11 utilitasnya, maka alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agent tidak selalu
bertindak yang terbaik untuk kepentingan principal. Jensen dan Meckling 1976 membagi biaya keagenan ini menjadi monitoring cost, bonding cost, residual loss.
Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol
perilaku agent. Bonding cost adalah biaya yang ditanggung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan
bertindak untuk kepentingan principal. Residual loss merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran principal sabagai akibat dari perbedaan
keputusan agent dan keputusan principal.
2.1.2 Manajemen Laba
Manjemen laba merupakan strategi yang digunakan oleh manajemen perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangan suatu perusahaan dengan
sengaja sehingga angka yang tertulis dalam laporan tersebut sesuai dengan target yang telah ditentukan. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses
penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi Schipper, 1989.
Manajemen laba dalam arti sempit didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan
besarnya laba. Dalam definisi luas manajemen laba merupakan tindakanmanajer untuk meningkatkan mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit
dimana manajer bertanggungjawab, tanpa mengakibatkan peningkatan atau
Universitas Sumatera Utara
12 penurunan profitabilitas ekonomi jangka panjang. Penggunaan pengukuran dasar
akrual sangat penting untuk diperhatikan dalam mendeteksi ada tidaknya manajemen laba dalam perusahaan. Total akrual adalah selisih antara laba dan
arus kas yang berasal dari aktivitas operasi. Total akrual dapat dibagi atas dua bagian yaitu : 1 normal accruals atau non discretionary accruals yaitu bagian
akrual yang memang sewajarnya ada dalam proses penyusunan laporan keuangan, dan 2 abnormal accruals atau discretionary accruals yaitu bagian yang
merupakan manipulasi data akuntansi. Angka-angka yang dilaporkan memiliki kekuatan yang serupa untuk
membangun opini di lingkungan perusahaan. Oleh karena laba bersih yang dilaporkan merupakan angka yang memperoleh perhatian yang banyak, maka
angka ini pulalah yang paling mungkin dimanipulasi oleh manajer. Menurut Stice, dkk., 2009:360, ada empat alasan yang memotivasi para manajer melakukan
manajemen laba yaitu: 1.
Usaha untuk memenuhi target internal Para manajer merasa tertekan oleh target laba dan pendapatan perusahaan,
sehingga memperlonggar standard kredit, membuat estimasi piutang tak tertagih yang bias, dan pada akhirnya menggelapkan return penjualan.
Target laba internal merupakan alat penting yang memotivasi para manajer untuk meningkatkan usaha penjualan, pengendalian biaya, dan
penggunaan sumber daya yang lebih efisien. Penelitian akademis
Universitas Sumatera Utara
13 membenarkan adanya perhitungan bonus internal berdasarkan laba turut
mendorong manajemen laba. 2.
Memenuhi harapan eksternal Berbagai pemangku kepentingan eksternal memiliki kepentingan terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Misalnya, para pegawai dan pelanggan menginginkan perusahaan tetap berjalan dengan baik, sehingga dapat
bertahan dalam jangka panjang dan melaksanakan kewajiban pensiun serta kewajiban garansinya. Para pemasok menginginkan jaminan atas
pembayaran, dan yang lebih penting lagi adalah bahwa perusahaan pembeli akan menjadi pembeli yang dapat diandalkan pada tahun-tahun ke
depan. Bagi pihak yang berkepentingan itu, tanda-tanda dari kelemahan keuangan seperti pelaporan rugi, benar-benar merupakan suatu berita
buruk. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa di beberapa perusahaan apabila pada perhitungan awal laporan keuangan menunjukkan
indikasi terjadinya kerugian, para akuntannya biasanya diminta untuk mempertimbangkan kembali penilaian mereka atas akrual dan estimasi,
guna memperoleh angka laba positif pada laporan keuangan. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba untuk
menghindari pelaporan kerugian dan mengecewakan pihak-pihak luar yang berkepentingan.
3. Melakukan perataan laba income smoothing yang dilaporkan
Perataan laba dilakukan untuk memberikan perasaan stabil, dapat diandalkan dan memiliki resiko yang lebih rendah. Dengan membuat
Universitas Sumatera Utara
14 perusahaan terlihat memiliki angka yang tidak terlalu berfluktuasi akan
mempermudah mendapatkan pinjaman dengan persyaratan yang menguntungkan dan menarik investor. Menurut teori effiency market
hypotesis Harahap, 2007:244, menyebutkan bahwa : “laporan keuangan dapat mempengaruhi pasar modal. Ini berarti
menunjukkan betapa pentingnya peranan laporan keuangan. Karena pentingnya laporan keuangan tersebut, mendorong
manajemen melakukan hal-hal yang mengubah laporan laba rugi untuk kepentingan pribadinya, seperti mempertahankan jabatan
atau mendapatkan bonus yang tinggi”.
Biasanya laba yang stabil di mana tidak banyak fluktuasi dari satu periode ke periode lain dinilai sebagai prestasi baik. Upaya untuk menstabilkan
laba ini disebut income smoothing. Income smoothing dilakukan dengan mangatur waktu kejadian transaksi, memilih prinsip atau metode alokasi
atau mengatur penggolongan antara laba operasi normal dan laba yang bukan dari operasi normal.
4. Mempercantik laporan keungan sebelum suatu penawaran saham perdana
atau pengajuan pinjaman Perusahaan yang sedang memasuki masa ketika laporan laba harus dalam
kondisi yang baik, asumsi-asumsi dapat diperluas, seringkali menyimpang terlalu jauh dari auran yang ada. Masa itu termasuk saat perusahaan
berusaha untuk membuat permohonan pinjaman atau saat sebelum memulai penjualan saham perdana untuk umum.
Earnings management merupakan hasil akuntansi akrual yang paling bermasalah. Penggunaan penilaian dan estimasi dalam akuntansi akrual
Universitas Sumatera Utara
15 mengizinkan manajer untuk menggunakan informasi di dalam perusahaan dan
pengalaman mereka untuk menambah kegunaan angka akuntansi. Namun beberapa manajer menggunakan kebebasan ini untuk mengubah angka akuntansi
terutama laba untuk kepentingan pribadi, sehingga mengurangi kualitasnya. Manajemen laba terjadi karena beberapa alasan seperti untuk meningkatkan
kompensasi, menghindari persyaratan hutang, memenuhi ramalan analisis dan mempengaruhi harga saham.
Earnings management yang dilakukan perusahaan dapat bersifat efisien meningkatkan keinformasian laba dalam mengkomunikasikan informasi privat
selain itu dapat juga bersifat oportunis manajemen melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya. Apabila pengelolaan
laba bersifat oportunis, maka informasi laba tersebut dapat menyebabkan keputusan investasi yang salah bagi investor.
Scott 2011 menyebutkan bahwa ada empat pola manajemen laba, yaitu: 1.
Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengankatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatka laba di masa yang datang.
2. Income Minimization
Income minimization dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang
Universitas Sumatera Utara
16 diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode
sebelumnya. 3.
Income Maximization Income maximization dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas
income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan
yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang. 4.
Income Smoothing Income smoothing dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang
dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Manajemen laba dilihat sebagai tindakan oportunistik yang dilakukan oleh manajer dalam perusahaan. Seorang manajer bebas memilih dan menggunakan
metode akuntansi tertentu ketika mencatat dan menyusun informasi dalam laporan keuangan, sehingga seorang manajer dapat mempermainkan angka-angka dalam
laporan keuangan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya. Manajemen laba dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses
pelaporan keuangan perusahaan, karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakannya. Tindakan manajemen laba tersebut dapat mengurangi kredibilitas
laporan keuangan apabila digunakan untuk mengambil keputusan, karena manajemen laba merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang
menjadi sasaran komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
17
2.1.3 Asimetri Informasi