Teori Pengurangan Ketidakpastian Uncertainty Reduction Theory

menjelaskan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan, dan menjelaskan kerahasiaan 4. Tahap kerja Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat dan pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan komunikasi interpersonal. Perawat memfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus yaitu tentang keaadan pasien, dan keluhan- keluhan pasien. Selain itu hendaknya perawat juga melakukan komunikasi interpersonal yaitu, dengan seringnya berkomunikasi dengan pasien, mendengarkan keluhan pasien, memberikan semangat dan dorongan kepada pasien, serta memberikan anjuran kepada pasien untuk makan, minum obat yang teratur dan istirahat teratur, dengan tujuan adanya penyembuhan. 5. Tahap Terminasi Tahap ini merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari pertemuan antara perawat dengan pasien. Terminasi terbagi dua yaitu, terminasi sementara dan terminasi akhir. a. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan antara perawat dan pasien, dan sifatnya sementara, karena perawat akan menemui pasien lagi, apakah satu atau dua jam atau mungkin besok akan kembali melakukan interaksi. b. Terminasi akhir, merupakan terminasi yang terjadi jika pasien akan keluar atau pulang dari rumah sakit. Dalam terminasi akhir ini, hendaknya perawat tetap memberikan semangat dan mengingatkan untuk tetap menjaga dan meningkatkan kesehatan pasien. Sehingga komunikasi interpersonal perawat dan pasien terjalin dengan baik. Dan pada tahap ini akan terlihat apakah pasien merasa senang dan puas dengan perlakuan atau pelayanan yang diberikan perawat kepada pasien.

2.2.3 Teori Pengurangan Ketidakpastian Uncertainty Reduction Theory

Teori yang pertama kali dikembangkan oleh Berger dan Calabrese pada tahun 1975 ini adalah menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian antara orang-orang yang baru saling mengenal yang terlibat dalam percakapan. Teori pengurangan ketidakpastian membahas proses Universitas Sumatera Utara dasar bagaimana kita memperoleh pengetahuan mengenai orang lain melalui interaksi komunikasi Morissan, 2010. Menurut Berger, orang mengalami periode yang sulit ketika menerima ketidakpastian sehingga orang cenderung membuat perkiraan terhadap perilaku orang lain, dan karenanya ia akan termotivasi untuk mencari informasi mengenai orang lain. Upaya untuk mengurang ketidakpastian merupakan salah satu dimensi penting dalam upaya membangun hubungan relationship dengan orang lain. Morissan 2010. Ketika kita berkomunikasi, menurut Berger, kita membuat rencana untuk mencapai tujuan kita. Kita merumuskan rencana bagi komunikasi yang akan kita lakukan dengan orang lain berdasarkan tujuan dan informasi yang telah kita miliki. Semakin besar ketidakpastian maka kita akan semakin berhati-hati, kita akan semakin mengandalkan data yang kita miliki. Jika ketidakpastian itu semakin besar maka kita akan semakin cermat dalam merencanakan apa yang akan kita lakukan. Pada saat kita merasa sangat tidak pasti mengenai orang lain maka kita mulai mengalami krisis kepercayaan terhadap rencana kita sendiri dan kita mulai membuat berbagai rencana cadangan atau rencana alternatif lainnya dalam hal kita memberikan respon pada orang lain. Daya tarik dan keinginan berafiliasi yang ada pada diri individu memiliki hubungan positif dengan upaya mengurangi ketidakpastian. Misalnya ungkapan non verbal seseorang dapat mengurangi ketidakpastian orang lain,dan pengurangan ketidakpastian dapat meningkatkan ungkapan non verbal. Tingkat ketidakpastian yang tinggi akan menciptakan jarak, sebaliknya ketidakpastian yang rendah akan cenderung bersifat menyatukan. Ketika komunikator menemukan kesamaan dengan lawan bicaranya, maka ketertarikan di antara mereka akan meningkat dan kebutuhan mereka untuk mendapatkan lebih banyak informasi justru berkurang. Seringkali, perilaku orang lain dapat mengurangi ketidakpastian yang kita rasakan, dan kita tidak merasakan kebutuhan untuk mendapatkan informasi tambahan. Hal ini khususnya benar dalam hal keterlibatan kita terbatas hanya pada situasi tertentu dan kita sudah memiliki seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memahami perilaku orang lain pada situasi itu. Namun pada situasi yang Universitas Sumatera Utara berbeda, kita merasakan kebutuhan yang semakin besar untuk mendapatkan lebih banyak informasi mengenai orang bersangkutan, misalnya situasi yang menunjukkan orang lain memiliki perilaku yang tidak normal, adanya harapan kita akan bertemu lagi dengan orang lain itu pada waktu yang akan datang, atau adanya harapan pertemuan itu akan menimbulkan keuntungan atau kerugian. Tiga kondisi inilah yang akan mendorong orang untuk berupaya mendapatkan lebih banyak informasi mengenai orang lain. Dalam hal ini, Richard West dan Lynn H. Turner dalam buku Introducing Communication theory mendefenisikan perkiraan sebagai kemampuan untuk memperkirakan pilihan perilaku yang akan dipilih dari sejumlah pilihan yang ada pada diri seseorang atau rekan bicara. the ability to forecast the behavioral options likely to be chosen from a range of possible option available to onself or to a relational partner adalah serangkaian upaya untuk melakukan interpretasi makna tindakan yang telah lalu dalam suatu hubungan to interpet the meaning of mpast actions in a relationship. Kedua konsep ini, yakni prediksi dan penjelasan, menjadi dua komponen utama dalam proses pengurangan ketidakpastian. Morrisan, 2010. Berger dan Calabrese menyatakan bahwa komunikasi adalah instrumen untuk mengurangi ketidakpastian terhadap lawan bicara yang baru dikenal. Pada gilirannya, ketidakpastian yang berkurang akan menciptakan kondisi yang kondusif bagi berkembangnya hubungan interpersonal Aksioma Teori Pengurangan Ketidakpastian Richard West, 2009:179 a. Aksioma 1: Dengan adanya tingkat ketidakpastian yang tinggi pada permulaan fase awal, ketika jumlah komunikasi verbal antara dua orang asing meningkat, tingkat ketidakpastian dalam suatu hubungan akan menurun. b. Aksioma 2: Ketika ekspresi non verbal meningkat, tingkat ketidakpastian menurun dalam interaksi awal. Selain itu, penurunan tingkat ketidakpastian akan menyebabkan peningkatan ekspresi non verbal. c. Aksioma3: Tingkat ketidakpastian yang tinggi menyebabkan meningkatnya perilaku pencarian informasi dan ketika tingkat ketidakpastian menurun, perilaku pencarian informasi juga menurun. Universitas Sumatera Utara d. Aksioma 4: Tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam sebuah hubungan menyebabkan penurunan tingkat keintiman dari isi komunikasi. e. Aksioma 5: Ketidakpastian yang tingkat tinggi menghasilkan tingkat resiprositas yang tinggi. Tingkat ketidakpastian yang rendah menghasilkan tingkat resiprositas yang rendah pula f. Aksioma 6: Kemiripan diantara orang akan mengurangi ketidakpastian, sementara ketidakmiripan akan meningkatkan ketidakpastian. g. Aksioma 7: Peningkatan tingkat ketidakpastian akan menghasilkan penurunan dalam kesukaan, penurunan dalam ketidakpastian menghasilkan peningkatan dalam kesukaan. h. Aksioma 8: Ketidakpastian berhubungan secara dengan interaksi dalam jaringan sosial. Makin orang berinteraksi dengan teman dan anggota keluarga dari mitra hubungan mereka, makin sedikit ketidakpastian yang mereka alami. 2.2.4Penetrasi Sosial Teori penetrasi sosial yang dikemukakan oleh Irwin Altman dan Dalman Taylor merupakan teori yang menggambarkan suatu pola dalam pengembangan hubungan. Teori ini merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi superficial ataupun komunikasi yang tidak akrab ,menjadi komunikasi yang lebih intim. Menurut Altman dan Taylor, keintiman di sini lebih dari sekedar keintiman secara fisik, dimensi lain dari keintiman termasuk intelektual dan emosional dan hingga pada batasan dimana pasangan melakukan aktivitas bersama. Altman dan Taylor percaya bahwa hubungan orang sangat bervariasi dalam penetrasi sosial mereka. Dari suami-istri, supervisor-karyawan, pasangan main golf, dokter-pasien, hingga para teoritikus menyimpulkan bahwa hubungan “melibatkan tingkatan berbeda dari perubahan keintiman atau tingkat penetrasi sosial” WestTurner, 2008 : 196 Asumsi Teori Penetrasi Sosial WestTurner, 2008 : 197 1. Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim. Hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superficial dan bergerak pada sebuah kontinum menuju tahapan yang lebih intim. Perbincangan awal seseorang yang mungkin terlihat tidak penting, tetapi lama Universitas Sumatera Utara kelamaan sejalan dengan waktu hubungan ini mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih intim. 2. Secara umum, perkembangan hubungan sistematis dapat diprediksi. Asumsi kedua dari teori penetrasi sosial, berhubungan dengan prediktabilitas. Secara khusus para teoritikus berpendapat bahwa hubungan-hubungan berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi. 3. Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi penarikan diri dan disolusi. Asumsi ketiga menyatakan bahwa hubungan dapat menjadi berantakan, atau menarik diri dan kenunduran ini dapat menyebabkan terjadinya disolusi hubungan. 4. Pembukaan diri self-disclosure adalah inti dari perkembangan hubungan. Menurut Altman dan Taylor, hubungan yang tidak intim bergerak menuju hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri. Membuka diri dapat membuat hubungan yang tadinya tidak terlalu akrab menjadi akrab. Teori ini membahas tentang bagaimana proses seseorang komunikator mendekati komunikan. Ketika seseorang ingin mengenal lebih jauh lawan bicaranya. Altman dan Taylor membahas teori ini seperti analogi kulit bawang. Setiap manusia disini dianalogikan seperti bawang. Dimana terdapat banyak lapisan-lapisan berbentuk lingkaran dari sebuah bawang yang mewakili berbagai aspek dari kepribadian seseorang. Lapisan terluar dari diri sesorang disebut dengan citra publik public image yakni informasi diri tentang fisik rambut, bentuk wajah, warna kulit, tinggi badan, usia, nama. Jadi, ketika seseorang ingin lebih mengenal orang lebih jauh pasti melakukan pendekatan dengan bertahap. Sedangkan lapisan terdalam adalah informasi diri yang tidak sembarangan orang mengetahui. Tahapan proses penetrasi sosial West Turner, 2008 : 205 1. Orientasi : Membuka sedikit demi sedikit Tahap paling awal dari interaksi, disebut sebagai tahap orientasi, yang terjadi pada tingkat publik, yang hanya sedikit mengenai diri kita yang terbuka untuk orang lain. Selama tahapan ini, pertanyaan-pertanyaan yang dibuat biasanya hanya hal-hal klise dan merupakan gambaran hal-hal yang bersifat tidak akrab dari seorang inidividu. Dan biasanya pada tahapan ini orang bertindak Universitas Sumatera Utara sesuai dengan cara yang dianggap baik secara sosial dan berhati-hati untuk tidak melanggar harapan sosial. 2. Pertukaran penjajakan afektif : Munculnya diri Pada tahap ini satu sama lain masing-masing berhati-hati untuk tidak membuka diri terlalu banyak. Tahap ini merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul 3. Pertukaran afektif : Komitmen dan kenyamanan Pada tahap ini ditandai oleh persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim. Dimana dalam tahapan ini komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu membuat keputusan yang cepat, seringkali dengann sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan. Tahap ini menggambarkan komitmen lebih lanjut kepada individu lainnya. 4. Pertukaran stabil : Kejujuran total dan keintiman Tahap pertukaran stabil berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi. Pada tahap ini hubungan berada dalam tingkat keintiman yang tinggi.

2.2.5. Pengungkapan diri

Dokumen yang terkait

Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul Dan Rumah Sakit Umum Hkbp Balige

36 254 83

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

3 61 149

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis untuk Memotivasi Komunikasi Antarpribadi Antara Fisioterapis Dan Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioter

5 10 13

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis Untuk Memotivasi Pasien Penyakit Stroke di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta) Komunikasi Antarpribadi Antara Fisioterapis Dan Pasien (St

0 3 13

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Konselor terhadap KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Konselor terhadap ODHA di Klinik Vol

0 2 14

Komunikasi Antarpribadi Pasien Danperawat (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Pasienrawat Inap Dan Perawat (Terapeutik) Di Rumah Sakit Setiabudi Medan)

0 1 11

Komunikasi Antarpribadi Pasien Danperawat (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Pasienrawat Inap Dan Perawat (Terapeutik) Di Rumah Sakit Setiabudi Medan)

0 0 1

Komunikasi Antarpribadi Pasien Danperawat (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Pasienrawat Inap Dan Perawat (Terapeutik) Di Rumah Sakit Setiabudi Medan)

0 0 9

Komunikasi Antarpribadi Pasien Danperawat (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Pasienrawat Inap Dan Perawat (Terapeutik) Di Rumah Sakit Setiabudi Medan)

0 0 2

Komunikasi Antarpribadi Pasien Danperawat (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Pasienrawat Inap Dan Perawat (Terapeutik) Di Rumah Sakit Setiabudi Medan)

0 1 23