Metode Pengolahan Data METODE PENELITIAN

a. Interview Dengan cara melakukan interview kepada sumber secara langsung sehingga didapatkan informasi yang valid. b. Observasi Pengamatan langsung ke obyek yang diteliti sehingga dapat diketahui jalannya proses dengan jelas yang bertujuan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. 2 Data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti dengan menggunakan pengumpulan data yang telah ada diperusahaan. Adapun data yang diperoleh berupa arsip-arsip yang dikumpulkan dan ada kaitannya dengan penelitian ini, antara lain : data proses produksi, jumlah kecacatan, dan data-data yang lainnya.

3.4. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan Six Sigma yang langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Penentuan Kapabilitas Proses

Menghitung Sigma Proses Saat Ini Dengan Perhitungan DPMO Yang Dikonversikan Dalam Sigma. Kapabilitas proses digunakan untuk mengetahui nilai DPMO Defects per Million Opportunities dengan menggunakan rumus: Rumus Defect Per Opportunities DPO : CTQ x diproduksi yang unit Banyaknya cacat unit Banyaknya DPO  Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Rumus Defect Per Million Opportunity DPMO : 000 . 000 . 1    CTQ diperiksa yang unit Banyaknya cacat Banyaknya DPMO Untuk mengetahui ukuran sigma proses, menggunakan perhitungan DPMO ini menggunakan data defect pada proses produksi unit Pemurnian dan unit Puteran, dengan demikian dapat diketahui saat ini kinerja proses produksi dengan menghitung nilai sigma. DPMO ini mengidentifikasikan berapa banyak kesalahan muncul terjadi jika sebuah aktifitas diulang sebanyak sejuta kali. Maka jika dalam perhitungan Six Sigma, menyatakan perhitungan DPMO sebanyak 3,4 maka dari produksi satu unit produk dalam prosesnya hanya memiliki 3,4 kali kesempatan untuk mengalami kegagalan dari suatu karakteristik CTQ Critiqal To Quality. CTQ itu sendiri menerangkan atribut – atribut yang penting diperhatikan selama proses berlangsung, karena berkaitan langsung dengan permintaan dan kepuasan konsumen. Pada kasus penilaian produksi berdasarkan atribut, CTQ adalah jenis kegagalan dari permintaan konsumen. Sedangkan nilai sigma, dihitung dengan mengkonversikan nilai sigma.

2. Menganalisa Penyebab Terjadinya Cacat Dengan Diagram Pareto

Diagram pareto digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi penyebab-penyebab penting dari adanya produk cacat melalui suatu bentuk diagram tiap cacat produksi yang disusun berdasarkan tingkat keutamaannya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3. Menganalisa Penyebab Terjadinya Cacat Dengan Fishbone Diagram

Dari diagram pareto yang telah dibuat, analisa terhadap faktor-faktor penyebab kegagalan yaitu: metode, fasilitas penunjang, dan pengukuran terhadap proses, tidak menutup kemungkinan fishbone diagram dikembangkan menjadi 7M+P antara lain: manpower, machine, methods, material, media, motivation, money and predictable cause. Diagram ini dibuat dengan jalan secara brainstorming, dimana brainstorming menjadi satu bagian yang paling berpengaruh dalam pengerjaan penelitian ini.

4. Menetapkan Rencana Perbaikan

Alat bantu yang digunakan dalam menentukan prioritas rencana perbaikan adalah Failure Mode and Effect Analysis FMEA. Pada FMEA dilakukan penetapan suatu rencana perbaikan defect dan pengidentifikasian prioritas rencana perbaikan yang akan dilakukan dalam upaya mencegah atau mengatasi terjadinya kecacatan. Setiap mode kegagalan mempunyai 1 nilai RPN Risk Priority Number. Angka RPN merupakan hasil perkalian antara ranking severity, occurence dan detection. Perangkingan ini menggunakan 1 – 10, skor diberikan pada masing masing masalah potensial. Masalah yang lebih serius dan lebih sering terjadi mendapat nilai yang lebih tinggi demikian juga untuk masalah yang sulit dideteksi. Kemudian RPN tersebut disusun dari yang terbesar sampai yang terkecil, sehingga dapat diketahui mode kegagalan mana yang paling kritis untuk segera dilakukan tindakan korektif. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Perhitungan nilai RPN: Nilai RPN = S x O x Ds Keterangan : RPN : Risk Priority Number angka prioritas resiko kegagalan S : Severity Keseriusan akibat kesalahan terhadap local, lanjutan dan terhadap konsumen O : Occurence Frekuensi terjadinya kesalahan . D : Detection Alat control akibat potensial cause . Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.5. Flow Chart Pemecahan Masalah