b. Memperbaiki komunikasi dengan cara memberikan fasilitas
informasi yang bermanfaat dan langsung bagi orang-orang terkait orang tua,
c. Mengajak semua orang yang mempunyai fungsi dan peran dalam
memperbaiki lingkungan belajar, d.
Memperluas layanan para ahli dalam memberikan layanan kepada orang lain yang membutuhkan bantuan,
e. Memperluas kedalaman layanan pendidikan bagi konselor kepada
orang tua, guru bidang studi, dan kepala sekolah, f.
Membantu orang lain orang tua bagaimana belajar menangani tingkah laku bermasalah pada anak, dan
g. Menggerakkan kelompok, organisasi, individu membantu dirinya
sendiri.
2. Model Layanan Konsultasi
Dilihat dari pengertian dan tujuan layanan konsultasi, maka layanan konsultasi mempunyai fungsi kemudahan bagi konsulti orang
tua dalam mana konsultan sebagai pelatih mengajarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan konsulti dalam memecahkan
masalah. Konsultan dipandang sebagai profesi dalam sistem persekolahan, mempunyai kewajiban untuk membantu anggota
kelompok, staf, dan bahkan individu untuk merencanakan dan memberikan treatment kepada konsulti yang bermasalah. Keahlian
konsultan dalam pertemuan adalah menyajikan masalah, merencanakan
dan melaksanakan. Shetzer dalam Widodo, 2007 mengemukakan bahwa pelaksanaan teknik konsultasi, dapat menggunakan model-model
konsultasi, antara lain: Model Caplanian. Pelopor teori ini adalah Gerald A.Caplan.
Dalam model ini, konsultan mengassesmen, mendiskusikan, dan memberikan saran tentang kasus tertentu. Model ini identik dengan
tugas seorang dokter dan menunjukkan adanya aktivitas pemberdayaan bagi konsultee. Proses dari model ini meliputi tahap-tahap sebagai
berikut: a.
Konsultan membuat Diagnosis. b.
Konsultan membuat rekomendasi dari hasil diagnosis. c.
Konsultan menyampaikan hasil rekomendasi kepada konsultee.
d. Konsultee melaksanakan rekomendasi.
e. Konsultan sekali-sekali bertemu klien dengan tujuan untuk
memeriksa apakah konsultee telah menjalankan rekomendasi yang telah diberikan.
3 .
MateriBahan-bahan Konsultasi dengan Orang Tua Materi-materi yang dapat digunakan untuk konsultasi dengan
orang tua berdasarkan hasil penelitian, Lestari, 2012. a.
Komunikasi Komunikasi orang tua dengan anak dapat mempengaruhi
fungsi keluarga secara keseluruhan dan kesejahteraan
psikososial dalam diri anak. Komunikasi yang baik antara orang tua berkorelasi dengan rendahnya keterlibatan anak. Orang tua
dan remaja juga dapat menjadikan komunikasi sebagai indikator rasa percaya dan kejujuran dengan mencermati nada emosi yang
terjadi dalam interaksi antar anggota keluarga. Menurut Fitzpatrick Lestari, 20012:61, bahwa ada dua
karakteristik yang menjadi fokus komunikasi dalam keluarga dalam relasi orang tua dengan anak. Pertama, komunikasi yang
mengontrol yakni tindakan komunikasi yang mempertegas otoritas orang tua dengan anak. Kedua, komunikasi yang
mendukung yang mencakup persetujuan, membesarkan hati, ekspresi afeksi, pemberi bantuan, dan kerja sama.
Komunikasi orang tua dengan anak sangat penting bagi orang tua dalam upaya melakukan kontrol, pemantauan, dan
dukungan pada anak. Tindakan orang tua untuk mengontrol, memantau, dan memberikan dukungan dapat dipersepsi positif
atau negatif oleh anak, diantaranya dipengaruhi oleh cara orang tua berkomunikasi.
b. Dukungan
Dukungan orang tua yang mencerminkan ketanggapan orang tua atas kebutuhan anak merupakan hal yang sangat
penting bagi anak. Dukungan orang tua sebagai interaksi yang dikembangkan oleh orang tua yang dicirikan oleh perawatan,
kehangatan, persetujuan, dan berbagai hal perasaan positif orang tua terhadap anak. Dukungan orang tua membuat anak merasa
nyaman terhadap kehadiran orang tua dan menegaskan dalam benak anak bahwa dirinya diterima dan diakui sebagai individu.
Dukungan pada anak dapat berupa dukungan emosi dan dukungan instumental. Dukungan emosi mengarah pada aspek
emosi dalam relasi orang tua dengan anak, mencakup perilaku- perilaku yang secara fisik atau verbal menunjukkan afeksi atau
dorongan dan komunikasi yang positifterbuka. Dukungan instrumental mencakup perilaku-perilaku yang tidak
menunjukkan afeksi secara terbuka, namun masih berkontribusi pada perasaan diterima dan disetujui yang dirasakan anak.
Bentuk dukungan instrumental orang tua misalnya, penyediaan sarana dan prasarana bagi pencapaian prestasi dan penguasaan
kompetensi.
c. Pendisiplinan
Pendisiplinan merupakan salah satu bentuk upaya orang tua untuk melakukan kontrol terhadap anak. Pendisiplinan biasanya
dilakukan orang tua agar anak dapat meguasai suatu komptensi, melakukan pengaturan diri, dapat menaati peraturan, dan
mengurangi perilaku-perilaku menyimpang atau berisiko. Keberhasilan pendisiplinan antara lain ditentukan oleh cara yang
digunakan. Pendisiplinan yang keras dipercayai justru dapat berdampak negatif pada perilaku anak.
Cara orang tua melakukan pendisiplinan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu unjuk kekerasan power asertion, teknik
induktif induction, dan penarikan kasih sayang love withdrawal. Unjuk kekuasaan dilakukan oleh orang tua dengan
menggunakan kekuatan, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya memberikan hukuman fisik. Orang tua menggunakan
wewenang, keunggulan fisik, dan pengelolaan sumber daya untuk melakukan kontrol pada anak. Penarikan kasih sayang
mencakup tindakan ketidaksetujuan atau celaan dengan cara menghilangkan dukungan emosi. Tindakan tersebut dapat
berupa ungkapan verbal, misalnya “Ibu malu punya anak seperti kamu”, atau nonverbal dengan mendiamkan atau tidak bertegur
sapa dengan anak. Teknik induktif merupakan cara pendisiplinan dengan cara mempengaruhi kekuatan dalam diri
anak, misalnya empati dan nurani, yang akan menumbuhkan internalisasi.
44
BAB III METODE PENELITIAN