BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Padi
Dalam bahasa latin, padi disebut dengan “Oryza sativa L”. Tanaman semak semusim ini merupakan tanaman yang berbatang basah, dengan tingi antara 50cm-1,5m.
Batangnya tegak, lunak, beruas, berongga, kasar dan berwarna hijau. Padi mempunyai daun tunggal berbentuk pita yang panjangnya 15-30cm. Ujungnya
runcing, tepinya rata, berpelepah, pertulangan sejajar, dan berwarna hijau. Bunganya majemuk berbentuk malai. Buahnya seperti buah batu keras dan terjurai pada
tangkai. Setelah tua, warna hijau akan menjadi kuning. Bijinya keras, berbentuk bulat telur, ada yang berwarna putih atau merah. Butir-butir padi yang sudah lepas dari
tangkainya disebut gabah, dan yang sudah dibuang kulit luarnya disebut beras. Bila beras dimasak, maka namanya menjadi nasi, yang merupakan bahan makanan utama
bagi sebagian besar penduduk Indonesia Deptan, 2008. Menurut Yandianto 2003, kesuburan tanah merupakan syarat mutlak yang
dibutuhkan tanaman padi. Tanah subur, artinya cukup mengandung unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Tingkat kesuburan tanah cenderung bersifat
sementara. Artinya, pada suatu ketika kesuburan tanah dapat menurun bahkan hilang. Kesuburan tanah dapat berkurang antara lain disebabkan oleh:
1. Pengikisan air dan angin erosi. 2. penanaman terus-menerus tanpa pemeliharaan kesuburannya.
Universitas Sumatera Utara
3. pengolahan tanah yang salah. Akar pertama yang timbul dari radikula tidak lama hidupnya, dalam beberapa
hari akar pertama itu akan mati dan fungsinya sebagai penyerap air untuk kebutuhan kecambah, diambil alih oleh akar-akar yang bermunculan pada buku-buku batang
kecambah yang terbawah dari batang kecambah Sugeng, 2001.
2.1.2. Metode SRISystem of Rice Intensification
Upaya swadaya rakyat yang dikawal oleh semangat serta kiprah Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda DPKLTS selama tahun 2000-
2010 untuk mengangkat kesejahteraan petani melalui perbaikan produktivitas pertanian padi dengan metodeSystem of Rice IntensificationSRI mampu memanen
banyak manfaat yang sangat berarti Purwasasmita dan Sutaryat, 2012. Pola pertanian padi SRI System of Rice Intensification merupakan perpaduan
antara metode budidaya padi SRI yang pertamakali dikembangkan di Madagaskar, dengan metode budidaya padi organik dalam praktek pertanian organik. Metode ini
akan meningkatkan fungsi tanah sebagai media tumbuh dan sumber nutrisi tanaman. Dengan sistem SRI daur ekologis akan berlangsung dengan baik karena
memanfaatkan mikroorganisme tanah secara natural. Pada gilirannya keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan akan selalu terjaga. Di sisi lain, produk yang
dihasilkan dari metode ini lebih sehat bagi konsumen karena terbebas dari paparan zat kimia berbahaya Lubis, 2000.
Menurut Mutakin2005, SRI menjadi terkenal di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff Director CIIFAD. Pada tahun 1987, Uphoff mengadakan
Universitas Sumatera Utara
presentasi SRI di Indonesia yang merupakan kesempatan pertama SRI dilaksanakan di luar Madagaskar. Hasil metode SRI sangat memuaskan, di Madagaskar, pada
beberapa tanah tak subur yang produksi normalnya 2 tonha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 tonha, beberapa petani
memperoleh 10 – 15 tonha, bahkan ada yang mencapai 20 tonha. Metode SRI
minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya saja diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan
kemauan untuk bereksperimen. Dalam SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan diperlakukan seperti mesin yang dapat
dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya.
SRI System of Rice Intensification mengembangkan praktek pengelolaan padi yang memperhatikan kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik, terutama di
zona perakaran, dibandingkan dengan teknik budidaya cara tradisional. Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak sengaja di Madagaskar antara tahun 1983-1984
oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ. Seorang pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh penemuannya, metode ini
selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan Ie Systme de Riziculture Intensive yang disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris popular dengan namaSystem of Rice
Intensification yang disingkat SRI. Tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina
ATS, sebuah LSM Malagasy untuk memperkenalkan SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food, Agriculture and Development
CIIFAD, mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar
Universitas Sumatera Utara
Ranomafana NationalPark di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for
International Development. SRI telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri
Langka, dan Bangladesh dengan hasil yang positif Berkelaar, 2008. Menurut Berkelaar 2005, mulanya praktek penerapan SRI tampak “melawan arus”.
SRI menentang asumsi dan praktek yang selama ratusan bahkan ribuan tahun telah dilakukan. Kebanyakan petani padi menanam bibit yang telah matang umur 20-30
hari, dalam bentuk rumpun, secara serentak, dengan penggenangan air di sawah seoptimal mungkin disepanjang musim. Praktek ini seolah-olah mengurangi resiko
kegagalan bibit mati. Masuk akal bahwa tanaman yang lebih matang seharusnya mampu bertahan lebih baik. Penanaman dalam bentuk rumpun akan menjamin
beberapatanaman tetap hidup saat pindah tanam transplanting dan penanaman dalam air yang menggenang menjamin kecukupan air dan gulma sulit tumbuh.
Terlepas dari alasan tersebut, para petani yang menerapkan metode SRI belum menemukan resiko yang lebih besar daripada metode tradisional.
Menurut berkelaar 2008, ada 6 penemuan kunci penerapan SRI: 1. Bibit transplantasi lebih awal
Bibit padi transplantasi saat dua daun telah muncul pada batang muda, biasanya saat berumur 8-15 hari. Benih harus disemai pada petakan khusus dengan menjaga tanah
tetap lembab dan tidak tergenang air. Saat transplantasi dari petak semaian, harus hati-hati serta menjaga tetap lembab. Bibit harus ditransplantasikan secepat mungkin
setelah dipindahkan dari persemaian. Saat menanam benih di sawah, benamkan benih dalam posisi horizontal agar ujung-ujung akar tidak menghadap ke atas. Ujung akar
membutuhkan keleluasaan untuk tumbuh ke bawah. Transplantasi saat benih masih
Universitas Sumatera Utara
muda secara hati-hati dapat mengurangi guncangan dan meningkatkan kemampuan tanaman dalam memproduksi batang dan akar selama tahap pertumbuhan vegetatif.
Bulir padi dapat muncul pada malai. 2. Bibit ditanam satu per satu
Bibit ditanam satu per satu, tidak secara berumpun, yang terdiri dari dua atau tiga tanaman. Ini dimaksudkan agar tanaman memiliki ruang untuk menyebar dan
memperdalam perakaran. Sehingga tanaman tidak bersaing selalu ketat untuk memperoleh ruang tumbuh, cahaya atau nutrisi dalam tanah.
3. Jarak tanam Dibandingkan dengan baris yang sempit, bibit lebih baik ditanam dalam pola luasan
yang cukup luas dari segala arah. Ada beberapa ukuran jarak tanam pada SRI, yaitu: 25 cm x 25 cm, 30 cm x 30 cm dan 35 cm x 35 cm.
Untuk membuat jarak tanam lebih tepat, petani dapat meletakkan tongkat-tongkat di pinggir sawah, lalu diantaranya diikatkan tali melintasi sawah. Tali diberi tanda
interval yang sama, sehingga dapat menanam dalam pola segi empat. Dengan jarak tanam yang lebar ini, memberi kemungkinan lebih besar kepada akar untuk tumbuh
leluasa, tanaman juga akan menyerap lebih banyak sinar matahari, udara dan nutrisi. 4. Kondisi tanah
Secara tradisional penanamanpadi biasanya selalu digenangi air. Namun, sebenarnya air yang menggenang membuat sawah menjadi kekurangan oksigen bagi akar dan
tidak ideal untuk pertumbuhan. Akar padi akan mengalami penurunan bila sawah digenangi air, hingga mencapai ¾ total akar saat tanaman mencapai masa berguna.
Universitas Sumatera Utara
Dengan SRI, petani hanya memakai ½ dari kebutuhan air pada sistem tradisional yang biasa menggenangi tanaman padi. Tanah cukup dijaga tetap lembab selama
tahap vegetatif, untuk memungkinkan lebih banyak oksigen bagi pertumbuhan akar. Kondisi tidak tergenang yang dikombinasikan dengan pengairan mekanis, akan
menghasilkan lebih banyak udara masuk kedalam tanah dan akar berkembang lebih besar sehingga dapat menyerap nutrisi lebih banyak.
Pada tanaman padi sawah yang tergenang air, diakar padi akan terbentuk kantong udara yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen. Namun, karena kantong udara ini
mengambil 30-40 korteks akar, maka dapat berpotensi menghentikan penyaluran nutrisi dari akar ke seluruh bagian tanaman. Penggenangan dapat dilakukan sebelum
pendangiran untuk mempermudah pendangiran. Selain itu penggenangan air paling baik dilakukan pada sore hari, sehingga air yang berada di permukaan mulai
mengering keesokan harinya. Perlakuan ini membuat sawah mampu untuk menyerap udara dan tetap hangat sepanjang hari. Sebaliknya sawah yang digenangi air justru
akan memantulkan kembali radiasi matahari matahari yang berguna, dan hanya sedikit menyerap panas yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Dengan SRI,
kondisi tak tergenangi hanya dipertahankan selama pertumbuhan vegetatif. Selanjutnya setelah pembuangan, sawah digenangi air 1-3 cm seperti yang diterapkan
di praktek tradisioanal. Petak sawah diairi secara tuntas mulai 25 hari sebelum panen.
5. Pendangiran Pendangiran adalah usaha menggemburkan tanah disekitar tanaman untuk
memperbaiki struktur tanah yang berguna untuk perkembangan tanaman.
Universitas Sumatera Utara
Pendangiran dapat dilakukan dengan tangan atau alat sederhana. Para petani di Madagaskar beruntung setelah menggunakan alat pendengarin yang dikembangkan
oleh Internasional Rice ResearchInstitue sejak tahun 1960 an, yang mampu mengurangi tenaga kerja dan meningkatkan hasil panen. Alat ini mempunyai roda
putar bergerigi yang berfungsi untuk mengaduk tanah saat ditekan kebawah dan tidak merusak tanaman karena ada jarak diantara roda.
Pendangiran pertama dilakukan 10 atau 12 hari setelah transplantasi dan pendangiran ke dua setelah 14 hari. Minimal disarankan 2-3 kali pendangiran, namun jika
ditambah sekali atau dua kali lagi akan mampu meningkatkan hasil hingga satu atau 2 tonha. Hal ini disebabkan karena tidak hanya sekedar membersihkan gulma, tetapi
pengadukan tanah dapat memperbaiki struktur dan meningkatkan aerasi tanah. 6. Asupan organik
Awalnnya SRI dikembangkan dengan menggunakan pupuk kimia untuk meningkatkan hasil panen pada tanah-tanah tandus di Madagaskar. Tetapi saat subsidi
pupuk dicabut pada akhir tahun 1980 an, petani disarankan untuk menggunakan kompos, dan ternyata hasilnya lebih bagus. Kompos dapat dibuat dari macam-macam
sisa tanaman, seperti jerami, serasah tanaman dan dari bahan tanaman lainnya, dengan tambahan pupuk kandang bila ada. Daun pisang bias menambah unsur
potassium, daun tanaman kacang-kacangan dapat menambah unsur N. Kompos menambah nutrisi tanah secara perlahan-lahan dapat memperbaiki struktur tanah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Adopsi Petani terhadap Teknologi
Besarnya perhatian dan keyakinan Pemerintah Indonesia akan pentingnya sektor pertanian dapat dilihat dari kesungguhannya dalam membangun pertanian di
negara ini. Segala sarana dan prasarana pertanian disediakan, demikian pula segala kemudahan bagi petani, termasuk berbagai bentuk subsidi. Guna mencapai
peningkatan produksi, teknologi memang diperlukan, dan para petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke
penggunaan teknologi baru yang lebih maju Slamet, 2003. Adopsi petani terhadap teknologi pertanian sangat ditentukan dengan kebutuhan akan
teknologi tersebut dan kesesuaian teknologi dengan kondisi biofisik dan sosial budaya. Oleh karena itu, introduksi suatu inovasi teknologi baru harus disesuaikan
dengan kondisi spesifik lokasi. Adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak yang paling baik. Keputusan inovasi
merupakan proses mental, sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya kemudian mengukuhkannya
Suprapto dan Fahrianoor, 2004. Menurut Yusdja, dkk 2004, petani sebagai subjek utama yang menentukan kinerja
produktivitas usahatani yang dikelolanya. Secara naluri petani menginginkan usahataninya memberikan manfaat tertinggi dari sumber daya yang dikelolanya.
Produktivitas sumberdaya usahatani tergantung pada teknologi yang diterapkan. Menurut Ginting 2002, dalam penerimaan inovasi adopsi terdapat lima 5 tahapan
yang harus dilalui sebelum seseorang bersedia menerapkan inovasi yang diperkenalkan kepadanya, yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Sadar, adalah seseorang belajar tentang ide baru produk, atau praktek baru. Dia hanya mempunyai pengetahuan umum mengenai ide baru tersebut, tidak
mengetahui kualitasnya dan pemanfaatannya secara khusus. 2. Tertarik, adalah seseorang tidak hanya mempunyai pengetahuan keberadaan ide
baru itu, tapi ingin mendapatkan informasi lebih banyak dan lebih mendetail. 3. Penilaian, adalah seseorang menilai semua informasi yang diketahuinya dan
memutuskan apakah ide baru itu baik atau tidak untuknya. 4. Mencoba, adalah seseorang sekali dia putuskan bahwa dia menyukai ide tersebut,
dia kan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurun waktu yang lama dan dalam skala yang terbatas.
5. Adopsi atau menerapkan, adalah tahap seseorang meyakini akan kebenaran atau keunggulan juga mendorong penerapan orang lain, dan inovasi biasanya diadopsi
dengan cepat karena: 1. Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani.
2. Sesuai dengan nilai-nilai sosial adat setempat. 3. Tidak rumit.
4. Dapat dicoba dalam skala kecil. 5. Mudah diamati.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Adopsi