Resin Akrilik Polimerisasi Panas

13 kimia berfungsi untuk mengaktifkan benzoil peroksida yang terdapat didalam polimer sehingga dapat terjadi proses polimerisasi. Aktivator kimia yang biasa digunakan adalah amina tersier, contohnya adalah dimetil paratoluidin. Kekuatan resin akrilik swapolimerisasi cukup rendah, stabilitas warna yang kurang baik, dan jumlah monomer sisa yang dihasilkan lebih banyak daripada RAPP. 8-10,30,45,46 c. Resin akrilik polimerisasi microwave dapat menghasilkan basis resin akrilik dengan kualitas yang sama dengan RAPP hanya dengan membutuhkan waktu tiga menit saja. Resin akrilik dicampur dalam bubuk yang tepat dan dalam waktu yang sangat singkat sekitar 3 menit dengan energi microwave sebesar 500-600 W. Kontrol yang cermat pada waktu dan jumlah watt dari oven adalah penting untuk menghasilkan resin bebas pori dan memastikan polimerisasi lengkap. 30 d. Resin akrilik polimerisasi panas RAPP adalah resin yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan dengan menggunakan perendaman air di dalam waterbath atau dengan energi microwave. 9,10

2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Wright pada tahun 1937 sebagai bahan basis gigi tiruan dan sejak tahun 1946 banyak dipergunakan oleh praktisi dokter gigi untuk membuat basis gigi tiruan yaitu 98. 8,9,47

2.3.1 Komposisi

Komposisi RAPP terdiri dari: 1,8-12,30,46 a. Bubuk powder - Polimer: komponen utama bubuk adalah butiran polimetil metakrilat PMMA dengan diameter 100 µm dan massa jenis 1,19 gcm 3 . - Inisiator: benzoil peroksida 0,5, inisiator memulai proses polimerisasi. - Pigmenpewarna: merkuri sulfida menghasilkan warna merah, kadmium sulfida menghasilkan warna kuning, ferric oksida 1 menghasilkan warna coklat. - Plasticizer: dibutil ftalat. Universitas Sumatera Utara 14 - Opacifier: titanium dioksida atau zink oksida. b. Cairan liquid - Monomer: komponen utama cairan adalah monomer metal metakrilat MMA yang tidak berwarna, tidak kental dengan titik didih 100.3 C, dan bau menyengat yang disebabkan tekanan penguapan yang relatif tinggi pada suhu ruangan - Cross-linking agent: etilen glikoldimetakrilat 10 yang berperan dalam pembentukan rantai polimer dan mengurangi daya larut dalam pelarut organik. - Inhibitor: hydroquinone 1 yang berfungsi untuk mencegah reaksi polimerisasi berlangsung lebih cepat atau setting dari cairan selama penyimpanan.

2.3.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression-moulding. Proses manipulasi RAPP dengan teknik compression-moulding antara lain: 1,8,9,30,47 a. Perbandingan monomer dan polimer Bubuk dan cairan dicampur dengan perbandingan 3:1 satuan volume atau perbandingan 2:1 satuan berat. 8,30 b. Proses pencampuran polimer dan monomer Bubuk dan cairan dengan rasio yang tepat dicampur di dalam wadah yang bersih, kering dan tertutup lalu dicampurkan hingga homogen. Setelah pencampuran bubuk dan cairan pada RAPP, maka akan melewati lima tahapan yaitu: 1,8,9 1. Tahap basah: campuran seperti pasir wet sand stage. Pada tahap ini secara bertahap polimer bercampur dengan monomer. 2. Tahap lengket: campuran seperti berserat, berbenang tacky fibrous. Pada tahap ini polimer larut dalam monomer sticky stage. 3. Tahap lembut: campuran seperti adonan mudah diangkat dan tidak lengket lagi. Pada tahap ini monomer sudah larut seluruhnya ke dalam polimer. Waktu yang tepat dan sesuai untuk diisi ke dalam mold dough stagegel stage. Universitas Sumatera Utara 15 4. Tahap karet: campuran seperti karet rubbery stage dan tidak bisa dimasukkan lagi ke dalam mold. Pada tahap ini monomer sudah tidak dapat bercampur dengan polimer lagi. 5. Tahap kaku: tahap dimana akrilik tidak dapat dibentuk lagi stiff stage. c. Proses pengisian dalam mold Pengisian dalam mold dilakukan pada fase dough stage yaitu setelah pengisian dilakukan pres hidrolik sebanyak dua fase. Fase pertama yaitu dengan tekanan 1000 psi supaya mold terisi secara padat dan kelebihannya dibuang dengan lekron. Fase kedua dilakukan pengepresan dengan tekanan sebesar 2200 psi dan dibiarkan pada suhu kamar selama 30-60 menit. d. Proses kuring Proses kuring dilakukan dua tahap. Tahap pertama dilakukan dalam waterbath pada suhu 70 C selama 90 menit dan dilanjutkan ke tahap kedua yaitu pada suhu 100 C selama 30 menit sesuai dengan JIS Japan Industrial Standard. 1 Menurut spesifikasi ADA American Dental Association No.12 tahun 1999, proses polimerisasi RAPP dilakukan dengan memanaskan kuvet dalam waterbath selama 90 menit pada suhu 74 C, kemudian suhu dinaikkan menjadi 100 C selama 30 menit. 47 e. Proses pendinginan dan penyelesaian Setelah proses kuring selesai, kuvet dikeluarkan dari waterbath dan dibiarkan hingga mencapai suhu kamar, lalu resin akrilik dikeluarkan dari mold kemudian dirapikan dan dihaluskan permukaannya dengan menggunakan bur dan kertas abrasif.

2.3.3 Keuntungan

Basis gigi tiruan RAPP memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1,9-11,30 1. Biokompatibilitas baik 2. Stabilitas warna baik sehingga lebih estetis 3. Mudah dimanipulasi, dapat direparasi, dan mudah dipoles 4. Harga yang relatif murah 5. Stabil dan tidak larut dalam cairan rongga mulut 6. Perubahan dimensi RAPP kecil Universitas Sumatera Utara 16 7. Ikatan terhadap anasir gigi tiruan baik 8. Menggunakan perlekatan sederhana dan adhesi ke gigi tiruan resin kuat 9. Tidak berasa dan tidak berbau

2.3.4 Kerugian

Basis gigi tiruan RAPP juga memiliki beberapa kerugian antara lain: 1,8,11,30 1. Konduktivitas termal yang rendah 2. Kekuatan impak dan kekuatan transversal yang rendah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perendaman Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Daun Sirsak Dan Klorheksidin Terhadap Jumlah Candida albicans

9 46 85

Pengaruh Perendaman Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Vinegar Apel dan Sodium Hipoklorit terhadap Jumlah Candida albicans

0 1 16

Pengaruh Perendaman Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Vinegar Apel dan Sodium Hipoklorit terhadap Jumlah Candida albicans

0 0 2

Pengaruh Perendaman Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Vinegar Apel dan Sodium Hipoklorit terhadap Jumlah Candida albicans

0 1 8

Pengaruh Perendaman Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Vinegar Apel dan Sodium Hipoklorit terhadap Jumlah Candida albicans

0 0 30

Pengaruh Perendaman Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Vinegar Apel dan Sodium Hipoklorit terhadap Jumlah Candida albicans

1 6 6

Pengaruh Perendaman Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Vinegar Apel dan Sodium Hipoklorit terhadap Jumlah Candida albicans

0 1 8

Pengaruh Perendaman Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Daun Sirsak Dan Klorheksidin Terhadap Jumlah Candida albicans

0 1 14

Pengaruh Perendaman Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Daun Sirsak Dan Klorheksidin Terhadap Jumlah Candida albicans

0 0 2

Pengaruh Perendaman Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Daun Sirsak Dan Klorheksidin Terhadap Jumlah Candida albicans

1 1 7