Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,

Veny Betsy Saragih : Monitoring Dan Evaluasi Penerapan Teknologi Legowo 4:1 Pada Usaha Tani Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai, 2009. USU Repository © 2009 2. Sebagai bahan masukan kepada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, sebagai lembaga penyaluran teknologi bagi petani. 3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak yang membutuhkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau penilaian hasil pelaksanaannya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan balik feed-back guna memperbaiki atau merencanakan kembali. Masukan kembali dapat dibentuk laporan-laporan resmi yaitu melalui daftar-daftar isian atau formulir yang telah disusun sebelumnya, berita acara, memorandum dan sebagainya atau dapat berbentuk cara-cara yang lebih santai informal melalui rapat-rapat staf berkala dimana dibicarakan dan diadakan pertukaran fikiran mengenai apa yang gagal atau tidak berhasil dicapai. Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu kegiatan, bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu programproyek. Disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa atau sebabnya hal-hal positif maupun negatif telah terjadi. Evaluasi dapat dihubungkan dengan pengawasan Reksopoetranto.S,1992, halaman 55. Suatu proyek berakhir apabila telah menghasilkan produk atau output. Produk atau output suatu proyek dapat berbentuk fisik dan non fisik. Output berasal dari suatu proses dan koordinasi faktor-faktor produksi yang berupa tanah tenaga kerja, modal dan Veny Betsy Saragih : Monitoring Dan Evaluasi Penerapan Teknologi Legowo 4:1 Pada Usaha Tani Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai, 2009. USU Repository © 2009 kewirausahaan. Output yang umumnya berupa barang atau jasa dapat diukur. Apabila produk merupakan hasil akhir dari suatu proses, maka hal itu merupakan serangkaian kegiatan awal menuju kepencapaian sasaran akhir. Jadi proses untuk menghasilkan suatu produk belum merupakan keberhasilan suatu program. Untuk mencapai sasaran akhir, apalagi meninjau sampai dampaknya maka harus melalui langkah awal yang berupa produk atau output yang merupakan hasil akhir suatu proyek. Seperti yang dapat dilihat pada Bagan 1. Perencanaan pelaksanaan evaluasi Input proses output efek dampak Ekonomi efisiensi efektivitas Kunarjo, 2002 : 268 Gambar 1. Skema Dampak Dampak dalam arti yang sederhana merupakan manfaat yang paling akhir. Beberapa penulis merefleksikan dampak sebagai outcomes dan manfaat suatu program. Evaluasi program yang baik, diperlukan langkah yang sistematis, terarah, dan konsisten. Program yang telah selesai dilaksanakan perlu dievaluasi untuk mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan itu sudah tepat. Evaluasi program bertujuan : a memepertanggung jawabkan keberhasilan program kepada masyarakat atau instansi yang membiayai program bersangkutan, dan b keberhasilan maupun ketidakberhasilan Veny Betsy Saragih : Monitoring Dan Evaluasi Penerapan Teknologi Legowo 4:1 Pada Usaha Tani Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai, 2009. USU Repository © 2009 program ini selanjutnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan oleh mereka yang berwenang. Monitoring atau pemantauan biasanya dimulai sejak pelaksanaan, sedangkan evaluasi dilakukan setelah program selesai Kunarjo, 2002 :262-268. Teknologi dalam usaha pertanian selalu berubah disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Misalnya varietas tanaman selalu berganti disesuaikan pada daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit, selera atau rasa. Pada situasi ini tenaga kerja pertanian yang berlebihan maka teknologi yang dianjurkan adalah lebih baik pada teknologi padat tenaga kerja. Dalam kaitannya dengan skala ekonomi, maka perlu ada segmentasi kerja yaitu kegiatan yang memerlukan teknologi padat modal dapat dikerjakan oleh perusahaan besar seperti kegiatan transfer teknologi, pengadaan saprodi, pengolahan dan pemasaran. Sebaliknya kegiatan yang menggunakan teknologi yang tidak padat modal dapat diserahkan pada perusahaan kecil atau petani Soekartawi,1994 :58. Pilihan kebijakan teknologi yang utama di era reformasi ini adalah pengembangan teknologi dibidang agribisnis. Usulaan pemerintah menjadikan agribisnis sebagai salah satu unggulan teknologi nasional sangat tepat. Keunggulan komparatif Indonesia seperti sumber daya alam yang melimpah, jumlah tenaga kerja yang besar, dan pasar yang besar sebaiknya dijadikan basis untuk pengembangan teknologi sesuai dengan kondisi sosial budaya Indonesia. Pengembangan teknologi di bidang agribisnis diharapkan dapat berperan dalam : 1 meningkatkan produktivitas dan efisiensi 2 meningkatkan teknologi baru yang tepat guna dan tepat sasaran 3 memberikan nilai tambah value added produk akhir, dan 4 meningkatkan cadangan devisa Sa’id.G.E.dkk, 2001 :13. Veny Betsy Saragih : Monitoring Dan Evaluasi Penerapan Teknologi Legowo 4:1 Pada Usaha Tani Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai, 2009. USU Repository © 2009 Jarak tanam berpengaruh terhadap produksi dan efisiensi usaha tani padi sawah. Jarak tanam yang lebih rapat akan meningkatkan biaya tanam. Sebaliknya jarak tanam yang lebih lebar akan menurunkan produksi karena berkurangnya populasi tanaman. Optimalisasi jarak tanam dan peningkatan populasi tanaman dapat meningkatkan produksi dengan nyata. Sistem tanam padi yang berkembang dewasa ini antara lain adalah tanam pindah transplanting rice, tanam benih langsung dalam barisan direct seeded rice in rows, dan tanam benih langsung dengan cara sebar broadcast seeded rice. Berdasarkan hasil penelitian BPTP 19981999 pada musim hujan di Kabupaten Simalungun, jumlah anakan dan jumlah malai pada pertanaman sistem legowo nyata lebih tinggi dibandingkan sistem tegel Tabel 1. Hal ini disebabkan oleh tingginya populasi tanaman pada sistem legowo akibat jarak tanam yang lebih rapat dalam barisan. Jumlah anakan pada sistem legowo sekitar 20 lebih banyak dibanding sistem tegel. Jumlah malai merupakan salah satu komponen hasil yang menentukan hasil tanaman. Tabel 1. Tinggi Tanaman dan Komponen Hasil Padi Sawah Pada Sistem Tanam Legowo 4:1 dan Tegel Di Kabupaten Simalungun, Musim Hujan Tahun 19981999. Parameter Varietas Digul Varietas IR-74 Legowo Tegel Legowo Tegel Tinggi tanaman cm Jumlah anakanm 2 Jumlah anakanm 2 Gabahmalai Gabah hampa Bobot 100 biji g 101 518 472 96 15,6 22,6 96 474 318 102 13,2 22,8 109,2 552 480 91 14,1 23,7 106 385 318 94 13,6 23,8 Hasil k.a. 14 KgHa 5,78 5,13 5,58 5,12 Sumber : BPTP SUMUT, 2001. Veny Betsy Saragih : Monitoring Dan Evaluasi Penerapan Teknologi Legowo 4:1 Pada Usaha Tani Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai, 2009. USU Repository © 2009 Hasil gabah di Kabupaten simalungun, penerapan teknologi sistem tanam legowo memberikan hasil sekitar 566 Kg GKGHa lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tegel dapat dilihat Tabel 2. kenaikan hasil bervariasi antar varietas. Varietas Digul dan IR-74 memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan varietas unggul lainnya. Tabel 2. Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah Sistem Tanam Legowo 4:1 dan Tegel Di Kabupaten Simalungun, Musim Hujan Tahun 19981999. Varietas Hasil Kg GKGHa Perbedaan Hasil Legowo Legowo Tegel dan Tegel KgHa Digul 5,67 4,90 770 Batang anai 5,99 5,44 555 IR-64 5,84 5,28 560 IR-66 5,38 5,02 5,01 IR-77 5,66 5,08 581 Rata-rata 5,71 5,14 566 Sumber : BPTP SUMUT, 2001. Kenaikan hasil bervariasi antar varietas. Varietas Digul dan IR-74 memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya. Analisis Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Hasil penelitian BPTP 19981999 di Deli Serdang menunjukkan bahwa biaya usahatani dengan sistem tanam legowo sekitar Rp 90.000 lebih tinggi dibanding sistem tanam Tegel akibat jarak tanam lebih rapat, tetapi tambahan keuntungan mencapai Rp 550.000,- karena hasil meningkat 550 KgHa. Nilai RC rasio teknologi Legowo adalah 2,37 sedangkan tanam pindah hanya 2,09. BPTP SUMUT, 2001 :3-12 Veny Betsy Saragih : Monitoring Dan Evaluasi Penerapan Teknologi Legowo 4:1 Pada Usaha Tani Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai, 2009. USU Repository © 2009 Sistem tanam Legowo 4:1 adalah cara tanam bibit padi dengan jarak antar baris 20 cm dan jarak dalam barisan 10 cm. Setiap empat baris dikosongkan satu baris. Sistem tanam Legowo pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan produksi yang diperoleh melalui peningkatan populasi tanaman di bagian pinggir barisan paling luar pertanaman tiap empat baris. Dengan dikosongkannya satu baris tanaman pada setiap empat baris, baris tanaman paling luar baris pertama dan keempat akan mendapat pengaruh border effect yang memungkinkan bagi perkembangan perakaran tanaman sehingga diperoleh hasil yang lebih tinggi dibanding dua baris tanaman dibagian dalam baris kedua dan ketiga. Dengan dirapatkannya jarak tanam dalam barisan menjadi 10 cm dibanding sistem tegel 20 cm maka populasi tanaman pada sistem legowo 4:1 adalah 400.000 rumpunha atau 60 lebih tinggi dibanding sistem Tegel 20 x 20 cm yang populasinya hanya 250.000 rumpunha. Legowo 4:1 merupakan komponen PTT yang berupa pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha tani padi melalui perakitan paket teknologi padi sawah yang memiliki efek sinergestik dan dilakukan secara partisipatif serta bersifat spesifik lokasi Sembiring, 2001, halaman 58. Berikut dapat dijelaskan pada gambar sistem tanam teknologi legowo 4:1 dibawah ini: x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x 10 cm x x x x x x x x x x x x Veny Betsy Saragih : Monitoring Dan Evaluasi Penerapan Teknologi Legowo 4:1 Pada Usaha Tani Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai, 2009. USU Repository © 2009 20cm 40 cm Keterangan : jarak antar barisan 20 cm, jarak dalam barisan 10 cm, populasi tanaman 400.000 rumpunHa BPTP,2001 :12. Gambar 2. Sistem Tanam Legowo 4:1 Dalam penelitian Dwi Ratna Sari Malau Tahun 2002 di Kabupaten Asahan dengan menggunakan metode analisis uji beda rata-rata sample t-test diperoleh kesimpulan bahwa curahan tenaga kerja, jam kerja pemupukan, jam kerja penyiangan, jam kerja pengendalian hama dan penyakit tanaman untuk teknologi Legowo 4:1 lebih rendah dari sistem Tegel 20x20, tetapi secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan. Begitu pula dengan biaya produksi dan produktivitasnya. Sehingga diperoleh pendapatan tenaga kerja, pendapatan bersih dan pendapatan kerja teknologi Legowo 4:1 lebih rendah dibandingkan dengan Sistem Tegel, namun perbedaan tersebut tidaklah signifikan. Dalam penelitiannya diketahui bahwa penerapan teknologi Legowo 4:1 tidak dibarengi dengan komponen PTT lainnya, seharusnya dengan penerapan teknologi Legowo 4:1 terjadi peningkatan produktivitas yang signifikan pada usahatani padi sawah. Menurut Fahrul Razi Tahun 2005 dalam penelitiannya tentang teknologi Legowo 4:1 di Deli Serdang dengan metode analisis uji beda rata-rata sample t-test diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata jumlah bibit Legowo 4:1 lebih besar dari pada Tegel yaitu 60,91KgHa53,09KgHa. Rata-rata jumlah pupuk yang digunakan petani padi sawah Veny Betsy Saragih : Monitoring Dan Evaluasi Penerapan Teknologi Legowo 4:1 Pada Usaha Tani Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai, 2009. USU Repository © 2009 sistem Legowo 4:1 berbeda dengan Tegel 20x20. Tidak ada perbedaan jenis obat-obatan yang digunakan, curahan tenaga kerja Legowo 4:1 lebih kecil dari Tegel 20x20 yaitu 501 JamHa550 JamHa. Namun rata-rata produktivitas Legowo 4:1 berbeda dengan Tegel 7,21 TonHa5,71 TonHa. Biaya produksi Legowo 4:1 lebih besar ari pada Tegel 20x20. Sehingga diperoleh pendapatan keluarga Legowo 4:1 lebih besar dari pada Tegel 20x20.

2.2 Landasan Teori

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

3 187 177

Analisis Finansial Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

15 104 93

Partisipasi Petani Dalam Penerapanpertanian Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas,Kecamatan Perbaungan,Kabupaten Serdang Bedagai)

1 68 72

Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah Terhadap Kesejahteraan (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

19 173 117

STUDI MAKROINVERTEBRATA AKUATIK PADA SAWAH ORGANIK DAN ANORGANIK DI DESA LUBUK BAYAS KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI.

0 1 25

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 72

III. METODE PENELITIAN - Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 1 55

II. TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 19

I. PENDAHULUAN - Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 8

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 18