Dari latar belakang diatas maka peneliti melihat bahwa lirik lagu “Tokek Racun” menarik untuk diteliti. Penelitian tentang sistem tanda, salah satunya si
pencipta lagu memberikan makna melalui lagu tersebut, dan seperti apa ia merefleksikan fenomena ke dalam tanda komunikasi berupa lirik lagu. Untuk
menganalisis sistem tanda komunikasi berupa lirik lagu tersebut, maka peneliti menggunakan analisis dengan metode semiologi dari Roland Barthes, sehingga
penelitian ini berupaya lebih menitikberatkan pada representasi posfeminisme dalam lirik lagu “Tokek Racun”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana
representasi posfeminisme dalam lirik lagu “Tokek Racun” yang dibawakan oleh Mr X-Katok?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui representasi posfeminisme dalam lirik lagu “Tokek Racun” yang
dibawakan oleh Mr X-Katrok.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah literatur penelitian kualitatif ilmu komunikasi khususnya pada kajian
analisis tanda komunikasi berupa lirik lagu dengan menggunakan metode semiotik.
1.4.2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami makna tanda yang ada dalam lirik lagu tersebut. Dan
diharapkan akan dapat menyamakan persepsi terhadap pesan yang disampaikan oleh si pencipta dengan khalayak luas pendengar lirik lagu
tersebut, serta dapat membuat para pencipta lagu agar memperhatikan muatan dalam lirik lagu yang mereka buat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Representasi
Representasi adalah konsep yang mempunyai beberapa pengertian. Representasi adalah proses sosial dari “representing”. Representasi menunjuk
baik pada proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-konsep yang abstrak dalam bentuk-bentuk
yang kongkret, jadi pandangan-pandangan hidup kita tentang perempuan, anak- anak, atau laki-laki, misalnya akan dengan mudah terlihat dari cara kita memberi
hadiah ulang tahun kepada teman kita yang laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Begitu juga dengan pandangan-pandangan hidup kita terhadap cinta, perang, dan
lain-lain akan tampak dari hal-hal yang praktis juga. Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang
tersedia, misalnya dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa.
Bahasa adalah medium yang menjadi perantara kita dalam memaknai sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Bahasa mampu melakukan semua
ini karena bahasa beroperasi sebagai sistem representasi. Lewat bahasa kita mengungkapkan pikiran, konsep, dan ide-ide kita tentang sesuatu. Makna sesuatu
hal sangat tergantung dari cara kita mempresentasikannya. Dengan mengamati
11
kata-kata yang kita gunakan dalam mempresentasikan sesuatu bisa terlihat jelas nilai-nilai yang kita berikan pada sesuatu tersebut.
Bagaimana representasi menghubungkan makna dan bahasa dalam kebudayaan? Menurut Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama,
representasi mental, yaitu konsep tentang “sesuatu” yang ada di kepala kita masing-masing peta konseptual. Representasi mental ini masih berbentuk
sesuatu yang abstrak. Kedua “bahasa” berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam
bahasa yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu.
Representasi merupakan salah satu proses dalam sirkuit budaya circuit of culture. Melalui representasi disampaikan melalui tanda-tanda sign. Tanda-
tanda tersebut seperti bunyi, kata-kata, tulisan, ekspresi, sikap, pakaian dan sebagainya merupakan bagian dari dunia material kita Hall,1997. Tanda-tanda
merupakan media yang membawa makna-makna tertentu dan mempresentasikan “meaning” tertentu yang ingin disampaikan kepada dan oleh kita. Melalui tanda-
tanda tersebut, kita dapat mempresentasikan pikiran, perasaan dan tindakan- tindakan kita. Pembacaan terhadap tanda-tanda tersebut tentu saja dapat dipahami
dalam konteks sosial tertentu
2.1.2. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal membahas mengenai pesan verbal. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir
semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha – usaha yang dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal.
Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol, yang digunakan dan dipahami oleh
suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud dari setiap individu. Bahasa verbal menggunakan kata –
kata yang menginterpretasikan berbagai aspek realitas individual.
2.1.3. Musik
Musik dapat dikatakan sebagai bahasa dunia, dapat juga diartikan sebagai media dalam mengekspresikan diri masyarakat, selain itu musik juga mampu
menyatakan dan menyentuh banyak kalangan masyarakat, baik itu kalangan bawah maupun kalangan atas.
Musik senantiasa hadir dimanapun dan kapanpun manusia berada. Hal ini dikarenakan musik dapat disampaikan dengan melalui berbagai macam media
komunikasi elektronik, diantaranya melalui radio, tape recorder, compact disk, internet ataupun melalui sarana yang lain seperti konser musik, pesta, film, dan
sebagainya.
Keberadaan musik memegang peranan yang sangat banyak di berbagai bidang. Seperti jika dilihat dari sisi psikologisnya, musik kerap menjadi sarana
pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan berkreasi. Dari sisi sosial, musik dapat disebut sebagai cermin tatanan sosial yang ada didalam
masyarakat saat musik tersebut diciptakan. Dari segi ekonomi, kini musik telah berkembang pesat menjadi suatu komoditi yang sangat menguntungkan.
Sistem tanda musik adalah oditif, namun untuk mencapai pendengarnya, penggubah musik mempersembahkan kreasinya dengan perantara tertulis. Bagi
semiotikus musik, adanya tanda – tanda perantara, yakni musik yang dicatat dalam portitur orkestra. Hal ini sangat memudahkan dalam menganalisis karya
musik sebagai teks. Itulah sebabnya mengapa penelitian musik terarah pada sintaksis.
Meski demikian, semiotik tidak dapat hidup hanya dengan sintaksis, tidak ada semiotika tanpa semantik. Jadi, juga tidak ada semiotika musik tanpa
semantik musik. Semantik musik, bisa dikatakan harus senantiasa membuktikan hak kehadirannya. Van Zoest, 1993 :120 – 121
2.1.4. Lirik Lagu
Unsur penting dalam sebuah musik adalah lirik lagu yang dinyanyikan, karena lirik sebagaimana bahasa dapat menjadi sarana atau media untuk
mencerminkan realitas sosial yang beredar di masyarakat. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh
karena itu, ketika sebuah lirik lagu mulai diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak, lirik tersebut mempunyai tanggung jawab yang besar atas
tersebarluasnya sebuah keyakinan, nilai – nilai, bahkan prasangka tertentu. Setianingsih, 2003: 7 – 8
Musik berkitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia berada. Musik merupakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya interaksi
sosial, dimana dalam interaksi tersebut manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lirik sangat berperan, sehingga dengan
demikian musik tidak hanya bunyi suara belaka, karena juga menyangkut perilaku manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah bahasa atau lirik
sebagai penunjangnya.
Penelitian tentang lirik lagu merupakan penelitian tentang makna isi pesan dari lirik lagu tersebut. Dimana lirik merupakan suatu produk yang salah satu
sumbernya adalah dalam situasi sosial masyarakat, dan si pencipta lagu berada di dalamnya, kemudian merefleksikannya dalam sistem tanda berupa lirik lagu.
Maka dapat dikatakan bahwa lirik lagu Tokek Racun merupakan proses komunikasi yang memiliki seni karena pesan yang yang terkandung dalam simbol
lirik lagu tersebut yang sengaja digunakan oleh komunikator dengan bahasanya tentang perilaku seks bebas. Namun, dalam hal ini bahasa verbal yang berupa kata
– kata yang tertuang dalam teks lirik lagu.
2.1.5. Lirik Lagu Dalam Kajian Semiotik
Dalam ilmu komunikasi, pendekatan yang menjelaskan tentang penggunaan lambang – lambang dalam pesan komunikasi adalah pendekatan
semiotik, yaitu ilmu yang mempelajari sistem tanda. Pendekatan semiotik, pada perkembangannya digunakan untuk penelitian sistem tanda dalam berbagai bidang
studi kegiatan manusia seperti musik, periklanan, arsitektur, dan retorika dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan ini.
Lirik lagu merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan yang bisa ditulis untuk didokumentasikan. Makna yang terkandung bisa eksplisit atau implisit
tergantung dari tujuan pola pikir penciptanya. Ia dapat merupakan bentuk respon dari kejadian – kejadian yang ada, sehingga dalam lirik lagu dapat berisi ungkapan
– ungkapan baik pujian maupun kritik sosial.
Untuk memahami sebuah lirik lagu, berarti harus memahami maknanya, baik yang eksplisit maupun yang implisit. Lirik lagu pada hakikatnya adalah suatu
karya seni yang menggunakan suatu bahasa sebagai medium dan juga suatu bentuk pengungkapan pendapat dari pencipta lirik lagu kedalam bentuk lambang –
lambang.
Penelitian tentang lirik lagu merupakan penelitian tentang makna isi pesan dari lirik lagu tersebut. Dimana lirik merupakan suatu produk yang salah satu
sumbernya adalah dalam situasi sosial masyarakat, dan si pencipta lagu berada di dalamnya, kemudian merefleksikannya dalam sistem tanda berupa lirik lagu.
Refleksi tersebut dapat berupa ekspresi pandangan, citra image dan perasaan si pencipta lagu sebagai bagian dari anggota masyarakat, bahkan lebih
jauh lagi ekspresi tersebut merefleksikan nilai – nilai, norma – norma atau ideologi yang ada dalam suatu masyarakat.
Proses penciptaan lagu oleh si pencipta dapat diilhami oleh berbagai masalah atau kejadian sekitar pencipta. Apalagi sebuah lirik lagu adalah produk
seni yang memerlukan penghayatan dalam membuat dan membawakannya. Ungkapan dalam lirik lagu akan menjadi nyata, dalam artian menjadi ungkapan
yang mewakili ungkapan masyarakat unum, ketika lirik lagu tersebut memuat permasalahan yang memang dianggap sebagai masalah oleh masyarakat.
2.1.6. Feminisme
Adanya perbedaan konstruksi sosial yang menjadikan perempuan selalu menjadi pihak yang dirugikan, melatarbelakangi perjuangan-perjuangan
perempuan untuk mendapatkan kedudukan setara dengan laki-laki. Perjuangan- perjuangan itu memunculkan apa yang disebut dengan feminisme. Dimana
feminisme memiliki pengertian sebagai gerakan yang mencita-citakan kehidupan setara antara perempuan dan laki-laki, yakni gerakan yang memperjuangkan
keadilan bagi perempuan
Feminisme sebagai gerakan yang bersumber dari asumsi bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta usaha untuk mengakhiri
penindasan dan eksploitasi tersebut. Meskipun terjadi perbedaan antarfeminis mengenai apa, mengapa, dan bagaimana penindasan dan eksploitasi tersebut
terjadi, namun mereka sepaham bahwa hakikat perjuangan feminis adalah demi
kesamaan, martabat, dan kebebasan mengontrol raga dan kehidupan baik di dalam maupun di luar rumah.
Feminisme bukanlah perjuangan emansipasi perempuan di hadapan kaum laki-laki saja, karena mereka juga sadar bahwa laki-laki juga mengalami
penderitaan yang diakibatkan oleh dominasi, eksploitasi serta represi dari sistem yang tidak adil. Gerakan feminis merupakan perjuangan dalam rangka
mentransformasikan sistem dan struktur yang tidak adil, menuju ke sistem yang adil bagi perempuan maupun laki-laki. Dengan kata lain, hakikat feminisme
adalah gerakan transformasi sosial dalam arti tidak selalu memperjuangkan soal perempuan. Dengan demikian strategi perjuangan jangka panjang gerakan
feminisme tidak sekedar upaya pemenuhan kebutuhan praktis kondisi kaum perempuan, atau hanya dalam rangka mengakhiri dominasi gender dan
manifestasinya seperti eksploitasi, marginalisasi, subordinasi, pelekatan stereotipe, kekerasan dan penjinakkan, melainkan perjuangan transformasi sosial
ke arah penciptaan struktur yang secara fundamental baru dan lebih baik. Fakih, 2008: 103-104
Menurut Fakih, diantara sekian banyak jenis gerakan feminisme dalam sepanjang sejarah perkembangannya yang ada di masyarakat di berbagai belahan
dunia, ada beberapa jenis gerakan yang menjadi arus utama mainstream dan mempunyai pengaruh yang cukup luas, sehingga banyak dijadikan sebagai tokoh
perempuan gerakan di berbagai tempat. Secara garis besar arus utama jenis gerakan feminisme tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori besar, yakni
paradigma fungsionalisme struktural, yakni Feminisme Liberal, dan kedua adalah
yang dipengaruhi oleh paradigma konflik, yakni Feminisme Radikal, Feminisme Marxis dan Feminisme Sosialis.
Untuk mendapat gambaran pemahaman gerakan feminisme sebagaimana dimaksud, berikut uraian singkat mengenai pandangan-pandangan dari berbagai
paham feminisme tersebut:
a. Feminisme Liberal
Gerakan Feminisme Liberal merupakan gerakan perjuangan proyek kesetaraan gender yang usianya paling tua. Gerakan ini diilhami oleh aliran
fungsionalisme struktural sebuah mazhab besar dalam ilmu sosial, yang dikembangkan oleh Robert Merton dan Talcott Parsons. Aliran ini muncul sebagai
kritik terhadap politik liberal yang ada pada umumnya menjunjung tinggi nilai otonomi, persamaan, nilai moral, serta kebebasan individu, namun pada saat yang
sama dianggap mendiskriminasi kaum perempuan.
Perspektif gerakan ini, memandang bahwa keterbelakangan kaum perempuan selain bersumber dari sikap irasional yang sumbernya karena
berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional, juga karena kaum perempuan tidak berpartisipasi dalam pembangunan, karenanya melibatkan kaum perempuan
dalam indusrialisasi dan program pemabangunan, dianggap sebagai jalan untuk meningkatkan status kaum perempuan. Fakih, 2008:84-88
b. Feminisme Radikal
Para penganut feminis radikal tidak melihat adanya perbedaan antara tujuan personal dan politik, unsur-unsur seksual dan biologis. Sehingga, dalam
memasukkan analisis tentang penyebab penindasan terhadap kaum perempuan oleh laki-laki, mereka menganggapnya berakar pada jenis kelamin laki-laki itu
sendiri beserta ideologi patriarkinya. Dengan demikian kaum laki-laki secara biologis maupun politis adalah bagian dari permasalahan. Aliran feminisme ini
menganggap bahwa penguasaan fisik perempuan oleh laki-laki, seperti hubungan seksual, adalah bentuk dasar penindasan terhadap kaum perempuan.
Bagi gerakan feminisme radikal, revolusi dan perlawanan atas penindasan perempuan bias dilakukan dalam bentuk yang sangat personal. Sumbangan
feminisme radikal terhadap gerakan perempuan sangat besar, terutama karena paham dan analisis mereka bahwa personal is political memberi peluang politik
bagi kaum perempuan. Golongan ini mengambil mengambil bentuk mode perjuangan ideologi maskulinitas, yakni persaingan untuk mengatasi kaum laki-
laki. Fakih, 2008: 89-90
c. Feminisme Marxis