BAB 5 PEMBAHASAN
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan menggunakan desain post test only control group.
Penelitian eksperimental merupakan penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan pengaruh yang timbul sebagai akibat adanya pemberian perlakuan
tertentu antara variabel bebas yaitu basis gigi tiruan RAPP yang direndam dalam vinegar apel 5 dan vinegar apel 6,23 kemudian dibandingkan dengan sodium
hipoklorit 1 sebagai kontrol positif dan NaCl 0,9 sebagai kontrol negatif dengan variabel terikat yaitu jumlah Candida albicans.
5.1 Jumlah Candida albicans Setelah Dilakukan Perendaman Basis Gigi Tiruan RAPP dalam Vinegar Apel 5, Vinegar Apel 6,23, Sodium Hipoklorit
1, dan NaCl 0,9 Selama 8 Jam
Jumlah Candida albicans dari kelompok A, kelompok B, kelompok C, dan kelompok D didapatkan dengan cara melakukan penghitungan koloni pada basis gigi
tiruan RAPP yang direndam dalam vinegar apel 5, vinegar apel 6,23, sodium hipoklorit 1, dan NaCl 0,9 selama 8 jam dengan menggunakan alat colony
counter dalam satuan CFUml. Pada tabel 5 menunjukkan nilai yang bervariasi dimana pada basis gigi tiruan
RAPP yang direndam dalam vinegar apel 5 jumlah Candida albicans tertinggi yaitu 4 x 100 CFUml dan terendah yaitu 1 x 100 CFUml, sedangkan pada kelompok yang
direndam dalam vinegar apel 6,23 jumlah Candida albicans tertinggi yaitu 2 x 100 CFUml dan terendah yaitu 0 x 100 CFUml. Pada basis gigi tiruan RAPP yang
direndam dalam sodium hipoklorit 1 jumlah Candida albicans tertinggi yaitu 2 x 100 CFUml dan terendah yaitu 0 x 100 CFUml, sedangkan pada kelompok yang
direndam dalam NaCl 0,9 jumlah Candida albicans tertinggi yaitu 1021 x 100 CFUml dan terendah yaitu 798 x 100 CFUml. Perbedaan jumlah koloni Candida
Universitas Sumatera Utara
albicans yang tersisa pada setiap kelompok disebabkan karena kemampuan yang berbeda antara vinegar apel 5, vinegar apel 6,23, sodium hipoklorit 1, dan NaCl
0,9 terhadap penurunan jumlah Candida albicans, hal ini kemungkinan dapat disebabkan pada saat proses penyelesaian akhir lempeng uji RAPP sebagai sampel
yaitu adanya perbedaan kualitas lempeng uji RAPP karena permukaan RAPP yang dihaluskan hanya dengan kertas abrasif secara manual sehingga menyebabkan
permukaan sampel RAPP tidak mendapatkan penekanan yang sama rata. Permukaan sampel RAPP yang kasar karena tidak dipoles merupakan tempat retensi bagi
Candida albicans. Perbedaan nilai tersebut kemungkinan juga dapat disebabkan karena cara menggetarkan tabung reaksi Sabouraud’s Dextrose Broth untuk
melepaskan Candida albicans yang melekat pada sampel RAPP dengan alat getar vortex yang tidak sama untuk setiap sampel sehingga dapat menyebabkan Candida
albicans yang terlepas dari sampel juga menjadi tidak sama rata. Perbedaan jumlah Candida albicans pada setiap sampel kemungkinan juga dapat disebabkan pada saat
pembenihan suspensi Candida albicans dari media Sabouraud’s Dextrose Broth ke Sabouraud’s Dextrose Agar yang cairan tersebut tidak diteteskan semuanya dan
penyebaran suspensi Candida albicans ke seluruh permukaan media tidak sama pada setiap sampel sehingga kemungkinan dapat menyebabkan Candida albicans yang
tumbuh pada setiap sampel juga menjadi tidak sama rata.
5.2 Pengaruh Perendaman Basis Gigi Tiruan RAPP dalam Vinegar Apel 5, Vinegar Apel 6,23, Sodium Hipoklorit 1, dan NaCl 0,9 Selama 8 Jam
terhadap Jumlah Candida albicans
Pada tabel 6 menunjukkan nilai rerata dan standar deviasi kelompok yang direndam dalam vinegar apel 5 adalah 183,33 ± 116,905 dan kelompok yang
direndam dalam vinegar apel 6,23 adalah 83,33 ± 98,319. Nilai rerata dan standar deviasi kelompok C direndam dalam sodium hipoklorit 1 adalah 50,00 ± 83,666
dan kelompok D direndam dalam NaCl 0,9 adalah 92050,00 ± 7997,437. Jumlah Candida albicans pada kelompok vinegar apel 5, vinegar apel 6,23, sodium
hipoklorit 1, dan NaCl 0,9 yang didapat sangat bervariasi, dimana ada data yang
Universitas Sumatera Utara
terlalu tinggi dan ada data yang terlalu rendah dari rata-rata, dapat dilihat dari hasil tes Homogeneity of Variances, menunjukkan distribusi data tidak normal dan nilai
data varian yang tidak sama, sehingga untuk memastikan nilai p dilakukan uji Kruskal-Wallis. Dari hasil analisis Kruskal-Wallis terbukti bahwa jumlah Candida
albicans pada kelompok vinegar apel 5, vinegar apel 6,23, sodium hipoklorit 1, dan NaCl 0,9 memiliki perbedaan secara signifikan p 0,05.
Hasil uji statistik dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh perendaman basis gigi tiruan RAPP dalam vinegar apel selama 8 jam terhadap jumlah
Candida albicans. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada pengaruh perendaman basis gigi tiruan RAPP dalam NaCl 0,9 selama 8 jam terhadap jumlah
Candida albicans. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan vinegar apel seperti asam asetat, asam malat, senyawa polifenol yang berasal dari buah apel yaitu tanin
dan flavonoid yang mempunyai efek menekan pertumbuhan jamur dan bakteri sehingga vinegar apel bisa diharapkan sebagai antiseptik di dalam rongga mulut yang
dapat menyebabkan penurunan terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigi tiruan RAPP. Menurut penelitian Ostrosky EA, dkk. 2008 bahwa kandungan asam
asetat dalam vinegar akan menunjukkan mekanisme kerja yang dapat menyebabkan potensi hidrogen menjadi berkurang untuk memfasilitasi terjadinya difusi asam,
sehingga asam asetat dapat melintasi membran plasma dari sel jamur dan menyebabkan terjadinya apoptosis sel Candida albicans.
16,38
Sementara, menurut Suskovic Hs, dkk. 2010 terjadi pengaruh penghambatan oleh asam asetat terhadap
enzim 14 α-lanosterol-demethylase yang terlibat dalam pembentukan ergosterol pada
Candida albicans yang sangat penting untuk mempertahankan integritas membran plasma jamur.
16
Penelitian Phillips AJ, dkk. 2006 menunjukkan bahwa vinegar yang memiliki kandungan asam asetat dengan dosis rendah dapat berefek fungisida yaitu
menginduksi apoptosis dan menyebabkan kematian sel Candida albicans.
17,20
Oleh karena itu, vinegar apel dapat menjadi pilihan bahan pembersih gigi tiruan sebagai
salah satu dari perawatan alternatif pada pasien denture stomatitis.
15
Studi selanjutnya Komiyama EY, dkk. 2012 telah membuktikan adanya aktivitas antifungi dari
vinegar.
23
Vinegar apel juga mengandung senyawa polifenol salah satunya adalah
Universitas Sumatera Utara
tanin dan flavonoid yang besarnya kandungan pada buah apel dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti varietas, pemanenan, penyimpanan, dan pengolahan buah
apel. Tanin merupakan kumpulan poli hidroksil senyawa polifenol yang bersifat koloid dan merupakan asam lemah. Tanin dapat berperan sebagai bakteriostatik dan
fungistatik. Menurut American Dental Association ADA 1998 bahwa tanin
memiliki kandungan zat yang dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit gingiva yang disebabkan oleh tumpukan plak.
33
Sifat antifungi tanin diketahui dari kemampuannya dalam mengganggu struktur membran sel dan menghambat proses
reproduksi vegetatif Candida albicans. Menurut Ratnasari A, dkk. 2013 bahwa tanin dapat menghambat biosintesis ergosterol yang merupakan sterol utama dalam
membran sel Candida. Sterol ini bertanggung jawab atas fluiditas dan permeabilitas membran, sehingga jika sterol tidak terbentuk maka membran sel Candida akan
terganggu fungsinya.
40
Flavonoid juga termasuk ke dalam senyawa polifenol. Konsentrasi polifenol berbeda antara kulit dan daging buah apel.
33
Pada kulit apel terdapat kandungan flavonoid turunan senyawa polifenol seperti kuersetin,
phloridzin, asam klorogenik dan katekin. Daging buah apel juga mengandung senyawa-senyawa tersebut, tetapi dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan pada
kulit buah apel. Katekin merupakan golongan flavonoid yang memiliki peran sebagai
agen antifungi. Studi in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa flavonoid memiliki
aktivitas antimikroba yaitu dengan mendenaturasi ikatan protein sehingga membran sel Candida albicans menjadi lisis. Akibatnya sel tersebut masuk ke dalam inti sel
sehingga jamur tidak berkembang.
31,36,40,41
Pada tabel 6 menunjukkan nilai rerata dan dan standar deviasi dari masing- masing kelompok. Terlihat bahwa kelompok sodium hipoklorit 1 memiliki jumlah
Candida albicans yang lebih sedikit daripada kelompok kontrol. Dari hasil analisis uji Kruskal-Wallis terbukti bahwa jumlah Candida albicans pada kelompok sodium
hipoklorit 1 dan NaCl 0,9 berbeda secara signifikan p 0,05. Hasil uji statistik dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh perendaman basis gigi tiruan
RAPP dalam sodium hipoklorit 1 selama 8 jam terhadap jumlah Candida albicans karena sodium hipoklorit termasuk golongan halogen yang berbahan dasar klorin atau
Universitas Sumatera Utara
senyawa toksik yaitu N-chloro. Larutan ini merupakan desinfektan derajat tingkat tinggi karena sangat aktif pada semua bakteri, virus, jamur, parasit, dan beberapa
spora. Saat dilakukan perendaman basis gigi tiruan RAPP dalam sodium hipoklorit
1, maka larutan tersebut akan membentuk asam hipoklorit yang akan melepaskan klorin. Klorin yang dilepaskan akan menempel pada lipoprotein dinding sel jamur
yang terdapat pada permukaan basis gigi tiruan RAPP tersebut dan kemudian akan membentuk senyawa toksik yaitu N-chloro yang dapat menggangu pembelahan sel,
menghentikan regenerasi sel dan mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah Candida albicans.
27
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jafari AA, dkk. 2012 yang melaporkan mengenai mekanisme kerja dari sodium
hipokorit 1 di dalam sebuah larutan yaitu akan membentuk asam hipoklorit HOCl dan oxychloride OCl yang akan mengoksidasi kelompok sulfhidril -SH dari asam
amino dan protein untuk menghasilkan bentuk disulfida SS yang efektif menghilangkan 100 Candida albicans pada penelitian ini.
20,27
5.3 Perbedaan Pengaruh antara Perendaman Basis Gigi Tiruan RAPP dalam Vinegar Apel 5, Vinegar Apel 6,23, dan Sodium Hipoklorit 1
Selama 8 Jam terhadap Jumlah Candida albicans
Pada tabel 7 menunjukkan rata-rata perbedaan dan tingkat signifikansi antara kelompok yang direndam dalam vinegar apel 5, kelompok yang direndam dalam
vinegar apel 6,23, kelompok yang direndam sodium hipoklorit 1 dan kelompok yang direndam dalam NaCl 0,9. Dari tabel 7 terlihat bahwa nilai rata-rata
perbedaan jumlah Candida albicans antara kelompok yang direndam dalam vinegar apel 5 dengan kelompok yang direndam dalam vinegar apel 6,23 sebesar 100,000
p = 0,155 dan kelompok yang direndam dalam vinegar apel 5 dengan kelompok yang direndam dalam sodium hipoklorit 1 sebesar 133,333 p = 0,037. Sedangkan,
pada kelompok vinegar apel 5 dengan NaCl 0,9 sebesar 91966,667 p = 0,004. Pada tabel 7 menunjukkan nilai rata-rata perbedaan jumlah Candida albicans
antara kelompok yang direndam dalam vinegar apel 6,23 dengan kelompok yang direndam dalam sodium hipoklorit 1 sebesar 33,333 p = 0,527 dan kelompok
Universitas Sumatera Utara
yang direndam dalam vinegar apel 6,23 dengan NaCl 0,9 sebesar 91966,667 p = 0,004. Sedangkan, nilai rata-rata perbedaan jumlah Candida albicans antara
kelompok sodium hipoklorit 1 dengan NaCl 0,9 sebesar 92000,000 p = 0,003. Dari hasil uji Mann-Whitney, didapatkan bahwa pada tingkat signifikansi 5
rata-rata perendaman basis gigi tiruan RAPP dalam vinegar apel 5 dan vinegar apel 6,23 tidak ada perbedaan secara signifikan p 0,05 tabel 7. Hal ini disebabkan
karena adanya kandungan vinegar apel seperti asam asetat, asam malat, senyawa polifenol yang berasal dari buah apel yaitu tanin dan flavonoid yang mempunyai efek
menekan pertumbuhan jamur dan bakteri sehingga vinegar apel bisa diharapkan sebagai antiseptik di dalam rongga mulut yang dapat menyebabkan penurunan
terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigi tiruan RAPP. Penelitian Phillips AJ, dkk. 2006 menunjukkan bahwa vinegar yang memiliki kandungan asam asetat
dengan dosis rendah dapat berefek fungisida yaitu menginduksi apoptosis dan menyebabkan kematian sel Candida albicans.
17,20
Azuma, dkk. 2006 melakukan analisis terhadap perbedaan konsentrasi pada beberapa jenis vinegar dan diamati
bahwa vinegar dengan konsentrasi yang rendah yaitu 3 sampai 6 efektif dalam membunuh Candida albicans.
22
Menurut hasil penelitian Kumar MN, dkk. 2012 terdapat perbedaan yang signifikan antara vinegar 4 dan vinegar murni yang
dibandingkan dengan kelompok kontrol dalam membunuh Candida albicans dan vinegar 4 lebih efektif daripada vinegar murni. Hasil penelitian Mota ACLG, dkk.
2015 melaporkan bahwa vinegar apel 4 menunjukan efek fungisida terhadap Candida spp. karena memiliki kandungan asam malat yang bersifat bakterisida dan
fungisida. Penelitian ini membandingkan vinegar apel 4 dengan agen antijamur yaitu nistatin. Oleh karena itu, vinegar apel dapat menjadi pilihan bahan pembersih
gigi tiruan sebagai salah satu dari perawatan alternatif pada pasien denture stomatitis.
15
Studi selanjutnya Komiyama EY, dkk. 2012 telah membuktikan adanya aktivitas antifungi dari vinegar.
23
Vinegar apel juga mengandung senyawa polifenol salah satunya adalah tanin dan flavonoid yang besarnya kandungan pada buah apel
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti varietas, pemanenan, penyimpanan, dan pengolahan buah apel. Tanin merupakan kumpulan poli hidroksil senyawa polifenol
Universitas Sumatera Utara
yang bersifat koloid dan merupakan asam lemah. Tanin dapat berperan sebagai bakteriostatik dan fungistatik.
Menurut American Dental Association ADA 1998 bahwa tanin memiliki kandungan zat yang dapat mencegah kerusakan gigi dan
penyakit gingiva yang disebabkan oleh tumpukan plak.
33
Sifat antifungi tanin diketahui dari kemampuannya dalam mengganggu struktur membran sel dan
menghambat proses reproduksi vegetatif Candida albicans. Menurut Ratnasari A, dkk. 2013 bahwa tanin dapat menghambat biosintesis ergosterol yang merupakan
sterol utama dalam membran sel Candida. Sterol ini bertanggung jawab atas fluiditas dan permeabilitas membran, sehingga jika sterol tidak terbentuk maka membran sel
Candida akan terganggu fungsinya.
40
Flavonoid juga termasuk ke dalam senyawa polifenol. Konsentrasi polifenol berbeda antara kulit dan daging buah apel.
33
Pada kulit apel terdapat kandungan flavonoid turunan senyawa polifenol seperti kuersetin,
phloridzin, asam klorogenik dan katekin. Daging buah apel juga mengandung senyawa-senyawa tersebut, tetapi dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan pada
kulit buah apel. Katekin merupakan golongan flavonoid yang memiliki peran sebagai
agen antifungi. Studi in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa flavonoid memiliki
aktivitas antimikroba yaitu dengan mendenaturasi ikatan protein sehingga membran sel Candida albicans menjadi lisis. Akibatnya sel tersebut masuk ke dalam inti sel
sehingga jamur tidak berkembang.
31,36,40,41
Hasil ini juga didukung oleh da Silva PMB, dkk. 2010 dalam penelitiannya yang berjudul analisis secara mikroskopis
terhadap biofilm Candida albicans pada permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam klorheksidin glukonat dan sodium hipoklorit. Hasilnya
menunjukkan bahwa sodium hipoklorit 1 dan 2 lebih efektif menghilangkan seluruh biofilm Candida albicans pada permukaan RAPP jika dibandingkan dengan
klorheksidin glukonat 4.
32
Dari hasil uji Mann-Whitney, didapatkan bahwa pada tingkat signifikansi 5 rata-rata perendaman basis gigi tiruan RAPP dalam vinegar apel 5 dan sodium
hipoklorit 1 selama 8 jam terhadap jumlah Candida albicans terdapat perbedaan secara signifikan p 0,05. Sedangkan, pada perendaman basis gigi tiruan RAPP
Universitas Sumatera Utara
dalam vinegar apel 6,23 dan sodium hipoklorit 1 selama 8 jam terhadap jumlah Candida albicans tidak terdapat perbedaan secara signifikan p 0,05 tabel 7.
Faktor yang mungkin mempengaruhi efektifitas penurunan jumlah Candida albicans pada perendaman basis gigi tiruan RAPP dalam vinegar apel 5 dengan
vinegar apel 6,23 yang sedikit lebih efektif adalah karena adanya perbedaan tingkat konsentrasi pada kandungan vinegar apel seperti asam asetat, asam malat, dan
senyawa polifenol yang berasal dari vinegar apel tersebut sehingga mempengaruhi kemampuan cara kerja dalam membunuh Candida albicans secara keseluruhan.
Pada kelompok yang direndam dalam vinegar apel 6,23 dan sodium hipoklorit 1 mempunyai tingkat efektifitas yang hampir sama dan dapat dilihat
bahwa kelompok vinegar apel 6,23 dan kelompok sodium hipoklorit 1 telah menghilangkan semua Candida albicans pada permukaan basis gigi tiruan RAPP
hingga 0 x 100 CFUml. Meskipun demikian, sodium hipoklorit 1 ternyata sedikit lebih efektif dalam menghilangkan semua koloni Candida albicans pada permukaan
basis gigi tiruan RAPP dibandingkan vinegar apel 6,23 karena sodium hipoklorit merupakan bahan pembersih gigi tiruan ideal yang telah memenuhi banyak
persyaratan dan paling umum digunakan selama lebih dari 100 tahun.
19
Sodium hipoklorit termasuk golongan halogen yang berbahan dasar klorin atau senyawa
toksik yaitu N-chloro. Larutan ini akan membentuk asam hipoklorit yang akan melepaskan klorin. Klorin yang dilepaskan akan menempel pada lipoprotein dinding
sel jamur yang terdapat pada permukaan basis gigi tiruan RAPP tersebut dan kemudian akan membentuk senyawa toksik yaitu N-chloro yang dapat menggangu
pembelahan sel, menghentikan regenerasi sel dan mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah Candida albicans.
27
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jafari AA, dkk. 2012 yang melaporkan mengenai mekanisme
kerja dari sodium hipokorit 1 di dalam sebuah larutan yaitu akan membentuk asam hipoklorit HOCl dan oxychloride OCl yang akan mengoksidasi kelompok
sulfhidril -SH dari asam amino dan protein untuk menghasilkan bentuk disulfida SS yang efektif menghilangkan 100 Candida albicans pada penelitian ini.
20,27
Namun, penggunaan sodium hipoklorit 1 secara terus-menerus dapat
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan bau dan rasa yang tidak sedap, dapat meninggalkan stain, menyebabkan perubahan warna pada basis gigi tiruan, dan dapat merusak
permukaan basis gigi tiruan, sedangkan efek tersebut tidak dijumpai pada penggunaan vinegar apel 6,23 sehingga lebih baik digunakan sebagai bahan
pembersih gigitiruan alternatif ditinjau dalam penurunan jumlah Candida albicans pada permukaan basis gigi tiruan RAPP.
Kelemahan dalam penelitian ini adalah pada saat proses pembuatan lempeng uji RAPP sebagai sampel yaitu kemungkinan adanya perbedaan kualitas lempeng uji
RAPP karena permukaan RAPP yang tidak dipoles. Permukaan RAPP yang tidak dipoles merupakan tempat retensi bagi Candida albicans. Permukaan RAPP dipoles
hanya dengan kertas pasir secara manual sehingga menyebabkan permukaan RAPP tidak mendapatkan penekanan yang sama rata sehingga menjadi faktor penyebab
tingkat kehalusan pada seluruh permukaan RAPP tidak sama. Selain itu, dalam penelitian ini jumlah Candida albicans awal yang hanya berpedoman pada jumlah
Candida albicans pada kelompok kontrol, sehingga jumlah Candida albicans awal pada masing-masing sampel tidak diketahui secara akurat, dan ini merupakan
kekurangan dari penelitian dan juga karena adanya kecepatan vortex yang berbeda pada setiap Saboraud’s Dextro Broth menyebabkan kemungkinan Candida albicans
yang lengket pada lempeng uji RAPP tidak lepas dengan sempurna sehingga jumlah Candida albicans pada sampel tersebut akan berkurang. Perbedaan jumlah Candida
albicans pada setiap sampel kemungkinan juga dapat disebabkan pada saat pembenihan suspensi Candida albicans dari media SDB ke SDA yang kemungkinan
cairan tersebut tidak diteteskan keseluruhan dan saat penyebaran suspensi Candida albicans ke seluruh permukaan media tidak sama pada setiap sampel sehingga
kemungkinan dapat menyebabkan Candida albicans yang tumbuh pada setiap sampel RAPP tersebut akan berkurang dan tidak merata serta dapat kesulitan pada
saat melakukan penghitungan jumlah koloni Candida albicans dengan menggunakan colony counter dalam satuan CFUml.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN