Masalah-masalah yang dihadapi petani penerapan teknologi legowo 4:1 di daerah penelitian.

Veny Betsy Saragih : Monitoring Dan Evaluasi Penerapan Teknologi Legowo 4:1 Pada Usaha Tani Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai, 2009. USU Repository © 2009 1. Legowo 4:1 7028,86 2491,7 6.085.921 11.411.427 2. Tegel 20x20 6429,47 2527,5 5.707.865 10.526.862 Selisih Jumlah 599,3 9 -35,8 378.056 884.565 Sumber ; Analisis Data Primer,2009. Perbedaan pendapatan antara petani Legowo dengan petani Tegel sebesar Rp 884.565. Dimana setelah dilakukan uji beda rata-ratanya diketahui bahwa perbedaan tesebut tidaklah signifikan. Sebenarnya teknologi Legowo 4:1 dapat meningkatkan hasil sampai 30, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Akan tetapi pada kenyataannya didalam penelitian ini peningkatan produksi hanya berkisar 9 sehingga belum dapat meningkatkan pendapatan secara signifikan.

5.5. Masalah-masalah yang dihadapi petani penerapan teknologi legowo 4:1 di daerah penelitian.

Dalam penerapan teknologi Legowo 4:1 petani banyak menghadapi masalah- masalah diantaranya adalah : 1. Petani kesulitan merubah kebiasaan • Mulai dari persemaian : berdasarkan pedoman BPTP dalam menerapkan teknologi Legowo 4:1 petani harus menggunakan bibit muda yang berumur 10-15 hari setelah semai. Namun petani tidak terbiasa bila terlalu cepat turun tanam, oleh karena itu dilakukan diskusi kelompok dibantu dengan pemonitor BPTP dan penyuluh pertanian setempat sehingga diputuskan bahwa bibit yang berada dibawah 20 hari masih tergolong bibit muda. Biasanya petani sampel di daerah penelitian mulai menanam bibit padi pada saat berumur 18-20 hari. Veny Betsy Saragih : Monitoring Dan Evaluasi Penerapan Teknologi Legowo 4:1 Pada Usaha Tani Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai, 2009. USU Repository © 2009 • Pencabutan bibit : dalam satu lubang tanam petani biasa menanam 5-6 batang bibitlubang tanam, namun pada penerapan teknologi Legowo 4:1 petani harus menanam 1-2 batang bibitrumpun. Adapun alasannya adalah jika bibit ditanam 1-2 batanglubang tanam maka jumlah anakan akan bertambah 5-6 batang bahkan sampai 10 batangrumpunnya. Sementara bibit padi sangat sulit sekali bila harus dicabut 1-2 batang bibit karena bibit mudah putus, apalagi bila jenis varietas yang digunakan bermalai halus. Sehingga diperlukan keuletan, kesabaran, dan tentunya waktu yang lebih lama untuk melakukan pencabutan bibit. Sehingga mengakibatkan upah cabut menjadi lebih mahal. Alasan lain petani tidak ingin melakukan penanaman bibit 1-2 batanglubang tanam adalah hama keong, bila bibit dimakan keong siapa yang harus bertanggung jawab atas anjuran tanam bibit 1-2 batanglubang tanam. • Penanaman : Bila biasanya petani hanya menanam dengan jarak tanam 20x20 maka dalam sistem Legowo 4:1 petani harus mengatur jarak tanam 20x10 yang dilowongkan 1 baris dengan jarak 40cm. Untuk melakukan ini petani menghadapi kesulitan yang lebih. Akibatnya upah tanam dalam penerapan teknologi Legowo 4:1 menjadi mahal. • Pengairan : teknologi Legowo 4:1 memerlukan pengairan secara intermitten 7-4 atau 4-7 yaitu 7 hari pengairan dan 4 hari pengeringan atau 4 hari pengairan dan 7 hari pengeringan dengan dalam genangan 2-4 cm. Sementara irigasi di Desa Lubuk Bayas sifatnya setengah teknis sehingga sulit untuk mengatur pengairan. 2 Kurangnya tenaga tanam Veny Betsy Saragih : Monitoring Dan Evaluasi Penerapan Teknologi Legowo 4:1 Pada Usaha Tani Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai, 2009. USU Repository © 2009 Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dipengaruhi oleh waktu, sehingga kebutuhan tenaga kerja bersifat fluktuatif, dimana terdapat saat-saat membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan sedikit. Sehingga saat-saat tertentu tenaga kerja setengah menganggur sedemikian rupa. Mereka yang tergusur dari sektor pertanian karena tidak lagi tersedia pekerjaan disektor tersebut akan pindah ke sektor lain. Kondisi ini semakin memprihatinkan karena sumber daya manusia yang berkualitas tidak memiliki keinginan bekerja di sektor pertanian. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pemuda pedesaan dan angkatan kelompok kerja pedesaan yang berpendidikan formal lebih cenderung tidak memilih sektor pertanian sebagai lapangan kerja utama. Hal ini disebabkan kesempatan kerja pertanian bagi yang berpendidikan formal relatif lebih sedikit, kemudian mereka biasanya mengharapkan pendapatan yang lebih tinggi melebihi jumlah yang akan mereka terima jika mereka bekerja di sektor pertanian. Keengganan bekerja di sektor pertanian juga karena status sosial dan kenyamanan kerja Silitonga dkk, 1995, halaman 79-80. Letak Desa Lubuk Bayas dekat dengan daerah industri Tanjung Morawa, sehingga banyak penduduk desa yang bermigrasi ke saktor ini, disamping dari alasan lain seperti yang telah disebutkan diatas. Hal inilah yang menyebabkan kurangnya tenaga tanam di pedesaaan. Khusunya dalam hal penerapan teknologi Legowo 4:1, selain karena sudah sulitnya tenaga tanam yang tersedia di desa ditambah lagi dengan sistem tanam Legowo 4:1 yang rumit, mengakibatkan petani enggan untuk menerapkan teknologi sistem tanam ini. Veny Betsy Saragih : Monitoring Dan Evaluasi Penerapan Teknologi Legowo 4:1 Pada Usaha Tani Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai, 2009. USU Repository © 2009

5.6. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

3 187 177

Analisis Finansial Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

15 104 93

Partisipasi Petani Dalam Penerapanpertanian Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas,Kecamatan Perbaungan,Kabupaten Serdang Bedagai)

1 68 72

Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah Terhadap Kesejahteraan (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

19 173 117

STUDI MAKROINVERTEBRATA AKUATIK PADA SAWAH ORGANIK DAN ANORGANIK DI DESA LUBUK BAYAS KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI.

0 1 25

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 72

III. METODE PENELITIAN - Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 1 55

II. TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 19

I. PENDAHULUAN - Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 8

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 18