Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2001 dalam PSA No. 30 apabila auditor merasa terdapat keraguan mengenai going concern suatu
perusahaan maka auditor harus melakukan beberapa hal sebagai berikut: a.
Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu tertentu, maka auditor harus: 1
Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak dan kondisi yang
menyebabkan suatu usaha tersebut tidak dapat bertahan lama.
2 Menganalisis apakah ada kemungkinan bahwa rencana
tersebut secara efektif dilaksanakan oleh manajemen. b.
Jika manajemen tidak memiliki rencana yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak kondisi atau suatu peristiwa yang
menyebabkan suatu
usaha tersebut
dinilai tidak
dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya,
auditor harus
mempertimbangkan untuk
memberikan pernyataan
tidak memberikan pendapat disclaimer.
c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya
yang harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan berdasarkan pertimbangannya efektivitas rencana tersebut.
d. Jika auditor berkesimpulan rencana manajemen tersebut tidak
efektif, auditor harus menyatakan tidak memberikan pendapat disclaimer.
e. Jika auditor mendapatkan kesimpulan bahwa rencana tersebut akan
berjalan secara efektif dan klien mengungkapkan keadaan tersebut di dalam catatan laporan keuangan, auditor dapat menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion. f.
Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut akan dapat berjalan secara efektif namun klien tidak mengungkapkan keadaan
tersebut di dalam catatan laporan keuangan, auditor dapat memberikan pendapat tidak wajar adverse opinion.
4. Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern adalah opini audit yang dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya SPAP, 2011.
Jika auditor berkesimpulan bahwa terdapat keraguan besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya,
auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan, tanpa memperhatikan pengungkapan dalam laporan keuangan
Mulyadi, 2002. Dalam hal ini auditor memberikan opini audit going
concern .
SA Seksi 341, PSA No. 30 SPAP, 2011 memberikan contoh paragraf penjelasan mengenai kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya yang dicantumkan pada laporan auditor jika auditor memberikan opini audit going concern kepada auditee,
seperti berikut ini:
“Laporan keuangan terlampir telah disusun dengan anggapan Perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Seperti
yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, Perusahaan telah mengalami kerugian yang berulangkali dari usahanya dan
mengakibatkan saldo ekuitas negatif serta pada tanggal 31 Desember 20X2, jumlah liabilitas lancar Perusahaan melebihi jumlah aset sebesar
Rp YYY. Rencana manajemen untuk mengatasi masalah ini juga telah diungkapkan dalam Catatan X. Laporan keuangan terlampir tidak
mencakup penyesuaian yang berasal dari masalah tersebut.”
5. Likuiditas dan Opini Audit Going Concern
Likuiditas dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek Sartono,
2010. Likuiditas dapat ditentukan dengan menggunakan rasio lancar current ratio
, rasio cepat quick ratio, rasio kas cash ratio dan cash flow liquidity ratio.
Rasio lancar merupakan salah satu rasio keuangan yang paling banyak digunakan oleh para praktisi audit Purba, 2006 dalam
Setyowati, 2009. Semakin tinggi rasio likuiditas, semakin tinggi pula kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya Gallagher, 2007 dalam Andhita, 2015. Kemampuan perusahaan yang rendah dalam
melaksanakan kewajibannya akan menyebabkan auditor ragu akan
kelangsungan hidup perusahaan, sehingga opini audit going concern lebih mudah didapat Januarti dan Fitrianasari, 2008.
Sutedja 2010 mengatakan bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern dikarenakan perusahaan
yang memiliki rasio likuiditas yang rendah akan semakin dipantau kemampuan pihak manajemennya dalam melanjutkan usaha oleh
debtholder dan regulator karena perusahaan tersebut memiliki tingkat
risiko yang tinggi. Dengan adanya monitoring tersebut maka perusahaan akan berusaha menyelesaikan kesulitan keuangannya.
6. Ukuran Perusahaan dan Opini Audit Going Concern