy selama proses inkubasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Sugoro et al . 2009 kapang Trichoderma sp. memiliki nilai absorbansi tertinggi atau memiliki kemampuan tertinggi dalam mendegradasi batubara subbituminus Sumatera Selatan dibandingkan isolat kapang Penicillium sp., Mucor sp., Aspergillus sp. dan isolat lainnya belum teridentifikasi. Menurut Ward 1990 perbedaan absorbansi menunjukkan adanya perbedaan pada tingkat biosolubilisasi batubara oleh kapang melalui aktivitas enzim ekstraseluler menjadi produk yang dapat larut dan mencair, sehingga dalam penelitian ini perlu dilakukan analisis hidrolisis FDA.

4.4. Hasil Hidrolisis FDA