Tabel 3.1. Kontribusi dari Para Stakeholder Lanjutan Pihak yang Berkepentingan
Stakeholder Kontribusi Contribution
Karyawan Employees a. Fleksibilitas flexibility
b. Keterampilan ganda multiskilling c. Sumbang saran suggestions
Pemasok Suppliers
a. Sub pemasok yang lebih luas more outsourcing
b. Pedagang yang lebih sedikit fewer vendors
c. Solusi yang menyeluruh total solutions
d. Integrasi integration
Pemerintah Regulators a. Konsistensi yang adil cross border
consistency b. Saran-saran nonformal informal advices
c. Keterlibatan lebih awal early involvement
Masyarakat Communities a. Ketersediaan tenaga kerja terampil skill
employment pool b. Hibah-hibah grants
c. Dukungan support
Kelompok Pesaing Pressure Groups a. Kerjasama yang lebih erat closer
cooperation b. Berbagi penelitian shared research
Mitra Alliance Partners a. Saling menjual dan membeli cross
selling b. Pengembangan yang saling mendukung
co-development c. Berbagi ongkos cost sharing
Sumber: Wibosono, Dermawan. 2006
Universitas Sumatera Utara
Bukan merupakan suatu yang sederhana untuk dapat memenuhi semua permintaan dan kepentingan stakeholder dalam sebuah kerangka Sistem
Manajemen Kinerja. Permasalahan yang sering muncul adalah: 1.
Perusahaan gagal menerjemahkan keinginan dan kebutuhan wants and needs dari setiap stakeholder.
2. Adanya ketidakcocokan antara keinginan dan kebutuhan wants and needs
perusahaan dengan masing-masing stakeholder, bahkan sering kali menimbulkan pilihan yang saling kontradiksi.
3. Ukuran kinerja yang digunakan tidak sesuai dengan strategi, proses, dan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan wants dan needs tersebut.
3.3. Dasar Perancangan Sistem Manajemn Kinerja
Brian Maskell 1981 mengajukan 7 kriteria yang sebaiknya dipenuhi perusahaan dalam merancang sistem baru manejemen kinerja agar dapat menjadi
perusahaan kelas dunia. Ketujuh kriteria tersebut adalah: 1.
Sistem manajemen kinerja yang dirancang hendaknya berkaitan langsung
dengan strategi perusahaan.
2. Variabel-variabel sebaiknya diukur menggunakan ukuran-ukuran nonfinansial.
3. Sistem manajemen kinerja yang dirancang harus fleksibel dan dapat bervariasi
tergantung dari lokasi perusahaan.
4. Sistem manajemen kinerja yang dirancang harus dinamis, selalu diperbaharui
seiring dengan perubahan waktu.
Universitas Sumatera Utara
5. Sitem manajemen kinerja yang dirancang harus sesederhana mungkin dan
mudah dioperasikan.
6. Dalam sitem manajemen kinerja tersebut harus dimungkinkan adanya umpan
balik yang cepat bagi operator dan manajer yang bertanggung jawab, agar dapat diambil tindakan sesegera mungkin dalam pelaksanaan proses
perbaikan.
7. Sistem manajemen kinerja yang dirancang harus ditujukan untuk proses
perbaikan bukan sekedar untuk pemantauan.
3.4. Pengukuran Kinerja dengan Metode Performance Prism