menjamin tercapainya homogenitas yang ideal sebab proses pencampuran dan pemisahan akan saling bersaing untuk mendominasi Voigt, 1995.
Suhu pencampuran dan lama pencampuran dapat mempengaruhi
besarnya energi yang diberikan dalam sistem sehingga memungkinkan pergerakan droplet-droplet dan dapat mengakibatkan koalesensi peristiwa penggabungan
droplet-droplet minyak sebagai fase terdispersi menjadi lebih besar. Hal ini menunjukkan adanya ketidakstabilan dalam sistem emulsi Lestari, 2012.
Peristiwa koalesensi dapat mempengaruhi stabilitas fisik emulsi dan kualitas emulgel secara keseluruhan. Viskositas emulsi akan meningkat ketika ukuran
droplet semakin kecil Schramm, 2005. Menurut Garg 2002, peningkatan viskositas akan menurunkan daya sebar. Oleh karena itu, diperlukan suatu
penelitian untuk mengetahui pengaruh variasi proses pencampuran meliputi suhu pencampuran dan lama pencampuran terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik
sediaan emulgel minyak cengkeh yang dihasilkan.
C. Perumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh variasi proses pencampuran meliputi suhu pencampuran dan lama pencampuran terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak
cengkeh? 2. Bagaimana pengaruh variasi proses pencampuran meliputi suhu pencampuran
dan lama pencampuran terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh?
3. Manakah formula yang paling optimal dari semua formula yang dibuat?
B. Keaslian Penelitian
Penelitian terkait yang pernah dilakukan oleh Joseph dan Sujatha 2010 adalah penelitian komponen bioaktif dan aktivitas mikrobia ekstrak dan minyak
cengkeh Syzygium aromaticum L. pada beberapa patogen yang ditularkan melalui makanan. Hasil yang terkait adalah minyak cengkeh dapat digunakan
sebagai alternatif yang layak untuk antimikroba konvensional, dimana minyak cengkeh memberikan zona hambat terhadap Staphylococcus epidermidis sebesar
21 mm. Penelitian mengenai aktivitas antibakteri minyak cengkeh terhadap
Propionibacterium acnes dan mekanisme aksinya telah dilakukan oleh Fu dan rekan-rekannya 2009. Hasil yang relevan adalah bahwa mekanisme
bakteriostatik minyak cengkeh melibatkan kerusakan pada dinding sel dan membran bakteri. Pada waktu inkubasi penelitian yang lebih lama, protein
sitoplasma akan berdifusi dari sitoplasma. Singkatnya, minyak atsiri mampu menghambat sintesis protein.
Bhoyar, Giri, Tripathi, Alexander, dan Ajazuddin 2012 dalam review mengenai perkembangan terbaru dalam sistem penghantaran obat Novel melalui
gel menunjukkan bahwa dari contoh formulasi emulgel yang telah dilaporkan, yang termasuk dalam kategori antibakteri adalah emulgel yang mengandung obat
chlorphenesin yang memiliki rute administrasi topikal. Berdasarkan review ini maka belum ada emulgel minyak cengkeh topikal sebagai antibakteri yang
dilaporkan.
Menurut penelitian Kusuma 2010 tentang perbandingan daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh dengan emulgel antiacne minyak
cengkeh terhadap Staphylococcus epidermidis menunjukkan bahwa sediaan topikal emulgel antiacne minyak cengkeh konsentrasi 15 memberikan zona
hambat yang berbeda dengan basis tanpa minyak cengkeh terhadap bakteri S. epidermidis. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan emulgel antiacne minyak
cengkeh yang diformulasikan memiliki efek. Pengaruh Tween 80 dan Span 80 sebagai Emulsifying Agent terhadap
Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Emulgel Antiacne Minyak Cengkeh Oleum caryophylli : Aplikasi Desain Faktorial Suryarini, 2011. Dari penelitian ini
disimpulkan semua respon yang dihasilkan dari penelitian meliputi viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas masuk dalam range viskositas, daya sebar,
dan pergeseran viskositas yang ditentukan sehingga semua formula dalam penelitian ini optimum.
Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan penulis, penelitian tentang Perbedaan Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Emulgel Minyak
Cengkeh Oleum caryophylli sebagai Obat Jerawat dengan Variasi Suhu dan Lama Pencampuran belum pernah dilakukan.
D. Manfaat Penelitian