Tabel V.14 Hasil Uji Normalitas Tahap 1
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel V.14 Tabel Hasil Uji Normalitas, jika dilihat dari nilai Asymp. Sig. 2-tailed yaitu 0,068 0,05, artinya
data tersebut berdistribusi normal. Tabel V. 15
Hasil Uji Normalitas Tahap 2
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 70
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation 1.15388333
Most Extreme Differences Absolute
.156 Positive
.156 Negative
-.108 Kolmogorov-Smirnov Z
1.302 Asymp. Sig. 2-tailed
.068 a. Test distribution is Normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 70
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation 1.1451937
Most Extreme Differences Absolute
.173 Positive
.173 Negative
-.100 Kolmogorov-Smirnov Z
1.777 Asymp. Sig. 2-tailed
.061 a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan Tabel V.15 Tabel Hasil Uji Normalitas, jika dilihat dari nilai Asymp. Sig. 2-tailed yaitu 0,061 0,05, artinya
data tersebut berdistribusi normal. b.
Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode yang digunakan pada uji heteroskedastisitas adalah
dengan uji glejser. Kriteria dari uji ini adalah suatu variabel dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas atau disebut juga homokedastisitas
jika nilai Sig. lebih besar dari 0,05. Tabel V. 16
Hasil Uji Heteroskedastisitas Tahap 1
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
-1.507 1.615
-.933 .354
.054 .037
.174 1.458
.150 a. Dependent Variable: ABS_RES1
Sumber: Hasil Pengolahan data Primer, 2016 Berdasarkan Tabel V.16 uji Glejser yang telah yang telah
dilakukan pada tabel ini diperoleh nilai signifikan variabel Motivasi adalah 0,150 nilai tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga tidak
mengandung adanya heteroskedastisitas.
Tabel V. 17 Hasil Uji Heteroskedastisitas Tahap 2
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2016 Berdasarkan Tabel V.17 uji Glejser yang telah dilakukan pada
tabel ini diperoleh variabel moderasi Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,139 nilai tersebut
lebih besar dari 0,05 sehingga tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
D. Pengujian Hipotesis
Analisis data pada penelitian ini menggunakan program statistic SPSS 16.0 for Windows. Dalam pengujian ini, pengaruh model regresi interaksi moderasi
menggunakan moderated analysis MRA. Model Hubungan regresi dengan variabel moderating menggunakan MRA
Gambar V. 1 Kerangka Moderasi
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant -41.572
25.775 -1.613
.112 Motivasi
.962 .594
3.485 1.620
.110 Gaya Kepemimpinan
1.066 .699
3.245 1.524
.132 MotivasiGaya
Kepemimpinan -.024
.016 -4.668
-1.499 .139
a. Dependent Variable: ABS_RES2
Gaya Kepemimpinan Kinerja Karyawan
Motivasi
Variabel moderasi adalah variabel yang mampu memperkuat atau memperlemah hubungan kausal antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Semakin tinggi motivasi dan gaya kepemimpinan akan berpengaruh terhadap semakin tingginya kinerja karyawan. Hal tersebut untuk menguji:
1. Hasil Uji Hipotesis I
Tabel di bawah ini merupakan hasil output SPSS Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan:
Tabel V. 18 Hasil Analisis Persamaan I
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 2.476
.074 33.242
.000 Motivasi
.022 .002
.844 12.991
.000 a. Dependent Variable: Ln Kinerja Karyawan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2016 a.
Merumuskan Hipotesis H
01
= Motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan H
a1
= Motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan b.
Menerima atau menolak hipotesis Ho
1
ditolak dan Ha
1
diterima, karena berdasarkan tabel V. 18 diperoleh probabilitas signifikansi 0,000 0,05, berarti motivasi
berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan pengaruh itu positif.
Artinya semakin tinggi motivasi kerja, maka semakin tinggi kinerja karyawan dan sebaliknya dengan tingkat keyakinan 95 kesalahan
5. Berdasarkan hasil pengujian analisis di atas, regresi yang terbentuk
adalah: Y
= 2,476+ 0,022X Persamaan
regresi tersebut
menjelaskan bahwa
motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Koefisien regresi motivasi
sebesar 0,022 menyatakan bahwa setiap pertambahan skor motivasi akan menambah skor kinerja sekitar 0,022.
2. Hasil Uji Hipotesis II
Tabel ini merupakan hasil output SPSS memoderasi Gaya Kepemimpinan dan pengaruh motivasi terhadap Kinerja:
Tabel V. 19 Hasil Analisis Persamaan II
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 5.321
1.328 4.006
.000 Motivasi
.046 .031
1.733 1.492
.140 Gaya Kepemimpinan
.077 .036
2.460 2.140
.036 MotivasiGaya
Kepemimpinan .002
.001 3.730
2.218 .030
a. Dependent Variable: Ln Kinerja Karyawan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
a. Merumuskan hipotesis
H
02
= Gaya Kepemimpinan tidak memoderasi pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan
H
a2
= Gaya Kepemimpinan memoderasi pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan
b. Menerima atau menolak hipotesis
Ho
2
ditolak dan Ha
2
diterima, karena berdasarkan tabel V. 19 diperoleh probabilitas signifikansi 0,030 0,05, berarti gaya
kepemimpinan memperkuat pengaruh motivasi terhadap kinerja. Artinya adanya team work, keterbukaan, kepercayaan, dan adanya
komunikasi dua arah pada bawahan maka pengaruh motivasi terhadap kinerja semakin tinggi dengan tingkat kesalahan SPSS 5.
Untuk mengetahui terjadinya pengaruh moderasi maka dari hasil olah Standardized Coefficients diketahui bahwa koefisien pengaruh
motivasi terhadap kinerja karyawan adalah 1,733 dan koefisien moderasi pengaruh motivasi terhadap kinerja adalah 3,730.
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, moderasi regresi yang terbentuk adalah:
Hasil Regresi II: Y
= 5,321+0,046X+0,077Z+0,002XZ Persamaan regresi tersebut menjelaskan bahwa nilai konstanta
adalah sebesar 5,321. Hal ini berarti jika tidak ada variabel lain yang mempengaruhi maka skor kinerja sebesar 5,321. Nilai koefisien motivasi
sebesar 0,046 hal ini berarti bahwa jika variabel motivasi naik satu-satuan maka skor kinerja akan turun sebesar 0,046 atau sebaliknya. Koefisien
gaya kepemimpinan sebesar 0,077 yang berarti bahwa jika variabel gaya kepemimpinan naik satu-satuan maka nilai skor variabel kinerja naik
sebesar 0,077. Koefisien interaksi antara motivasi dan gaya kepemimpinan sebesar 0,002 berarti bahwa jika interaksi antara motivasi dan gaya
kepemimpinan naik satu-satuan maka kinerja akan naik sebesar 0,002 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,030 0,05. Dengan kata lain gaya
kepemimpinan memperkuat pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan.
E. Pembahasan
Berdasarkan Persamaan regresi I menjelaskan bahwa motivasi mempengaruhi kinerja karyawan. Koefisien regresi motivasi sebesar 0,022
menyatakan bahwa setiap pertambahan skor motivasi naik sebesar satu satuan akan menambah skor kinerja sebesar 0,022, sedangkan persamaan regresi II
menjelaskan bahwa motivasi mempengaruhi kinerja karyawan. Koefisien regresi motivasi sebesar 0,046 menyatakan bahwa setiap pertambahan skor
motivasi naik sebesar satu satuan akan menambah skor kinerja sebesar 0,046.
Analisis ini dapat dikatakan moderasi karena nilai koefisien regresi kinerjanya lebih besar dari analisis sebelum dimoderasi. Hal ini disimpulkan bahwa
semakin gaya kepemimpinan berorientasi ke pencapaian kinerja yang tinggi sekaligus perhatian ke bawahan semakin baik maka pengaruh motivasi semakin
kuat. Teori yang mendukung hasil penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Likert 1967 yaitu Sistem eksploitif, paternalistik, konsultatif, dan
parsitipatif dari keempat sistem gaya kepemimpinan, sistem partisipatif adalah sistem yang paling ideal, tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan.
Tujuan-tujuan organisasi ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila pemimpin secara formal yang membuat keputusan, mereka
melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, pemimpin tidak hanya mempergunakan
penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting. Pemimpin mempunyai
kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan sehingga dapat bekerja secara kelompok. Sedangkan
gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan meliputi fungsi-fungsi manajerial seperti keterlibatan dalam fungsi perencanaan, pengarahan dan
pengawasan dalam bekerja. Dengan adanya gaya kepemimpinan yang partisipatif meliputi team work, adanya keterbukaan dan kepercayaan pada
bawahan dan komunikasi dua arah, hal ini dapat menciptakan motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kinerja karyawan.