Sumber-Sumber Konflik Kelompok Persatuan Islam Persis dan Nahdaltul

tersebut. Seperti yang di jelaskan seorang informan 43 tahun yang merupakan salah seorang ustadz dari warga nahdliyin: “Orang-orang Persis itu tidak tahu, sebenarnya dibalik itu semua keluarga mayit sangat senang apabila di kirimi doa, berupa tahlil. Argument mereka tidak berdasar dan mengakar, mereka tidak akan pernah datang saat diundang pada acara tahlilan, dikirimi makanannya pun menolak. Mereka tidak pernah tahu bahwa makanan yang paling nikmat adalah makanan yang telah di doakan, bagi keluarga yang ditinggal tidak ada sejarahnya sampai menjual rumah atau tanahnya untuk keperluan tahlilan ini, seperti anggapan yang sering di lontarkan orang-orang Persis”. 2 Hal serupa juga terjadi pada salah satu keluarga warga nahdliyin seperti yang di tuturkan oleh seorang informan 24 tahun yang kebetulan salah seorang dari kakaknya menjadi anggota jam’ah Persatuan Islam dikarenakan menikah dengan salah seorang anggota jama’ah tersebut “Dulu saat orang tua kami meninggal abang gak datang waktu diadakan acara tahlilan, keesokan harinya baru datang dan dia berkata dari pada buat masak dan dikasihin ke orang-orang itu mubazir, lebih baik kumpulin duit dan dikasihin ke anak-anak yatim piatu, jelas-jelas lebih bermanfaat”. 3 3. Maulid Nabi Muhammad S.A.W. Bagi orang-orang nahdliyin masyarakat Mekarsari perayaan kelahiran Nabi Muhammad S.A.W adalah sesuatu yang sakral dan pasti dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada tanggal 12 Dzulhijah, atau tanggal lain pada bulan tersebut. Seperti di tuturkan informan 47 tahun 2 Wawancara Pribadi dengan UZ, Depok, 7 Juni 2011. 3 Wawancara Pribadi dengan SRF, Depok, 8 Juni 2011. “Kami tidak peduli apa yang sering dikatakan mereka jam’ah Persatuan Islam yang menganggap pelaksanaan maulid Nabi sesuatu yang bid’ah, mereka tidak tahu apa inti dari perayaan ini, mereka tidak memahami kenapa kami melaksanaan maulid nabi ini. Bagi kami perayaan Maulid ini mengandung makna perenungan atas pengorbanan dan jasa seorang Nabi yang berjuang memperjuangkan agama Allah, dan didalam perayaan ini terkandung makna syi’ar Islam yang luas, yang tidak hanya menjakau anggota organisasinya saja melainkan seluruh umat Islam pada umumnya”. 4 4. Mengirimkan surah al-Fatihah bagi sodara-sodara muslim yang lebih dulu meninggalkan mereka. Penafsiran berbeda tentang hadits “idza maata ibnu adama inkothoa amaluhu illa min tsalasin, shodaqotin jariyatin au ilmin yuntafaubihi au waladin sholihin”. Perdebatan tentang orang lain yang menigrimkan surah al- Fatihah bagi orang-orang Persatuan Islam sesuatu yang tidak akan pernah sampai karena amalan yang akan diterima hanya sebatas pada doa anak yang sholeh. Sedangkan pemahaman bagi orang-orang nahdliyin siapa saja yang dengan ikhlas mendoakan orang-orang terdahulu yang terlebih dulu meninggalkan mereka adalah sesuatu yang baik dan mustahil bagi Allah tidak mengabulkan do’a orang-orang yang mendoa’akan bagi almarhum, seperti yang dituturkan oleh informan 58 tahun yang merupakan salah seorang ustadz dari warga nahdliyin: “Makna pada hadits waladun sholihun di tunjukan bukan hanya berasal dari keluarga senasab atau anak kandung saja, Karena bila ditunjukan bagi anak kandung dalam kaidah bahasa Arab 4 Wawancara Pribadi dengan AH, Depok, 6 Juni 2011. semestinya penggunaan bahasanya dalam hadits tersebut ibnun sholehun atau bintun sholehatun’’. 5 5. Adzan dua kali saat pelaksanaan sholat Jum’at. Bagi orang nahdliyin adzan dua kali sesuatu yang di contohkan oleh Nabi Muhammad saw dahulu. Sementara pendapat orang Persis adzan dua kali yang di contohkan Rasulullah dahulu karena ada beberapa hal, ketika adzan pertama dilakukan di dalam masjid sementara orang-orang masih diluar melaksanakan kegiatannya masing- masing dan di dalam masjid jama’ah masih terlihat sedikit dengan keadaan demikian Rasul memerintahkan sahabat untuk melakukan adzan yang kedua tetapi dilakukan di luar masjid dengan maksud untuk mengingatkan para jama’ah sholat jum’at yang masih melakukan kegiatannya. Argumentasinya pada zaman sekarang fasilitas pengeras suara sudah tersedia yang memungkinkan apabila adzan dengan menggunakan pengeras suara akan menjamah seluruh daerah yang ada disekitar masjid, jadi tidak mesti pada saat ini adzan dilakukan dua kali sebelum khotib mayampaiakan khutbah jum’atnya. 6. Pelaksanaan doa qunut setiap sholat subuh. Bagi warga Persatuan Islam mendoakan para pejuang Allah dibelahan bumi lain yang sedang berjihad tidak mesti dilakukan pada sholat subuh saja, serta redaksi do’a qunut yang selalu dan biasa di bacakan warga nahdliyin pada sholat subuh pada umumnya berbeda. 5 Wawancara Pribadi dengan KHM, Depok, 8 Juni 2011. Sementara orang-orang Persatuan Islam pernah melaksanakan qunut dilakukan pada sholat berjama’ah maghrib dan isya, saat jama’ah banyak dan dengan redaksi do’a qunut yang berbeda pada umumnya 7. Mengangkat tangan saat berdo’a. Jama’ah Persatuan Islam menganggap kedudukan Hadits rof’ul yadain fi du’a tidak sampai pada derajat shohih, sehingga pada pelaksanaannya jama’ah Persatuan Islam Persis tidak mengangkat tangan mereka saat berdo’a, terkecuali pengkhususan pada sholat meminta hujan istisqho. Sementara tidak demikian dengan Warga nahdliyin mengangkat tangan selalu dilakukan apabila sedang melakukan do’a. seperti dituturkan oleh informan 51 tahun “Sebetulnya logikanya sangat sederhana, bagaimana kita lihat seorang anak ketika meminta uang kepada orang tuanya, anak itu pasti “nadangin” tangannya. Begitupun kita bila kita meminta apalagi pada yang Menciptakan kita”. 6 8. Mengeraskan suara saat berdoa’a setelah shalat berjama’ah. Hal yang biasa dan kerap ditemui di masjid-masjid atau mushala di Indonesia termasuk hasil pengamatan peneliti yang melakukan sholat di masjid di tempat penelitian dilakukan, mengeraskan do’a setelah sholat berjama’ah sesuatu yang biasa dilakukan, hal ini yang kemudian menjadi salah satu bahan kritikan bagi warga nahdliyin yang dilayangkan oleh jama’ah Persatuan Islam Persis menurutnya cara demikan tidak pernah di contohkan oleh rasulullah saw dan sahabatnya. 6 Wawancara Pribadi dengan MRF, Depok, 5 Juni 2011. Rasulullah mencontohkan berdo’a dengan rincian membaca Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan Allahu akbar 33 kali dan digenapkan dengan membaca Laa ilaaha illallah. Suara keras saat berdo’a di takutkan orang-orang persatuan Islam Persis menggangu orang lain yang shalatnya terlambat atau masbuq. Dengan dalil al- Quran QS. Al-‘Araf: 2005 yang intinya adalah berwirid dan berzikir itu hendaknya penuh kekhusyu’an dan dengan suara yang pelan dan penuh rasa takut dan pelan. 9. Melaksanakan wiridan dengan menggunakan tasbih. Melakukan wiridin dengan menggunakan tasbih sesuatu yang biasa dilakukan oleh warga nahdliyin akan tetapi hal ini tidak demikian dengan warga jama’ah Persatuan Islam. Bagi warga Persatuan Islam rasulullah tidak menggunakan media apapun dalam melakukan wirid kecuali dengan hanya denga jari-jemari tangan kanannya saja. Seperti di tuturkan oleh seorang informan 51 Tahun: “Pada zaman Rasulullah saw ada yang menggunakan seperti tasbih akan tetapi jumlahnya tidak 33 seperti tasbih yang ada seperti sekarang ini melainkan 1000 buah, kalau memang mau konsisten seharusnya mereka warga Nahdliyin menggunakan media yang sama dan dengan jumlah yang sama”. 7 10. Jumlah raka’at dalam sholat tarawih pada malam bulan ramadhan. Perebedaan yang mencolok mengenai jumlah raka’at ini menyebabkan tidak mungkin kedua kelompok ini melakukan sholat 7 Wawancara Pribadi dengan AS, Depok, 15 Juni 2011. terawih secara berjama’ah, bagi orang-orang nahdliyin mereka melakukan sholat tarawih dengan jumlah 23 raka’at dengan 2 raka’at sampai sepuluh kali salam dan di lanjutkan dengan 3 raka’at witir, sementara jama’ah Persatuan Islam melaksanakan sholat tarawih dengan 11 raka’at dengan dengan 4 raka’at hingga 2 kali salam dan dilanjutkan dengan 3 raka’at sholat witir. 11. Memberikan kebebasan pada orang yang baru belajar untuk menjadi imam sholat pada orang-orang Persis. Sementara pada prinsipnya warga nahdliyin hanya mau diimami oleh orang-orang tertentu yang memiliki kapasitas, dan kapabilitas dalam urusan agama. Seperti yang kembali di utarakan informan 43 tahun: “Pernah satu ketika saya diimami oleh salah seorang anggota jama’ah Persatuan Islam, saya tahu kapasitas dari orang tersebut dalam urusan agama. Walaupun saya berdiri sebagai makmum dalam sholat tersebut akan tetapi saya meniatkan sholat saya sendiri, karena saya hanya mau diimami oleh orang-orang yang fasih dalam bacaannya, faham dalam urusan agama, kasarnya paling tidak saya mengagap harus keilmuannya diatas saya”. 8 Sehingga bukan tidak mungkin dalam pelaksanaan sholat berjama’ah selalu di imami oleh orang yang sama, seperti pengamatan yang di lakukan oleh peniliti yang ikut sholat berjama’ah di masjid milik warga Nahdlatul Ulama dalam sholat maghrib dan isya selalu di imami oleh imam yang sama. 8 Wawancara Pribadi dengan UZ, Depok, 6 Juni 2011. 12. Pelaksanaan sholat Gerhana. Sholat gerhana bagi orang-orang nahdliyin bukan sesuatu yang masyhur untuk di laksanakan, akan tetapi tidak demikian dengan warga Persatuan Islam Persis setiap gerhana terjadi para warga Persatuan Islam melaksanakan sholat gerhana dengan sunnah-sunnahnya seperti melaksanakan sholat gerhana, bertakbir, mendengarkan khotbah, dan bershodaqoh. Biasanya pelaksanaan sholat gerhana ini dilakukan secara berjama’ah di lakukan di masjid dan dengan menggunakan pengeras suara. Ini salah satu yang menjadi sumber besar konflik yang terjadi pada masyarakat sebagaimana telah disebut pula di atas. 13. Penggunaan sayyidina untuk menyebutkan Nabi Muhammad saw dalam sholawat, Bagi warga nahdliyin tidak ada salahnya memuliakan Rasulullah dengan mambahkan sayyidina, karena itu merupakan salah satu cara memuliakan, menteladani, pribadi yang dicintainya. Namun bagi jama’ah Persatuan Islam dalam haditsnya Rasulullah tidak menggunakan redaksi sayyidina, dan menganggap penambahan kata sayyidina dalam sholawat sesuatu yang ditambah-tambahkan. Selain faktor diatas ada beberapa faktor lain yang kerap menjadi konflik antara jama’ah Persatuan Islam dengan warga nahdliyin diantaranya adalah perdebatan mengengenai konsep ahlu sunnah wal jama’ah. Pada dasarnya kedua organsisai ini merupakan kelompok yang mendeklarasikan sebagai ahlu sunnah wal jama’ah hanya saja dalam mengaplikasikan ajaran agama ada perbedaaan dalam mengartikulasikan sebuah dalil dengan argumentasinya masing-masing. Seperti yang di tuturkan seorang informan 54 tahun. “Semestinya pemahaman agama itu berasal dari atas baru kebawah harus mencari sumber yang utama yaitu al-Quran dan dari sunnah Nabi Muhammad baru di perkuat dengan perkataan sahabat dan berlanjut pada ulama-ulama setelahnya itu kiranya yang menjadi dasar penafsirann bagi kami. Yang saya liat pada umumnya warga nahdliyin mengembangkan pemahaman keagamaan berasal dari bawah baru keatas mencari dalil dari ulama-ulama klasik dan belum tentu mencari dalil sunnah nabi. Sehinga dalam kenyataannya bagi kami melihat itu tidak sesuai dengan sunnah nabi Muhammad karena nabi Muhammad tidak pernah mencontohkan dan tidak ada hadits yang memperkuatnya”. 9 Faktor lain yang meyebabkan konflik walaupun tidak dominan adalah motif status ekonomi, Status ekonomi warga Persatuan Islam berada diatas atau lebih apabila dibandingakan dengan warga nahdliyin yang ada Mekarsari. Warga jama’ah Persatuan Islam dapat dikatakan berekonomi menengah keatas dan sebaliknya bagi warga nahdliyin menengah kebawah. Kesuksesan dakwah jama’ah Persatuan Islam ditunjang dengan ekonomi yang baik pula di daerah tersebut. Sebagai indikasinya berbagai fasilitas dibangun oleh warga jama’ah Persatuan Islam melalui sumbangan bersama para jama’ahnya, Pembangunan fasilitas tersebut termasuk mushola dan majlis berdekatan dengan masjid bukan tanpa alasan karena dalam beberapa kegiatan pelarangan warga nahdliyin kepada jama’ah Persatuan Islam untuk menggunakan fasilitas-fasilitas yang sudah ada yang nota bene merupakan aset warga nahdliyin. Seperti dituturkan oleh informan 43 tahun. 9 Wawancara Pribadi dengan HU, Depok, 12 Juni 2011. “Orang-orang Persis isrof dalam membangun fasilitasnya, lihat saja membangun majlis dan mushola dengan bahan-bahan bangunan dan bentuk bangunannya menelan biaya yang tidak sedikit. Hanya karena salah seorang dari jama’ah mereka seorang kontraktor. Seharusnya dana yang besar tersebut dapat digunakan pada hal-hal yang lebih penting di banding sekedar membangun. Kami bukan berarti tidak bisa membangun seperti itu, kami mempertimbangkan azas manfaat pengguanaannya saja jangan sampai mubazir dan saya melihatnya cenderung jatuh pada Isrof”. 10

B. Kasus-Kasus Konflik

Pada tahun 2000 hingga 2010 kasus konflik Persatuan Islam Persis dan Nahdlatul Ulama NU relatif tidak sekeras tahun delapan puluhan saat pertama kali orang Persatuan Islam Persis masuk dan melakukan taklim dan pengajiannya. Seperti dituturkan seorang informan 54 tahun. “Saya ingat saat pertama kali melakukan taklim dan pengajian di mushola darul mukminin bersama sekitar 4 orang tiba-tiba lampu mushola mati mendadak, dan kami tahu siapa yang mematikan lampu saat kami taklim, mereka orang-orang nahdlyin yang tidak senang dengan taklim dan pengajian yang kita laksanakan”. 11 Dari mulai kejadian tersebut mulai memberikan batas-batas yang jelas antara kelompok Nahdlatul Ulama dengan Persatuan Islam, terlebih saat-saat mulai berkembangnya jumlah orang dalam taklim dan pengajian tersebut serta menarik beberapa penduduk pribumi untuk ikut serta dalam taklim dan pengajian yang dilakukan oleh orang-orang Persatuan Islam. Melihat kenyataan demikian pergerakan orang-orang Persatuan Islam Persis terbilang cukup berani seperi dituturkan seorang informan 54 tahun. 10 Wawancara Pribadi dengan UZ, Depok, 7 juni 2011. 11 Wawancara Pribadi dengan HU, Depok, 12 juni 2011. “Kami pernah meminta izin pada pengurus mushola darul mu’minin untuk melaksanakan sholat gerhana untuk yang pertama kalinya di daerah sini, kami mendapatkan izin tersebut dan pada malam harinya sekitar jam 2 kita mulai melaksanakan sholat gerhana bersama dengan sunnah-sunnahnya. Keesokan harinya mereka membicarakan kami, kami di anggap sebagai “agama baru” karena takbiran malam-malam, sedangkan yang mereka fahami takbiran dilakukan hanya pada malam idul adha dan idul fitri saja”. 12 Pada tahun dua ribuan kasus-kasus konflik relatif mereda mengingat kebersamaan mereka dalam membangun mushola menjadi masjid Jami’ Daarul Mu‘minin serta seorang tokoh, ustadz, serta ketua DKM bernama Junaidi Alm yang berusaha memberikan pengarahan, pendidikan pada warga nahdliyin bahwa Persatuan Islam merupakan saudara mereka. Konflik dan sikap keras kembali terjadi pada jama’ah Persatuan Islam setelah meninggalnya Ustadz Junaidi pada awal tahun 2011. Kepengurusan masjid Jami’ Daarul Mu’minin dipimpin warga nahdliyin yang lain. Seperti dituturkan oleh informan 54 tahun. “Pada pelaksanaan sholat gerhana terakhir, belum lama ini ada sedikit sikap dari ketua DKM masjid Jami‘ Daarul Mu’minin yand sedikit keras terhadap kami. Saat kami sedangkan melakukan takbir beliau mebunyikan musik keras-keras pada tengah malam berbarengan dengan kami melaksanakan sholat gerhana, sementara posisi rumah beliau dengan masjid hanya beberapa meter saja. Pasti kami merasa tergangu, kami di bantu salah seorang warga nahdlyin yang sedikit menerima kami berinisiatif melaporkan Ke RT dan berlanjut dari RT melaporkan kepada salah seorang anggota kepolisian yang sedang berjaga di daerah tersebut. Pada akhirnya permasalahan pada malam hari itupun selesai, walaupun dengan cara yang kaga wajar dan kayanya ketua DKM merasa tidak puas dan seperti dikecilkan”. 13 12 Wawancara Pribadi dengan HU, Depok, 12 juni 2011. 13 Wawancara Pribadi dengan HU, Depok, 12 juni 2011. Dari kejadian tersebut hubungan yang terbangun antara kelompok nadhliyin dan Persatuan Islam kembali tidak baik hingga saat ini, kebencian sebagian warga nahdlyin terhadap jama’ah Persatuan Islam yang dulu mulai mengendap dan kembali keras, ini terbukti pelarangan keras bahkan sampai “pengaharaman” ketua DKM masjid Jami‘ Daarul Mu’minin periode sekarang kepada jama’ah Persatuan Islam untuk melasanakan kegiatan termasuk melaksanakan sholat di masjid tersebut. Seperti dituturkan informan 54 tahun. “Pada dasarnya konflik kebencian pribadi beliau terhadap jama’ah Persis disini sudah ada sejak kepemimpinan ustadz Junaidi menjabat sebagai ketua DKM masjid tersebut, tapi siapapun menghargai seorang ustadz Junaidi karena ketinggian ilmu dan prilakunya. Nah kesempatan menyalurkan kebencian seperti mendapat jalan setelah meninggalnya ustadz Junaidi dan kemudian beliau menjabat sebagai ketua DKM masjid tersebut. Dan puncaknya saat pelaksanaan sholat gerhana tadi, dengan keras beliau “mengaharamkan” kepada kami untuk melakukan kegiatan dan sholat di masjid jami’ Darul Mu’minin”. 14

C. Bentuk Mediasi dan Integrasi.

Konflik yang tejadi pada tahun delapan puluhan sedikit mulai mereda setelah salah seorang ustadz nahdliyin bernama Junaidi Alm menjabat sebagai ketua DKM masjid Jami’ Daarul Mu’minin, kepemimpianan beliau seolah memberikan angin segar bagi jama’ah Persatuan Islam, beliau memberikan pengajaran, pemahaman kepada masyarakat bahwa Persatuan Islam bukan agama baru, mereka seperti halnya umat Islam pada umumnya hanya dalam beberapa hal berbeda dalam pelaksanaan ritual ajaran agama, dan perbedaan dalam pemahaman agama itu sesuatu yang wajar dan menjadi sesuatu yang seharusnya menjadi suatu 14 Wawancara Pribadi dengan HU, Depok, 12 juni 2011.