Deskripsi persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar di rumah pada kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

(1)

ABSTRAK

DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN

DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh:

Dian Setianingsih Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta 2013

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) memperoleh gambaran tentang persepsi siswa terhadap pendampingan belajar di rumah yang dilakukan orang tua, (2) mengidentifikasi butir-butir pendampingan belajar di rumah yang belum optimal dilakukan orang tua.

Instrumen penelitian yang dipakai adalah Kuesioner Persepsi Siswa terhadap Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah dengan jumlah item 34. Subyek penelitian adalah para siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 sejumlah 137 siswa. Validitas instrumen diperiksa dengan pendekatan pertimbangan pakar dan dilanjutkan dengan analisis korelasi Pearson Product Moment guna pemeriksaan konsistensi internal item – total aspek dengan menggunakan program SPSS. Reliabilitas instrumen diperiksa dengan menggunakan pendekatan teknik belah dua gasal-genap (split-half). Hasil perhitungan reliabilitas 0,94, kemudian dikonsultasikan ke kriteria Guilford dan disimpulkan masuk dalam kategori sangat tinggi. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengkategorisasian persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar di rumah. Kategori disusun berdasarkan distribusi normal dengan model kategorisasi jenjang (ordinal) sangat optimal, optimal, cukup optimal, kurang optimal, dan tidak optimal.

Hasil penelitian adalah (1) pendampingan orang tua dalam belajar di rumah pada siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 bergradasi sebagai berikut: 17,52% siswa berpersepsi bahwa pendampingan orang tua dalam belajar di rumah sangat optimal, 52,55% siswa berpersepsi optimal, 27,74% siswa berpersepsi cukup optimal, 2,19% siswa berpersepsi kurang optimal dan tidak ada siswa yang berpersepsi tidak optimal sehingga disimpulkan bahwa pendampingan orang tua dalam belajar di rumah pada siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 masuk dalam kategori optimal. (2) ada 2,94% butir pendampingan orang tua dalam belajar yang tingkat pencapaiannya masih berada pada kategori rendah. Sebanyak 26,47% butir masuk dalam kategori sedang, 52,94% butir masuk dalam kategori tinggi, dan 17,65% butir masuk pada kategori sangat tinggi. Demikian butir yang masuk dalam kategori rendah dapat digunakan sebagai dasar penyusunan topik-topik layanan konsultasi.


(2)

viii ABSTRACT

DESCRIPTION OF STUDENTS’ PERCEPTION ON PARENTAL MENTORING IN LEARNING AT HOME OF THE SEVENTH GRADE

STUDENTS AT SMP TAMAN DEWASA JETIS YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR

By: Dian Setianingsih Sanata Dharma University,

Yogyakarta 2013

This study is a descriptive research. This research aims to (1)describe the students’ perception on parental mentoring in learning at home, (2)identifythe items of learning mentoring at home which are not optimal.

The reasearch instrument used is question are of students’ perception on parental mentoring in learning at home which consists of 34 items. The subject of this research is all seventh grade students at SMP Taman Dewasa Jetis

Yogyakarta in 2012/2013 academic year which consists of 137 students. The validity of the instrumentis measured by expert judgment approachandis continued with correlation analysis of Pearson product moment in order to examine the internal consistency of items –total aspects of using SPSS. The reliability of the instrumentis examined by using atechnique of two odd-even split (split-half). The calculation result of the reliability is 0.94, which is then consulted to Guilford criteria and is concluded in very high category. The technique of data analysis used is by categorizing students’ perception on parental mentoring in learning at home. The categoryis based on a normal distribution with the model of categorization level (ordinal), i.e.very optimal, optimal, average optimal, less optimal, and not optimal.

The results of the study show that: (1)The parental mentoring in learning at home of the seventh grade students at SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakartain 2012/2013 academic year is graded as follows: 17.52% students have perception that parental monitoring in learning at home is very optimal, 52.55% students have perception that parental monitoring in learning at home is optimal, 27.74% students have perception that parental monitoring in learning at home is average optimal, 2.19% students have perception that parental monitoring in learning at home is less optimal and no students have perception that parental monitoring in learning at home is not optimal. Thus, it can be concluded that parental mentoring in learning at home of the seventh grade students at SMP Taman Dewasa Jetis

Yogyakarta in 2012/2013 academic year is optimal. (2)There are 2.94% items of parental monitoring in learning which is still in the low category, 26.47% items belong to average category, 52.94% items belong to high category, and 17.65% items belong to very high category. Thus, the items that belong to the low category can then be used as the basis for designing the topics of consultation services.


(3)

DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN

DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

   

Disusun Oleh: Dian Setianingsih

NIM : 081114033

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013  


(4)

i

DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN

DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

   

Disusun Oleh: Dian Setianingsih

NIM : 081114033

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(5)

   

           


(6)

iii

   


(7)

MOTO

Hidup Manusia Penuh Perjuangan

(makna Q.S Al-Balad)

“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata

kepadanya “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.

(Q.S YASIN, Ayat 82)

PERSEMBAHAN

Supini S.Pd., ibunda tercinta

Agus, ayah ku tersayang

Nisa, Iqbal adik-adikku yang aku banggakan

Serda Eka Putra, yang aku kasihi

       


(8)

v

   

                     


(9)

   


(10)

vii ABSTRAK

DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN

DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh:

Dian Setianingsih Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta 2013

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) memperoleh gambaran tentang persepsi siswa terhadap pendampingan belajar di rumah yang dilakukan orang tua, (2) mengidentifikasi butir-butir pendampingan belajar di rumah yang belum optimal dilakukan orang tua.

Instrumen penelitian yang dipakai adalah Kuesioner Persepsi Siswa terhadap Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah dengan jumlah item 34. Subyek penelitian adalah para siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 sejumlah 137 siswa. Validitas instrumen diperiksa dengan pendekatan pertimbangan pakar dan dilanjutkan dengan analisis korelasi Pearson Product Moment guna pemeriksaan konsistensi internal item – total aspek dengan menggunakan program SPSS. Reliabilitas instrumen diperiksa dengan menggunakan pendekatan teknik belah dua gasal-genap (split-half). Hasil perhitungan reliabilitas 0,94, kemudian dikonsultasikan ke kriteria Guilford dan disimpulkan masuk dalam kategori sangat tinggi. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengkategorisasian persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar di rumah. Kategori disusun berdasarkan distribusi normal dengan model kategorisasi jenjang (ordinal) sangat optimal, optimal, cukup optimal, kurang optimal, dan tidak optimal.

Hasil penelitian adalah (1) pendampingan orang tua dalam belajar di rumah pada siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 bergradasi sebagai berikut: 17,52% siswa berpersepsi bahwa pendampingan orang tua dalam belajar di rumah sangat optimal, 52,55% siswa berpersepsi optimal, 27,74% siswa berpersepsi cukup optimal, 2,19% siswa berpersepsi kurang optimal dan tidak ada siswa yang berpersepsi tidak optimal sehingga disimpulkan bahwa pendampingan orang tua dalam belajar di rumah pada siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 masuk dalam kategori optimal. (2) ada 2,94% butir pendampingan orang tua dalam belajar yang tingkat pencapaiannya masih berada pada kategori rendah. Sebanyak 26,47% butir masuk dalam kategori sedang, 52,94% butir masuk dalam kategori tinggi, dan 17,65% butir masuk pada kategori sangat tinggi. Demikian butir yang masuk dalam kategori rendah dapat digunakan sebagai dasar penyusunan topik-topik layanan konsultasi.


(11)

ABSTRACT

DESCRIPTION OF STUDENTS’ PERCEPTION ON PARENTAL MENTORING IN LEARNING AT HOME OF THE SEVENTH GRADE

STUDENTS AT SMP TAMAN DEWASA JETIS YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR

By: Dian Setianingsih Sanata Dharma University,

Yogyakarta 2013

This study is a descriptive research. This research aims to (1)describe the students’ perception on parental mentoring in learning at home, (2)identifythe items of learning mentoring at home which are not optimal.

The reasearch instrument used is question are of students’ perception on parental mentoring in learning at home which consists of 34 items. The subject of this research is all seventh grade students at SMP Taman Dewasa Jetis

Yogyakarta in 2012/2013 academic year which consists of 137 students. The validity of the instrumentis measured by expert judgment approachandis continued with correlation analysis of Pearson product moment in order to examine the internal consistency of items –total aspects of using SPSS. The reliability of the instrumentis examined by using atechnique of two odd-even split (split-half). The calculation result of the reliability is 0.94, which is then consulted to Guilford criteria and is concluded in very high category. The technique of data analysis used is by categorizing students’ perception on parental mentoring in learning at home. The categoryis based on a normal distribution with the model of categorization level (ordinal), i.e.very optimal, optimal, average optimal, less optimal, and not optimal.

The results of the study show that: (1)The parental mentoring in learning at home of the seventh grade students at SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakartain 2012/2013 academic year is graded as follows: 17.52% students have perception that parental monitoring in learning at home is very optimal, 52.55% students have perception that parental monitoring in learning at home is optimal, 27.74% students have perception that parental monitoring in learning at home is average optimal, 2.19% students have perception that parental monitoring in learning at home is less optimal and no students have perception that parental monitoring in learning at home is not optimal. Thus, it can be concluded that parental mentoring in learning at home of the seventh grade students at SMP Taman Dewasa Jetis

Yogyakarta in 2012/2013 academic year is optimal. (2)There are 2.94% items of parental monitoring in learning which is still in the low category, 26.47% items belong to average category, 52.94% items belong to high category, and 17.65% items belong to very high category. Thus, the items that belong to the low category can then be used as the basis for designing the topics of consultation services.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul DESKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI RUMAH PADA KELAS VII SMP TAMAN DEWASA JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini selesai karena adanya bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku kaprodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan ketelitian membimbing penulis dari awal sampai selesainya skripsi.

2. A. Setyandari, S. Pd., S. Psi., Psi., M. A., selaku wakaprodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si., terimakasih untuk ilmu konselingnya. Dra. Retno Priyani, M. Si., terimakasih untuk ilmu perkembangannya, Dr. H. Dj. Sinurat, M. A., terimakasih untuk ilmu logika dan komunikasinya, Ag. Kristina Indah M., S.Pd., M. A. terimakasih untuk ilmu konseling kelompoknya, dan Mas Moko terimakasih untuk bantuan membuatkan surat-surat yang penulis perlukan.

4. Kristiyani S. Pd., selaku kepala sekolah SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta.

5. Musi Giri Astuti S.Pd., selaku koordinator BK SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta, Dra. Rina Dwi dan Sumartini S.Pd., selaku staf BK SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta.


(13)

   


(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... . v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGANAKADEMIK... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Manfaat Teoritis ... 4

2. Manfaat Praktis ... 4

E. Definisi Operasional ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Belajar ... . 7

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 8

a. Faktor-faktor Intern ... 9

b. Faktor-faktor Ekstern ... 12


(15)

a. Motivasi ... 17

4. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP ... 21

B. Pendampingan Orang Tua dan Peranan Orang Tua ... 23

1. Pendampingan Orang Tua ... 23

a. Hal-hal yang Sebaiknya Dihindari Orang Tua dalam Mendampingi Anak Belajar ... 26

b. Hal-hal yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua dalam Mendampingi Anak Belajar ... 29

2. Peranan Orang Tua dalam Pendampingan Belajar Anak ... 32

C. Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar ... 34

1. Tujuan Bimbingan Belajar ... 35

2. Materi Umum Layanan Pembelajaran dalam Bimbingan Belajar ... 35

a. Peningkatan Motivasi Belajar ... 36

b. Peningkatan Keterampilan Belajar ... 36

c. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik ... 37

D. Layanan Konsultasi Orang Tua ... 38

1. Tujuan Layanan Konsultasi ... 38

2. Model Layanan Konsultasi ... 39

3. Materi/Bahan-bahan Konsultasi dengan Orang Tua... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44

B. Subjek Penelitian ... 45

C. Instrumen Penelitian ... 45

1. Kuesioner ... 45

2. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 47

a. Validitas ... 47

b. Reliabilitas Kuesioner ... 49

3. Pengembangan Instrumen ... 50

D. Prosedur Penelitian dan Analisis Data ... 54

1. Persiapan dan Pelaksanaan ... 54


(16)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian ... 58

1. Deskripsi Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah ... 58

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

C.Usulan Topik-topik Layanan Konsultasi ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 68

B.Saran ... 68

1. Orang Tua ... 68

2. Guru Pembimbing ... 69


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Subjek Penelitian Setiap Kelas ... 45 Tabel 2 : Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Pendampingan Orang

Tua dalam Belajar di Rumah ... 47 Tabel 3 : Kriteria Guilford ... 50 Tabel 4 : Hasil Revisi Kuesioner Berdasarkan Telaah Ahli (Expert Judgement)..52 Tabel 5 : Kategori Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah... 56 Tabel 6 : Capaian Butir Kuesioner Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di

Rumah ... 57 Tabel 7 : Distribusi Skor Persepsi Siswa Terhadap Pendampingan Orang Tua

dalam Belajar di Rumah ... 59 Tabel 8 : Distribusi Skor Butir Kuesioner Pendampingan Orang Tua dalam

Belajar di Rumah ... 61 Tabel 9 : Butir Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah (Kategori

Rendah) ... 61 Tabel 10 : Usulan Topik-topik Layanan Konsultasi Berdasarkan Butir

Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah


(18)

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Profil Capaian Skor Persepsi Siswa Terhadap Pendampingan

Orang Tua dalam Belajar di Rumah... 60 Grafik 2 : Profil Capaian Skor Tiap Item Pendampingan Orang Tua dalam


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Persepsi Siswa Pendampingan Orang Tua dalam Belajar

di Rumah... 70

Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas Butir Instrumen... 73

Lampiran 3 : Hasil Uji Reliabilitas... 77

Lampiran 4 : Tabulasi Data Penelitian... 78

Lampiran 5 : Usulan Topik-topil Layanan Konsultasi... 79

Lampiran 6 : Surat Ijin Uji Coba Alat Penelitian... 85

Lampiran 7 : Surat Ijin Penelitian... 86


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Orang tua pada zaman modern ini banyak yang memilih untuk bekerja, sehingga waktunya berkurang dalam mengurusi anak di rumah yang memerlukan pendampingan untuk belajar. Namun kebanyakan orang tua lebih memilih sibuk dengan pekerjaan untuk mencari uang sehingga terkadang mengabaikan kewajibannya sebagai orang tua untuk mendampingi anaknya belajar. Pendampingan anak dibutuhkan untuk membangun motivasi belajar anak, memperhatikan kesulitan anak dalam belajar, dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan belajar anak, semua ini adalah tantangan yang harus dilakukan para orang tua. Bagi anak, pendampingan orang tua adalah pemicu motivasi terbesar yang tidak dapat digantikan oleh apa pun. Orang tua harus dapat meluangkan waktunya sejenak untuk mendampingi anaknya ketika belajar di rumah, mendampingi anaknya mempersiapkan keperluan sekolah dan lain-lain. Dengan begitu anak bisa termotivasi untuk belajar lebih baik.

Menurut Almas Akbar (2011) keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama untuk menyalurkan pengetahuan. Peranan keluarga, terutama kedua orang tua sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kedua orang tua adalah sosok yang senantiasa mendampingi dalam proses


(21)

perkembangan anak. Orang tua diharapkan mampu membimbing anak dan mengerti keadaan jiwanya, mengetahui apa yang sedang dirasakannya, apa yang diinginkannya sehingga sang anak mampu tumbuh dan berkembang secara optimal. Pengawasan dan bimbingan orang tua di rumah mutlak diperlukan karena dengan adanya pengawasan dan bimbingan, orang tua dapat mengawasi dan dapat mengetahui segala kekurangan dan kesulitan anak dalam belajarnya. Orang tua berperan besar dalam mendidik, memberikan bimbingan, dan menyediakan sarana belajar serta memberi teladan pada anak sesuai dengan nilai moral yang berlaku.  

Penulis prihatin terhadap adanya gejala semakin banyak siswa yang malas belajar karena kurangnya motivasi dalam belajar di rumah. Situasi ini tidak terlepas dari pengaruh zaman yang semakin maju, yang menawarkan banyak hiburan atau kegiatan lain di luar belajar sehingga kebanyakan siswa kurang memprioritaskan kegiatan belajar di rumah. Kegiatan belajar memang dapat dilakukan di luar sekolah maupun di dalam sekolah. Untuk sukses belajar di kedua tempat itu, siswa membutuhkan pendampingan orang tua dan guru agar dapat menumbuhkan motivasi belajar. Sumber motivasi belajar dapat berasal dari dalam diri siswa sendiri, akan tetapi dapat juga berasal dari luar dirinya terutama berupa pendampingan dari orang tua. Pendampingan orang tua yang dapat membangun motivasi siswa dalam belajar, misalnya: menemani siswa pada saat belajar di rumah, membelikan buku yang mendukung untuk belajar, membantu siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar, dan lain-lain.


(22)

 

Pendampingan dari orang tua dalam belajar berperan sangat besar dalam proses belajar anak untuk mendapat hasil belajar yang maksimal.

Berdasarkan pengalaman penulis pada saat melakukan PPL, ketika sedang melakukan konseling, ada beberapa siswa yang memiliki masalah belajar di rumah. Masalah itu timbul akibat tidak adanya pendampingan dari orang tua pada saat belajar. Pada saat proses konseling, siswa mengungkapkan bahwa saat belajar ia tidak pernah ditemani oleh kedua orang tua karena orang tuanya sibuk bekerja. Orang tua hanya memberikan fasilitas yang mendukung belajar siswa, misalnya: komputer dan buku-buku yang dibutuhkan. Namun untuk siswa, itu tidak cukup, siswa membutuhkan pendampingan dari orang tua dalam belajar di rumah karena ketika mengalami kesulitan, siswa bisa bertanya kepada orang yang mendampingi. Lain halnya jika siswa belajar tidak didampingi oleh orang tua, siswa dapat mengalami kesulitan ketika ada pelajaran yang belum dipahami.

Dari pengalaman tersebut penulis terinspirasi untuk meneliti “Deskripsi Persepsi Siswa tehadap Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah pada Kelas VII SMP Taman Dewasa Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013”.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Seberapa optimalkah pendampingan orang tua dalam belajar di rumah


(23)

2. Berdasarkan hasil analisis butir instrumen persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar di rumah, topik-topik apakah yang implikaktif diusulkan dalam penyusunan bahan pelatihan atau bahan konsultasi dalam layanan konsultasi orang tua pada siswa kelas VII SMP Taman Dewasa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh gambaran tentang persepsi siswa terhadap pendampingan belajar di rumah yang dilakukan orang tua.

2. Mengidentifikasi butir-butir pendampingan belajar di rumah yang belum optimal dilakukan orang tua.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat disumbangkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan sumbangan bagi peningkatan wawasan tentang persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar siswa di rumah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling


(24)

 

implikatif dalam rangka memberikan layanan konsultasi kepada orang tua siswa untuk melakukan pendampingan belajar di rumah. b. Orang Tua

Orang tua semakin mengetahui poin-poin pendampingan dalam belajar siswa di rumah yang masih perlu ditingkatkan. c. Peneliti

Melalui pengalaman langsung dalam meneliti, peneliti dapat mengetahui permasalahan nyata kurangnya pendampingan orang tua dalam belajar di rumah .

d. Peneliti lain

Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadikan inspirasi untuk melakukan penelitian-penelitian yang semakin luas mengenai pendampingan orang tua dalam belajar di rumah.

E. Definisi Operasional Variabel 1. Persepsi

Persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi).


(25)

2. Pendampingan orang tua

Pendampingan orang tua yang dimaksud adalah peran orang tua dalam memberikan bantuan, misalnya: menemani anak belajar, membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan lain-lain.

3. Belajar di rumah

Serangkaian proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya melalui praktek dan latihan.

Persepi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar di rumah, yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penilaian, kesan, pendapat siswa tentang peran orang tua dalam memberikan bantuan kepada anak agar semakin maksimal dengan cara melakukan pendampingan anak dalam belajar di rumah. Ada pun beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam membantu belajar anak yaitu: menyediakan fasilitas belajar, mengawasi kegiatan dan penggunaan waktu belajar di rumah, mengawasi kesulitan-kesulitan anak dalam belajar di rumah, dan menolong anak dalam mengatasi kesulitan belajar di rumah, sebagaimana aspek-aspek dan indikatornya dioperasionalkan dalam konstruk kuesioner penelitian ini.


(26)

7 BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab ini dipaparkan kajian teoritis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Topik-topik dalam bab ini adalah, persepsi, belajar, pendampingan orang tua dan peranan orang tua, layanan bimbingan dan konseling, layanan konsultasi.

A. Persepsi

Menurut Matlin dan Solso (Suharnan 2005:2), persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan di dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung. Secara singkat dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia.

Hasil persepsi seseorang mengenai sesuatu objek di samping dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri, juga pengetahuan seseorang mengenai objek itu. Dengan demikian, suatu objek dapat dipersepsika berbeda oleh dua orang, (Suharnan:2005). Persepsi adalah kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan, dan sebagainya itu yang selanjutnya diinterpretasikan, (Sarwono, 2009 : 86).


(27)

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. namun, proses itu tidak terhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi. Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera, yaitu melalui mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecapan, kulit pada telapak tangan sebagai alat perabaan; yang kesemuanya merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu, (Walgito, 2010 : 99-100).

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu.

B. Hakikat Belajar 1. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (Djamarah 2008:13), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan


(28)

 

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Djamarah (2008:13), belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Kingsley (Ahmadi dan Supriyono 2008:127), belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Menurut Syah (2009:63), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Jadi dapat disimpulkan belajar adalah serangkaian proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya melalui praktek dan latihan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik meliputi dua faktor, yakni sebagai berikut:

a. Faktor-faktor Intern 1) Faktor Jasmaniah

a) Faktor kesehatan

Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika


(29)

kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik, ia haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, tidur, makan, rekreasi dan olah raga.

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu keadaan fisik yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya fungsi bagian tertentu dari tubuh. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat tubuh, belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya.

2) Faktor Psikologis a) Intelegensi

Intelegensi memiliki pengaruh yang besar terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu siswa yang mempuyai tingkat


(30)

 

intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.

b) Perhatian

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap pelajaran yang dipelajarinya, jika pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

c) Minat

Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat dapat menambah kegiatan belajar.

d) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan atau kesiapan untuk


(31)

melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan sudah memiliki kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. b. Faktor-faktor Ekstern

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga.

a) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pernyataan di atas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap cara belajarnya.

Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, tampak dari mereka acuh tak acuh terhadap belajar anak, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajarnya.


(32)

  b) Relasi anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu, relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Sebetulnya pengaruh antaranggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Relasi orang tua dan anak yang kurang baik akan menyebabkan perkembangan anak terhambat, belajarnya terganggu, dan bahkan akan menimbulkan masalah-masalah psikologis lainnya.

Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh kasih sayang, disertai dengan pendampingan orang tua dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak.

c) Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok,


(33)

pertengkaran antar anggota keluarga menyebabkan anak bosan di rumah, suka keluar rumah (ngluyur), akibatnya belajarnya kacau.

d) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar, selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal: makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerang, alat tulis menulis, buku-buku, dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga memiliki cukup uang.

e) Pengertian orang tua

Anak yang belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar, jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.

f) Latar belakang kebudayaan

Tigkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.


(34)

  2) Faktor Sekolah

a) Metode mengajar

Metode mengajar yang dipergunakan guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas belajar.

b) Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.

c) Waktu sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore/malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari, maka kemampuan menyerap pelajaran kurang


(35)

optimal karena siswa seharusnya beristirahat pada sore hari tetapi terpaksa masuk sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk, dan sebagainya. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dan kondisi dalam keadaan baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah, misalnya pada siang hari, ia akan mengalami kesulitan di dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena sukar berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi badan yang lelah. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.

3) Faktor Masyarakat

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktuya. b) Teman bergaul

Teman bergaul yang tidak baik, misalnya yang suka begadang, keluyuran, pecandu rokok, film, minum-minuman, lebih-lebih lagi teman bergaul lawan jenis yang amoral, pejinah, pemabuk dan lain-lain, pastilah akan menyeret siswa ke ambang bahaya dan pastilah belajarnya jadi berantakan.


(36)

 

Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana (jangan terlalu ketat tapi juga jangan terlalu lengah).

c) Mass media

Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Jika tidak ada kontrol dan pembinaan dari orang tua (bahkan pendidik), pastilah semangat belajarnya menurun dan bahkan mundur sama sekali. Maka perlulah kiranya siswa mendapat bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

3. Faktor-faktor yang Mendukung Belajar a. Motivasi

Motivasi belajar dibedakan dalam dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Kedua motivasi belajar ini ada pada diri siswa dan memberikan dukungan dalam proses belajar siswa.

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang oleh faktor-faktor dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk


(37)

melakukan sesuatu (Sardiman, 2011:89). Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri.

Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik di dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang.

Peserta didik yang memiliki minat yang tinggi untuk mempelajari suatu pelajaran, maka ia akan mempelajarinya dalam jangka waktu tertentu. Peserta didik itu dapat dikatakan memiliki motivasi untuk belajar. Motivasi muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan peserta didik yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar. Oleh karena itu, minat adalah kesadaraan seseorang, atau suatu situasi yang ada sangkut paut dengan diri peserta didik.

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tujuannya sesuai dengan situasi belajar, bertemu dengan kebutuhan dan tujuan peserta


(38)

 

didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Peserta didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadih dan sebagainya.

Perlu ditegaskan, bahwa peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Gemar belajar adalah aktivitas yang tak pernah sepi dari kegiatan anak didik yang memiliki motivasi intrinsik. Dan memang diakui oleh semua pihak, bahwa belajar adalah suatu cara untuk mendapatkan sejumlah pengetahuan. Belajar bisa dikonotasikan dengan membaca. Dengan begitu, membaca adalah pintu gerbang ke lautan ilmu pengetahuan. Kreativitas membaca adalah inovasi dalam pembinaan pribadi yang lebih baik. Tidak ada seorang pun yang berilmu tanpa melakukan aktivitas membaca. Evolusi pemikiran manusia yang semakin maju dalam rentangan masa tertentu karena membaca, yang hal itu tidak terlepas dari masalah motivasi sebagai pendorongnnya, yang berhubungan dengan kebutuhan untuk maju, berilmu pengetahuan.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Jadi yang penting


(39)

bukan karena belajar sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari tujuan kegiatan yang dilakukannya, secara tidak langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya (Sardiman, 2011:91).

Menurut Sardiman (2011), motivasi ekstrinsik juga dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Bukan berari motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting. Kemungkinan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi peserta didik, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar peserta didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang dapat membangkitkan minat peserta didik dalam berbagai bentuk. Kesalahan bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik akan merugikan peserta didik. Akibatnya, motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan peserta didik malas belajar. Karena itu, guru harus bisa dan pandai mempergunakan motivasi ekstrinsik ini dengan akurat


(40)

 

dan benar dalam rangka menunjang proses interaksi edukatif di kelas.

Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian peserta didik atau sikap tertentu pada guru atau orang tua. baik motivasi ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik yang negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan perilaku sikap peserta didik. Diakui, angka, ijazah, pujian, hadiah, dan sebagainya berpengaruh positif dengan merangsang peserta didik untuk giat belajar. Sedang ejekan, celaan, hukuman yang menghina, sindiran kasar, dan sebagainya berpengaruh negatif dan renggangnya hubungan guru dengan peserta didik. Jadilah guru sebagai orang yang dibenci oleh anak didik. Efek pengiringnya, mata pelajaran yang dipegang guru itu tak disukai oleh peserta didik.

4. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP

Usia siswa SMP termasuk dalam usia masa remaja. Pada masa remaja ini siswa mengalami banyak perubahan termasuk dalam hal belajar. Menurut Hurlock (1980), Para remaja yang kurang berminat pada pendidikan biasanya menunjukkan ketidaksenangannya ini dalam cara-cara berikut. Mereka menjadi orang yang berprestasi rendah; bekerja di bawah kemampuan dalam setiap mata pelajaran atau dalam mata pelajaran yang tidak disukai. Ada yang membolos dan berusaha memperoleh izin dari orang tua untuk berhenti sekolah sebelum


(41)

waktunya. Ada yang berhenti sekolah setelah duduk di kelas terakhir tanpa merasa perlu memperoleh ijazah.

Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi kecakapan sosial. Namun, hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan keterampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereka yang aktif dalam berbagai aktivitas ekstra kurikuler menguasai praktek demikian namun mereka tidak aktif karena harus bekerja setelah sekolah atau tidak diterima oleh teman-teman. Sekolah dan pendidikan tinggi juga mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai dewasa; orang tua berperan banyak dalam hal ini. Namun apabila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan nilai-nilai-nilai-nilai teman sebaya, maka remaja harus memilih yang terakhir bila mengharapkan dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka.

Erat hubungannya deangan masalah pengembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia nilai orang dewasa yang akan dimasuki, adalah tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab. Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman-teman sebaya, tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab. Misalnya, kalau menghadapi masalah menolong atau menipu teman dalam ujian, maka remaja harus memilih antara standar dewasa dan standar teman-teman.


(42)

 

C. Pendampingan Orang tua dan Peranan Orang tua 1. Pendampingan Orang tua

Menurut Emmy (2008:37) Peran orang tua dalam memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya memang tidak perlu diragukan lagi. Banyak peran orang tua dalam mendukung pendidikan anak-anaknya, salah satunya adalah melakukan pendampingan terhadap anak dalam belajar di rumah. Pendampingan yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak misalnya dengan cara: menyiapkan hari pertama sekolah, mendampingi anak belajar, menjaga kesehatan anak, memberi perhatian, membatu anak ketika mengalami kesulitan belajar.

Menurut Akbar (2011), dalam kegiatan belajar diperlukan adanya pendampingan dari orang tua dan orang lain agar siswa semangat dalam belajarnya. Peranan keluarga terutama kedua orang tua sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua merupakan orang pertama dan utama yang mampu, serta berhak menolong keturunannya dan mendidik anaknya. Orang tua besar peranan dalam keluarga untuk menciptakan ikatan emosianal dengan anaknya, menciptakan suasana aman di rumah sehingga rumah merupakan tempat anak untuk kembali, menjadi contoh bagi anaknya, memberikan disiplin dan memperbaiki tingkah laku anak, menciptakan jaringan komunikasi diantara anggota keluarga.

Pengawasan dan bimbingan orang tua di rumah mutlak diperlukan karena adanya bimbingan dari orang tua dapat mengawasi, dapat


(43)

mengetahui segala kekurangan dan kesulitan anak dalam belajarnya. Orang tua berperan besar dalam mengajar, mendidik, memberikan bimbingan, dan menyediakan sarana belajar serta memberi teladan pada anak sesuai dengan nilai moral yang berlaku atau tingkah laku yang perlu dihindari. Pendampingan dari orang tua dapat juga berperan sebagai cara untuk meningkatkan disiplin belajar. Anak belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh dalam diri anak.

Pendampingan yang diberikan oleh orang tua di rumah dapat meningkatkan motivasi belajar anak selain bimbingan dari seorang guru dari la belajar, dengan motivasi yang kuat seseorang sanggup bekerja ekstra keras dalam pencapaian sesuatu. Motivasi belajar yang baik diharapkan timbul dari dalam diri anak.

Menurut Nio bimbingan belajar yang dimiliki meliputi; "Mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah; mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar; menolong mengatasi kesulitan anak dalam belajarnya" (Akbar:2011).

Akbar (2011) menegaskan bahwa “Proses belajar anak perlu melibatkan peran pendampingan orang tua, karena anak masih dalam area tanggung jawab dan pemeliharaan orang tua. Dalam proses ini kedudukan orang tua sangat vital karena tugas orang tua salah satunya adalah sebagai alat kontrol terhadap putra-putrinya. Jika suatu masalah muncul pada si anak, maka kesalahan bukan terutama pada si anak saja tetapi orang tua turut terlibat di dalamnya. Anak bukanlah orang dewasa yang memiliki kebebasan penuh untuk menentukan pilihan. Jika di bagi


(44)

 

dalam prosentasi berkaitan dengan hak memilih, maka bayi masih 100 % dibawah pengawasan orang tua, anak berada pada 75 % pengawasan, remaja 50 %, dewasa awal 75 % (usia mahasiswa) dan dewasa matang memiliki 100 % kebebasan memilih. Oleh karena itu orang tua perlu terlibat dalam proses belajar anak”.

Menurut Akbar (2011), kesalahan yang sering ditemui pada orang tua adalah menyerahkan tanggung jawab penuh pendidikan anak pada guru di sekolah, sehingga jika anak mengalami hambatan, seringkali yang dipersalahkan adalah guru sekolahnya. Guru hanya memiliki 25 % waktu bersama dengan anak, sedangkan 75 % sisanya adalah peran orang tua (keluarga). Selain itu, jika melihat sistem pendidikan saat ini seperti yang telah tersebut di atas, maka orang tua tidak bisa bergantung penuh pada pendidikan formal. Oleh karena itu perlu pendidikan pendampingan terhadap proses belajar. Di sinilah peran orang tua dalam pendampingan proses belajar anak.

Fungsi pendampingan tersebut bukan bermaksud untuk meniadakan hal-hal yang telah diperoleh anak dalam pendidikan formal, namun mendukung dan memberikan nilai kepuasan psikologis pada si anak sehingga anak lebih senang belajar, tidak mengalami kejenuhan dan meminimalkan gangguan-gangguan belajar yang bisa muncul di kemudian hari.

Peranan orang tua sangat vital dalam mendampingi anak-anaknya karena pendampingan yang baik menjadi salah satu faktor dalam proses


(45)

tumbuh dan berkembangnya seorang anak. Adanya pendampingan yang dilakukan oleh orang tua kepada putra-putrinya dalam melakukan kegiatan belajar di rumah akan berpengaruh terhadap tingkah laku yang mengarah kepada kedisiplinan dalam belajar. Motivasi yang diberikan kepada anak hendaknya mengarah pada peningkatan motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pendidikan. Situasi ini dapat tercipta apabila terjadi ikatan emosional antara orang tua dengan anaknya. Suasana rumah yang aman membantu anak untuk mengembangkan dirinya untuk menuju masa depan.

Ibrahim (2012), mencatat beberapa hal yang harus dihindari dan dilakukan para orang tua dalam membimbing anaknya belajar.

a. Hal-hal yang Sebaiknya Dihindari Orang Tua dalam Mendampingi Anak Belajar

1) Hindari Cinta Bersyarat pada Anak

Cinta bersyarat ini biasanya digunakan para orang tua untuk mengendalikan anak-anak mereka. Ketika anak meraka berhasil, mereka akan mengganjar keberhasilan tersebut dengan memberikan cinta mereka secara bebas bahkan bisa diekspresikan dalam bentuk pelukan dan ciuman. Tapi ketika anak mereka gagal. Mereka akan menghukum anak mereka sebagai luapan rasa kekecewaan. Pada tahap cinta ini, anak-anak hanya akan beranggapan


(46)

 

bahwa mereka akan dicintai oleh orang tua atau semua orang lain, hanya jika sudah berhasil.

2) Cinta Iming-Iming

Cinta iming-iming merupakan cinta bersyarat yang lebih menyakitkan, dimana cinta yang diberikan oleh orang tua ini, bukan cinta yang menghargai seorang anak dalam mencapai kesuksesan dalam prestasi belajar.

3) Pengharapan Orang Tua yang Tidak Sehat

Dalam hal ini orang tua haruslah mengerti benar apa itu target dan pengharapan. Target merupakan tujuan yang bisa atau tidak bisa dicapai oleh anak-anak. Ketika target tercapai anak-anak mereka sangat senang karena keberhasilan mereka bukan sesuatu yang pasti. Ketika target tidak tercapai, anak-anak merasa agak kecewa, tapi biasanya mereka puas dengan kemajuan yang berhasil mereka lakukan.

Pengharapan adalah asumsi bahwa sesuatu akan tercapai. Sebuah kesalahan yang patut disayangkan yang banyak dilakukan orang tua, adalah membuat penghargaan yang berbeda diluar kemampuan seorang anak. Tentunnya pengharapan yang seperti ini akan merusak anak-anak jika pengharapan tidak tercapai.


(47)

4) Pujian dan Hukuman yang Tidak Sehat

Sebagai orang tua, hendaknya mampu memilih dan memilah pujian dan hukuman terhadap prestasi belajar anak. Seorang anak yang dipuji kepandaiannya, bukan usahanya, akan menjadi terlalu terpusat pada hasil. Memuji anak-anak atas kepandaian mereka membuat mereka akan takut pada kesulitan karena mereka mulai menyamakan kegagalan dengan kebodohan. Begitupun cara orang tua menghukum anak. Orang tua lebih baik tidak memberikan kritik pribadi yaitu menyalahkan kemampuan seorang anak sebagai penyebab kegagalan mereka, karena hal itu dapat menurunkan pengharapan mereka, memperlihatkan emosi negatif, dan berprestasi lebih buruk di masa depan.

5) Menjadi Orang Tua Target

Orang tua target yang dimaksud di sini adalah orang tua yang memperlakukan anak-anak mereka seperti ”pegawai-pegawai kecil”. Biasanya orang tua yang seperti ini akan mengharapkan anak-anak mereka untuk berproduksi dalam bentuk prestasi dan keberhasilan. Jika hasil yang diinginkan tidak terjadi, maka ”bos-bos” ini memperlihatkan rasa tidak suka mereka dan anak-anak mereka menganggap bahwa orang tua mereka akan ”memecat” mereka. Secara otomatis, orang tua yang seperti


(48)

 

ini adalah orang tua yang menempatkan penekanan yang terlalu besar pada hasil usaha berprestasi anak.

b. Hal-hal yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua dalam Mendampingi Anak Belajar  

1)  Menghargai Cinta

Cinta adalah alat yang paling efektif untuk mempengaruhi seorang anak. Sebagai orang tua sebaiknya menggunakan cinta nilai, yaitu cinta yang tergantung pada kesediaan anak untuk berpegang teguh pada nilai-nilai dasar dan untuk bertindak dengan cara-cara yang pantas dan etis menurut norma sosial. Cinta nilai mendukung perkembangan nilai-nilai positif dan perilaku bermoral, memupuk pertumbuhan yang sehat dan mendorong prestasi serta kebahagiaan. Cara mendidik seorang anak yang efektif berpusat disekitar cinta, cinta yang tidak serba membolehkan, cinta yang tidak menoleransi sikap tak hormat, tapi juga cinta yang cukup besar untuk membiarkan anak-anak melakukan kesalahan dan memperbolehkan mereka untuk hidup dalam konsekuensi kesalahan itu.

2) Pengharapan Orang Tua yang Sehat

Pengharapan yang positif dan memotivasi adalah sesuatu yang menujukkan suatu kondisi dalam diri individu yaitu mendorong atau menggerakkan individu tersebut


(49)

melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan. Namun ketika anak semakin tumbuh dewasa, peran orang tua dalam menentukan pengharapan harus berkurang dan keterlibatan anak harus meningkat. Saat seorang anak tumbuh dewasa pun dan memperoleh pengalaman serta perspektif yang diperlukan, pada saat itu orang tua perlu memberi si anak kebebasan untuk membuat pengharapannya sendiri.

3) Pujian dan Hukuman yang Sehat

Pujian juga memiliki andil yang cukup penting agar anak mampu berprestasi. Namun alangkah lebih bijaknya bila seorang anak dipuji karena usaha mereka yang juga memperlihatkan kegigihan dan kenikmatan yang lebih tinggi, menganggap kurangnya usaha mereka sebagai penyebab kegagalan mereka, dan mencapai hasil yang tinggi dalam kegiatan berprestasi selanjutnya sehingga anak memiliki minat belajar yang lebih besar. Selain melontarkan pujian, agaknya orang tua juga harus memberikan hukuman kepada anak, tentunya dengan cara penuh kasih sayang dan dalam nada tenang dan dengan terfokus pada cara anak bisa berbuat lebih baik dimasa depan dan bukan pada kesalahan yang telah dilakukannya. Dengan cara seperti ini, seorang anak akan dengan jelas mendengar pesan dari orang tua, merasakan perhatian


(50)

 

dibalik pesan itu, dan menyadari bahwa hukuman yang diberikan walau mungkin ia tidak menyukainya adalah untuk kebaikannya sendiri.

4) Berjuang Mencapai Keunggulan

Keunggulan adalah sebuah tujuan yang bisa dicapai anak manapun. Dengan bekerja keras, seorang anak bisa mencapai suatu tingkat keunggulan. Seorang anak tidak perlu sempurna, karena ia boleh saja gagal. Sedikit kegagalan penting bagi anak karena memberikan pelajaran berharga yang akan membantu perjuangannya mencapai keunggulan. Orang tua perlu mendorong seorang anak untuk menerima dirinya apa adanya dan membebaskan dirinya untuk hidup dengan cara produktif.

5) Menciptakan Seorang Manusia

Setiap orang tua pasti bertujuan membesarkan anaknya menjadi seorang manusia. Orang tua seharusnya membantu anak menjadi orang yang bertanggung jawab dengan mencintai mereka bahwa melakukan kesalahan adalah sesuatu yang wajar dan memperlihatkan bawah mereka dicintai meskipun mereka menumpahkan agar-agar diatas karpet, atau mendapat nilai jelek, dan lain-lain. Karena anak anda seorang manusia, harga dirinya tidak


(51)

terancam karena ia bulan perfeksionis, ia tidak takut gagal dan ia tidak takut kehilangan cinta dari orang tua.

2. Peranan Orang Tua dalam Pendampingan Belajar Anak

Orang tua yang dimaksud dalam hal ini adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah tangga yang umumnya dalam kehidupan sehari-hari disebut dengan bapak-ibu (Akbar, 2010). Orang tua memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak karena pertumbuhan dan perkembangan anak dimulai di dalam lingkungan keluarga. Ketika anak telah masuk sekolah, peranan dan partisipasi orang tua masih tetap dibutuhkan, termasuk juga dalam memberikan motivasi, membimbing, dan membantu anak dalam belajar. Tanggung jawab orang tua dalam memberikan bantuan dan bimbingan belajar bagi anak sangat penting dalam mendukung belajar anak.

Orang tua harus mendorong anak untuk belajar. Membiasakan anak-anak untuk belajar di rumah merupakan salah satu faktor yang penting. Dalam membantu dan membimbing belajar anak ada dua faktor yang harus diperhatikan yaitu sikap sabar dan bijaksana dari orang tua.

Menurut Liem Hwie (Kartono, 1985:91) ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam membantu belajar anak yaitu:


(52)

 

Fasilitas belajar yang dimaksud adalah alat tulis, buku-buku pelajaran, dan juga termasuk tempat belajar. fasilitas belajar ini dapat membantu memudahkan siswa untuk melangsungkan proses belajar, sehingga siswa tidak mendapat hambatan dalam belajar.

2) Mengawasi kegiatan belajar anak di rumah

Orang tua perlu mengawasi kegiatan belajar di rumah karena dengan mengawasi kegiatan belajar anaknya, orang tua akan dapat mengetahui apakah anak mereka sudah belajar dengan baik atau belum. Melalui pengawasan orang tua siswa dapat belajar dengan teratur, apabila siswa mendapat pekerjaan rumah (PR) dapat langsung mengerjakannya tanpa menunda-nunda pekerjaan rumah (PR).

3) Mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah

Orang tua perlu mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah, apakah anak sudah menggunakan waktu belajarnya dengan teratur atau belum. Orang tua juga dapat membantu anak menyusun jadwal belajar.

4) Mengawasi kesulitan-kesulitan anak dalam belajar

Orang tua perlu mengenal atau mengetahui kesulitan-kesulitan anak dalam belajar karena dengan mengetahui kesulitan-kesulitan anak orang tua dapat membantu. Apabila orang tua mampu mengenali kesulitan-kesulitan siswa dalam


(53)

belajar maka siswa akan terhambat dalam proses belajarnya, siswa akan kebingungan untuk mencari bantuan saat mengalami kesulitan dalam belajar.

5) Menolong anak dalam mengatasi kesulitannya dalam belajar Untuk membantu dalam proses pendidikan, sebaiknya orang tua perlu untuk selalu belajar agar pengetahuan juga bertambah termasuk cara-cara yang dapat digunakan untuk membantu anak belajar. Semakin banyak pengetahuan yang diketahui orang tua, semakin banyak pula yang dapat diberikan kepada anak-anaknya. Para orang tua harus memberikan banyak pengalaman pada anak. Bertambahnya pengetahuan orang tua juga akan memudahkan anak-anaknya dalam mencari tempat bertanya sebab anak sering mengalami kesulitan.

D. Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar

Menurut Ahmadi (2008:109) masalah belajar merupakan inti dari kegiatan sekolah, sebab semua kegiatan di sekolah diperuntukkan bagi berhasilnya proses belajar bagi setiap siswa yang sedang studi di sekolah tersebut. Oleh karena itu program yang diberikan oleh bimbingan dan konseling di sekolah yang bertujuan untuk membantu siswa dalam menghadapi dan menjalani proses belajar adalah layanan bimbingan belajar. Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam


(54)

 

mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan (Winkel, 2006:115).

1. Tujuan Bimbingan Belajar

Menurut Ahmadi (2008:111) tujuan dari bimbingan belajar adalah : a. Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi

seorang anak atau kelompok anak.

b. Menunjukkan cara-cara belajar yang sesuai dan menggunakan buku pelajaran.

c. Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang memanfaatkan perpustakaan.

d. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.

e. Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan.

f. Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu.

g. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya.

2. Materi Umum Layanan Pembelajaran dalam Bimbingan Belajar

Materi layanan pembelajaran dalam bimbingan belajar meliputi kegiatan pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan belajar, program pengajaran perbaikan, dan program pengayaan (Depdikbud, dalam www.wikipedia.com, 2010).


(55)

a. Peningkatan motivasi belajar siswa, antara lain dengan: 1) Memperjelas tujuan-tujuan belajar

2) Menyesuaikan pembelajaran dengan kemampuan, bakat, dan minat,

3) Menciptakan suasana pembelajaran yang matang, merangsang, dan menyenangkan

4) Pemberian hadiah atau penguatan

5) Menciptakan hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan siswa, serta antara siswa dan siswa

6) Menghindarkan siswa dari tekanan dan suasana yang tidak menentu (seperti suasana yang menakutkan, megecewakan, membingungkan, menjengkelkan)

7) Melengkapi sumber dan sarana belajar 8) Mempelajari hasil belajar yang diperoleh b. Peningkatan ketrampilan belajar, antara lain dengan :

1) Membuat catatan waktu guru mengajar 2) Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca,

3) Membuat laporan (laporan peninjauan, diskusi, pelaksanaan kegiatan tertentu)

4) Mengembangkan cara menjawab atau memecahkan soal-soal ulangan atau ujian

5) Menyusun makalah 6) Membaca efektif


(56)

 

7) Berbahasa efektif (lisan dan tulisan) 8) Bertanya efektif

c. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, antara lain untuk :

1) Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar 2) Memelihara kondisi kesehatan

3) Mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah: membuat jadwal belajar

4) Memilih tempat yang baik

5) Belajar dengan mengunakan sumber-sumber belajar yang kaya (seperti buku teks, kamus, dan berbagai referensi yang lain, bahan atau hasil percobaan atau penelitian)

6) Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui (kepada guru, teman, dan siapapun juga)

7) Mengembangkan motivasi dan sikap positif terhadap semua materi yang dipelajari.

8) Pengajaran perbaikan (guru pembimbing bekerjasama dengan guru mata pelajaran/ guru praktik)

9) Program pengayaan (guru pembimbing bekerjasama dengan guru matapelajaran / guru praktik)

10) Pengembangan dan pemanfaatan lingkungan sekitar (lingkungan fisik, sosial, dan budaya) untuk belajar.


(57)

E. Layanan Konsultasi Orang Tua

Salah satu definisi konsultasi dikemukakan oleh Zins (dalam Widodo, 2007), ialah suatu proses yang biasanya didasarkan pada karakteristik hubungan yang sama yang ditandai dengan saling mempercayai dan komunikasi yang terbuka, bekerja sama dalam mengidentifikasikan masalah, menyatukan sumber-sumber pribadi untuk mengenal dan memilih strategi yang mempunyai kemungkinan dapat memecahkan masalah yang telah diidentifikasi, dan pembagian tanggung jawab dalam pelaksanaan dan evaluasi program atau strategi yang telah direncanakan. Layanan konsultasi dalam bimbingan bertujuan untuk memberikan bantuan teknis kepada guru-guru, orang tua, dan pihak-pihak lain dalam rangka membantu mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.

Layanan konsultasi berbeda dengan layanan konseling, meskipun kedua layanan ini mempunyai unsur kesamaan seperti sama-sama memerlukan kondisi yang kondusif. Model hubungan pada layanan konsultasi lebih bersifat segitiga yaitu konselor, orang tua atau guru dan konseli (triadic

model). Sedangkan model konseling adalah hubungan yang bersifat

komunikasi dua arah yaitu konselor dengan konseli (dyadic model).

1. Tujuan Layanan Konsultasi

Menurut Fullmer & Bernard (dalam Widodo, 2007) layanan konsultasi bertujuan:


(58)

 

b. Memperbaiki komunikasi dengan cara memberikan fasilitas informasi yang bermanfaat dan langsung bagi orang-orang terkait (orang tua),

c. Mengajak semua orang yang mempunyai fungsi dan peran dalam memperbaiki lingkungan belajar,

d. Memperluas layanan para ahli dalam memberikan layanan kepada orang lain yang membutuhkan bantuan,

e. Memperluas kedalaman layanan pendidikan bagi konselor kepada orang tua, guru bidang studi, dan kepala sekolah,

f. Membantu orang lain (orang tua) bagaimana belajar menangani tingkah laku bermasalah pada anak, dan

g. Menggerakkan kelompok, organisasi, individu membantu dirinya sendiri.

2. Model Layanan Konsultasi

Dilihat dari pengertian dan tujuan layanan konsultasi, maka layanan konsultasi mempunyai fungsi kemudahan bagi konsulti (orang tua) dalam mana konsultan sebagai pelatih mengajarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan konsulti dalam memecahkan masalah. Konsultan dipandang sebagai profesi dalam sistem persekolahan, mempunyai kewajiban untuk membantu anggota kelompok, staf, dan bahkan individu untuk merencanakan dan memberikan treatment kepada konsulti yang bermasalah. Keahlian konsultan dalam pertemuan adalah menyajikan masalah, merencanakan


(59)

dan melaksanakan. Shetzer (dalam Widodo, 2007) mengemukakan bahwa pelaksanaan teknik konsultasi, dapat menggunakan model-model konsultasi, antara lain:

Model Caplanian. Pelopor teori ini adalah Gerald A.Caplan. Dalam model ini, konsultan mengassesmen, mendiskusikan, dan memberikan saran tentang kasus tertentu. Model ini identik dengan tugas seorang dokter dan menunjukkan adanya aktivitas pemberdayaan bagi konsultee. Proses dari model ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

a. Konsultan membuat Diagnosis.

b. Konsultan membuat rekomendasi dari hasil diagnosis. c. Konsultan menyampaikan hasil rekomendasi kepada

konsultee.

d. Konsultee melaksanakan rekomendasi.

e. Konsultan sekali-sekali bertemu klien dengan tujuan untuk memeriksa apakah konsultee telah menjalankan

rekomendasi yang telah diberikan. 3. Materi/Bahan-bahan Konsultasi dengan Orang Tua

Materi-materi yang dapat digunakan untuk konsultasi dengan orang tua berdasarkan hasil penelitian, (Lestari, 2012).

a. Komunikasi

Komunikasi orang tua dengan anak dapat mempengaruhi fungsi keluarga secara keseluruhan dan kesejahteraan


(60)

 

psikososial dalam diri anak. Komunikasi yang baik antara orang tua berkorelasi dengan rendahnya keterlibatan anak. Orang tua dan remaja juga dapat menjadikan komunikasi sebagai indikator rasa percaya dan kejujuran dengan mencermati nada emosi yang terjadi dalam interaksi antar anggota keluarga.

Menurut Fitzpatrick (Lestari, 20012:61), bahwa ada dua karakteristik yang menjadi fokus komunikasi dalam keluarga dalam relasi orang tua dengan anak. Pertama, komunikasi yang

mengontrol yakni tindakan komunikasi yang mempertegas otoritas orang tua dengan anak. Kedua, komunikasi yang

mendukung yang mencakup persetujuan, membesarkan hati, ekspresi afeksi, pemberi bantuan, dan kerja sama.

Komunikasi orang tua dengan anak sangat penting bagi orang tua dalam upaya melakukan kontrol, pemantauan, dan dukungan pada anak. Tindakan orang tua untuk mengontrol, memantau, dan memberikan dukungan dapat dipersepsi positif atau negatif oleh anak, diantaranya dipengaruhi oleh cara orang tua berkomunikasi.

b. Dukungan

Dukungan orang tua yang mencerminkan ketanggapan orang tua atas kebutuhan anak merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Dukungan orang tua sebagai interaksi yang dikembangkan oleh orang tua yang dicirikan oleh perawatan,


(61)

kehangatan, persetujuan, dan berbagai hal perasaan positif orang tua terhadap anak. Dukungan orang tua membuat anak merasa nyaman terhadap kehadiran orang tua dan menegaskan dalam benak anak bahwa dirinya diterima dan diakui sebagai individu. Dukungan pada anak dapat berupa dukungan emosi dan dukungan instumental. Dukungan emosi mengarah pada aspek emosi dalam relasi orang tua dengan anak, mencakup perilaku-perilaku yang secara fisik atau verbal menunjukkan afeksi atau dorongan dan komunikasi yang positif/terbuka. Dukungan instrumental mencakup perilaku-perilaku yang tidak menunjukkan afeksi secara terbuka, namun masih berkontribusi pada perasaan diterima dan disetujui yang dirasakan anak. Bentuk dukungan instrumental orang tua misalnya, penyediaan sarana dan prasarana bagi pencapaian prestasi dan penguasaan kompetensi.

c. Pendisiplinan

Pendisiplinan merupakan salah satu bentuk upaya orang tua untuk melakukan kontrol terhadap anak. Pendisiplinan biasanya dilakukan orang tua agar anak dapat meguasai suatu komptensi, melakukan pengaturan diri, dapat menaati peraturan, dan mengurangi perilaku-perilaku menyimpang atau berisiko. Keberhasilan pendisiplinan antara lain ditentukan oleh cara yang


(62)

 

digunakan. Pendisiplinan yang keras dipercayai justru dapat berdampak negatif pada perilaku anak.

Cara orang tua melakukan pendisiplinan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu unjuk kekerasan (power asertion), teknik

induktif (induction), dan penarikan kasih sayang (love

withdrawal). Unjuk kekuasaan dilakukan oleh orang tua dengan

menggunakan kekuatan, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya memberikan hukuman fisik. Orang tua menggunakan wewenang, keunggulan fisik, dan pengelolaan sumber daya untuk melakukan kontrol pada anak. Penarikan kasih sayang mencakup tindakan ketidaksetujuan atau celaan dengan cara menghilangkan dukungan emosi. Tindakan tersebut dapat berupa ungkapan verbal, misalnya “Ibu malu punya anak seperti kamu”, atau nonverbal dengan mendiamkan atau tidak bertegur sapa dengan anak. Teknik induktif merupakan cara pendisiplinan dengan cara mempengaruhi kekuatan dalam diri anak, misalnya empati dan nurani, yang akan menumbuhkan internalisasi.


(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metodelogi penelitian, antara lain jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, dan prosedur penelitian teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Furchan (2007: 450-452) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Survei adalah metode yang akan digunakan untuk meneliti subjek penelitian karena yang diteliti adalah seluruh siswa. Metode survai ini dibuat untuk memperoleh informasi tentang populasi yang akan diteliti disebut sebagai sensus, sedangkan survai yang hanya menyelidiki sebagian dari populasi itu dikenal sebagai survai sampel.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk memperoleh gambaran persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar di rumah pada kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tahun 2012/2013.


(64)

  B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tahun 2012/2013.

Tabel 1

Jumlah Subjek Penelitian Setiap Kelas No. Kelas Hadir Tidak Hadir

1. VII 2 36 0

2. VII 3 32 4

3. VII 4 33 3

4. VII 5 36 0

Jumlah 137 7

C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Persepsi Siswa tehadap Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah dengan bentuk tertutup. “Kuesioner bentuk tertutup berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut” (Furchan, 2007 : 259). Kuesioner yang disusun oleh peneliti dikembangkan dari konsep Liem Hwie (Kartono, 1985) memuat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam mendampingi belajar anak, yaitu: menyediakan fasilitas belajar, mengawasi kegiatan belajar anak di rumah, mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah, mengawasi kesulitan-kesulitan anak dalam belajar, dan menolong anak dalam mengatasi kesulitannya dalam belajar. Pernyataan kuesioner disajikan pada Lampiran 1.


(65)

Instrumen penelitian ini memuat sejumlah 30 butir pernyataan yang di konstruk sesuai prinsip-prinsip Likert Sumating Rating Scale yang

dilengkapi empat opsi atau alternatif jawaban yaitu sangat sering , sering,  jarang, dan tidak pernah. Alternatif/opsi tengah (sedang/cukup) dalam skala ini tidak dipakai untuk mengurangi kecenderungan responden dalam memberikan jawaban yang netral agar dapat meningkatkan variabilitas responsi. Keempat opsi tersebut mempunyai skor masing-masing adalah; sangat sering = 4, sering= 3; jarang = 2; dan tidak pernah = 1 untuk pernyataan positif (favorable item) dan sebaliknya untuk pernyataan

negatif (unfavorable item). Adapun total skor dari masing-masing

responden adalah hasil penjumlahan skor dari seluruh item yang tersedia dan dijadikan sebagai data olahan untuk kepentingan analisis penelitian ini. Konstruk instrumen penelitian ini divisualisasikan pada tabel 2.


(66)

 

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Pendampingan Orang Tua dalam Belajar di Rumah

No Aspek Indikator Item

Favorable

Item unfavorable

1. Menyediakan fasilitas belajar

1.1 Membelikan keperluan belajar anak

1.2 Menyiapkan keperluan anak sebelum berangkat sekolah

1, 2, 5

4, 8

34, 14

6

2. Mengawasi kegiatan

dan penggunaan waktu belajar anak di rumah

2.1. Mengawasi anak belajar 2.2. Menyusun jadwal belajar

anak

2.3. Mengingatkan anak untuk

belajar 24, 16 11 18, 10 13, 15 17,19 3, 22

3. Mengawasi

kesulitan-kesulitan anak dalam belajar

3.1. Mendampingi anak

mengerjakan PR

3.2. Menanyakan hambatan

anak saat belajar

20, 23

21, 12, 26

9

29

4. Menolong anak

mengatasi kesulitan dalam belajar

4.1. Membantu mengatasi

hambatan anak saat belajar

4.2. Memberikan pengetahuan

lebih pada anak

4.3. Memberikan motivasi

pada anak 25, 28 33 31 7 32 30, 27

2. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner a. Validitas

Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2010:7). Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan, 2007:293). Secara singkat menurut Nurgiyantoro (2009:338), validitas alat penelitian mempersoalkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur.


(67)

Validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi (content

validity). Validitas isi adalah validitas yang mempertanyakan

bagaimana kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi masalah yang akan diteliti (Nurgiyantoro, 2009:339). Kualitas instrumen penelitian ini diperiksa dengan validitas isi (content validity),

untuk melihat ketepatan atau kesesuaian penyusunan item instrumen yang didasarkan pada kisi-kisi yang sesuai dengan aspek tujuan, bahan/deskripsi bahan, indikator dan jumlah pertanyaan per indikator.

Pemeriksaan keterpenuhan validitas isi didasarkan pada pertimbangan yang dilakukan oleh seorang ahli (expert judgment), guna

menelaah setiap butir item pernyataan kuesioner pendampingan orang tua dalam belajar di rumah, yang bertujuan agar setiap item pernyataan yang dibuat tepat dengan aspek tujuan, bahan/deskripsi bahan, indikator dan jumlah pertanyaan per indikator, sehingga dapat dinyatakan baik (Nurgiyantoro, 2009:339).

Hasil telaah ahli dilengkapi dengan uji empirik untuk memeriksa keterpenuhan kriteria konsistensi internal setiap item terhadap aspeknya. Teknik uji yang digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan skor-skor item terhadap skor total melalui pendekatan analisis korelasi Pearson Product Moment.

Formula; rXY=

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N


(68)

  Keterangan :

XY

r = korelasi skor-skor item kuesioner dan total butir-butir

N = jumlah subyek

X = skor item kuesioner

Y = skor total kuesioner

XY = hasil perkalian antara skor X dan skor Y

Pemeriksaan konsistensi internal dalam uji menggunakan program komputer SPSS. Karena di sana sudah tersedia nilai probabilitas

(Probability values) maka penentuan keterpenuhan indeks konsistensi

internal ditetapkan berdasarkan Pv itu, yaitu : Pv yang < 0,05 dianggap memenuhi; apabila Pv >0,05 item tersebut tidak memenuhi konsistensi internal, maka di drop.

b. Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu (Nugiyantoro, 2009:341). Jadi kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrumen pengukur adalah konsistensi, keajegan atau tidak berubah-ubah. Pendekatan yang digunakan untuk memeriksa reliabilitas kuesioner pada penelitian ini adalah teknik belah dua gasal-genap (split half). Bagian pertama berupa item-item

bernomor gasal dan bagian kedua berupa item-item bernomor genap. Perhitungan indeks reliabilitas kuisioner pendampingan orang tua dalam belajar di rumah pada siswa menggunakan program


(69)

komputer SPSS versi 17 dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi skor item gasal dan skor item genap dengan menggunakan teknik Product Moment dari Pearson. Hasil perhitungan Product

Moment gasal genap kemudian dikoreksi dengan formula

Spearman-Brown sebagai berikut:

tt

r = gg gg r r

+ ×

1 2

Keterangan :

tt

r = koefisien reliabilitas seluruh instrumen

gg

r = koefisien korelasi skor belahan gasal-genap

Hasil perhitungan dikonsultasikan ke kriteria Guilford (Guilford, dalam Masidjo, 2006:141) sebagai berikut:

Tabel 3 Kriteria Guilford No Koefisien Korelasi Kualifikasi 1. 0,91 - 1,00 Sangat Tinggi 2. 0,71 – 0,90 Tinggi

3. 0.41 – 0,70 Cukup 4. 0,21 – 0.40 Rendah 5. Negatif – 0,20 Rendah Sekali

3. Pengembangan Instrumen

Telaah ahli (Expert Judgement) terhadap butir-butir pada instrumen

dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi yaitu, Dr. Gendon Barus, M.Si. Berdasarkan hasil penelaahan terhadap instrumen, disarankan perlu dilakukan perbaikan pada butir-butir instrumen agar setiap butir pernyataan yang dibuat berisi kalimat yang efektif sehingga mudah


(70)

 

dipahami dan butir dirumuskan secara logis/tepat sesuai dengan konstruk kisi-kisinya.

a. Hasil rekam proses telaah instrumen oleh Dr. Gendon Barus, M. Si.

1) Masukan dan saran terhadap pengembangan instrumen: a) Butir pernyataan favorable dan unfavorable yang

maknanya hampir sama hendaknya diletakkan berjauhan.

b) Butir pernyataan hendaknya dirumuskan dengan kalimat efektif sehingga subjek mudah memahami. c) Butir pernyataan dirumuskan secara sederhana dan

tepat sasaran.

d) Indikator dan aspek sejalan dengan butir-butir instrumen .

e) Butir-butir pada tiap aspek dibuat lebih dari satu. f) Peneliti perlu lebih memahami maksud dari aspek dan

indikator sehingga butir yang dirumuskan tidak melenceng dari konstruknya.

2) Perbaikan dan pengembangan instrumen dengan memperhatikan masukan ahli:

a) Peneliti memperbaiki kalimat yang kurang jelas, perbaikan dilakukan agar kalimat mudah dipahami subjek yaitu siswa SMP Taman Dewasa Jetis


(71)

Yogyakarta kelas VII khususnya pada butir 3, 8, 15, 28 aspek 1 dan 2.

b) Peneliti kembali melihat indikator pada setiap aspek dan memperbaiki serta menganalisis tiap indikator sehingga merumuskan kembali menjadi indikator yang lebih jelas dan tidak berdekatan letaknya sehingga tidak ada yang maknanya sama antara kalimat

favorable dan unfavorable.

c) Peneliti memperbaiki tata letak dan penomoran pada tabel kisi-kisi instrumen agar lebih memudahkan ahli dalam memeriksa.

Tabel 4

Hasil Revisi Kuesioner Berdasarkan Telaah Ahli (Expert Judgement) No

Item

Item yang diperbaiki Perbaikan 3. Orang tua acuh ketika saya minta

dibelikan alat tulis

Orang tua acuh ketika saya minta dibelikan alat-alat belajar

8. Orang tua memberikan uang saku untuk saya

Orang tua memberikan uang saku untuk persiapan kebutuhan di sekolah

15. Orang tua marah ketika saya tidak belajar

Apabila saya lalai belajar orang tua mengingatkan saya untuk belajar 28. Orang tua membiarkan saya tetap

bermain game

Orang tua membiarkan saya menghabis-habiskan waktu untuk bermain game

Dari hasil penelaahan instrumen oleh ahli, serta perbaikan terhadap instrumen, dinyatakan bahwa instrumen siap untuk diuji coba kepada


(72)

 

subjek yang telah ditentukan karena sudah sesuai dengan konstruk kisi-kisinya.

b. Uji Empirik Kuesioner 1) Validitas Kuesioner

Setelah dilakukan uji coba terhadap instrumen (uji empirik) kepada siswa kelas VII di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta pada hari senin, 10 September 2012 diperoleh hasil perhitungan konsistensi internal butir pada setiap aspek dengan menggunakan rumus pearson

product moment dengan jumlah subjek (N) 34.

Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS. Keputusan ditetapkan berdasarkan nilai probabilitas (Pv), yaitu Pv yang < 0,05 dianggap memenuhi: apabila Pv > 0,05 maka item tidak memenuhi konsistensi internal, oleh sebab itu diputuskan untuk di drop. Dari hasil pemeriksaan konsistensi butir terhadap total di dapat bahwa 16 dari 50 butir pada kuesioner dinyatakan gugur atau tidak valid sehingga di drop karena hasil perhitungan korelasi menunjukkan Pv > 0,05. Data hasil uji konsistensi internal disajikan pada Lampiran 2.

2) Reliabilitas Kuesioner

Dari data hasil uji coba (empirik) kepada siswa kelas VII di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta pada hari senin, 10 September 2012 diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Spearman-Brown yaitu 0,94. Hasil perhitungan


(1)

81

 

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

84 

 

Usulan Topik-topik Bimbingan/Layanan Konsultasi

Bimbingan dan Konseling

Standar Kompetensi : Mencapai pendampingan belajar di rumah yang lebih optimal. Bidang Bimbingan Kompetensi Dasar Materi Layanan Konsultasi

Kegiatan Sasaran/Kelas Penilaian Waktu Sumber

Layanan Pribadi 1. Mampu

mengidenti fikasikan waktu yang dibutuhkan untuk mendampi ngi belajar anak.

1. Manajemen waktu 2.

Langkah-langkah untukmencipta kan jadwal yang diterapkan. Ceramah,sharing dan mengisi tabel waktu Orang tua siswa kelas VII Penilaian Jangka Panjang

1 JP Purwanto,

sigit. 2008. Manajemen Waktu. Jakarta: Erlangga. Taylor, harold. Manajemen Waktu. Jakarta: Binarupa Aksara Sosial 1. Mampu

menunjukk an sikap peduli untuk mendampi ngi anak dalam belajar di rumah

2. Kaitan Kepedulian Orang Tua terhadap Pendidikan Anak, Kelengkapan Fasilitas Belajar dan Aktivitas Ceramah,sharing dan tanya jawab

Orang tua siswa kelas VII Penilaian Jangka Panjang

1-2 JP http://cancer5 5.wordpress.c om/2011/06/2 9/hubungan- kepedulian- orang-tua- pada- pendidikan- anak-dan-


(3)

84 

 

Belajar Siswa

fasilitas- belajar-siswa- dengan-hasil-belajar-siswa/ (di unduh 9 desember 2012)  Karier 1. Orang tua

mampu memanfaat kan waktu luang sehingga waktu untuk mendampi ngi belajar anak di rumah terpenuhi

1. Mengidentifi kasi kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan sehari-hari 2. Mampu

membangun kebiasaan-kebiasaan yang belum produktif menjadi produktif Ceramah,sharing dan tanya jawab

Orang tua siswa kelas VII Penilaian Jangka Panjang

1-2 JP Tabloid Nova, edisi selasa 16 Oktober 2012          


(4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI