berpengalaman untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya.
5. Revisi Desain
Desain produk nantinya akan divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya.
Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Kelemahan tersebut yang bertugas memperbaiki
desain adalah peneliti yang mau menghasilkan produk tersebut.
6. Uji Coba Produk
Uji coba produk tahap awal dilakukan dengan simulasi menggunaan sistem kerja tersebut. Selanjutnya diujicobakan pada
kelompok yang terbatas. Uji coba bertujuan untuk mendapatkan informasi apakah sistem kerja yang baru lebih efektif dan efisien dibandingkan
sistem lama atau yang lain. Uji coba ini nantinya dilakukan di lapangan pada subjek penelitian.
7. Revisi Produk
Setelah melakukan uji coba, maka desain produk yang peneliti buat akan nampak kelemahannya saat digunakan. Kelemahan itu akan segera
diperbaiki agar dapat diproduksi masal, atau digunakan pada sistem kerja yang lebih luas.
8. Uji Coba Pemakaian
Setelah dilakukan revisi terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi produk yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk
yang berupa sistem kerja baru atau uji coba produk tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkungan yang lebih luas.
9. Revisi Produk
Revisi produk ini dilakukan, apabila dalam pemakaian kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelemahan saat digunakan di lapangan.
Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada, maka digunakannya revisi produk saat penyempurnaan dan pembuatan produk baru lagi.
10. Produksi Masal
Hasil dari revisi terakhir adalah tahapan di mana produk yang telah jadi dan sempurna. Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk
yang telah diuji coba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal.
B.
Setting
Penelitian
Setting
penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian ini meliputi tempat, waktu, subjek, dan objek.
1. Tempat Penelitian