Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Pembelajaran

23 konsentrasi, pengolahan pesan pembelajaran, rasa percaya diri dan kebiasaan belajar. Selain faktor internal yang mempengaruhi kesulitan belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Suryabrata 2002 membagi faktor ekstern kesulitan belajar menjadi dua golongan yaitu faktor sosial dan non sosial. Faktor sosial adalah faktor yang berasal dari manusia baik di lingkungan keluarga keadaan ekonomi keluarga dan dukungan orang tua, lingkungan sekolah guru sebagai pembimbing siswa, antara siswa dengan siswa dan lingkungan masyarakat keadaan masyarakat,teman sebaya, organisasi pemuda. Faktor non sosial adalah faktor yang berasal bukan dari manusia antara lain cuaca, waktu, tempat atau gedungnya dan alat-alat pelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono 1994 :228-235 faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan belajar meliputi guru sebagai pembina siswa, sarana dan prasarana pembelajaran, lingkungan sosial siswa di sekolah, kebijakan penilaian dan kurikulum sekolah. Pendapat lain dari Aunurrahman 2013 :188 faktor eksternal penyebab kesulitan belajar adalah guru, lingkungan sosial termasuk teman sebaya, kurikulum sekolah, sarana tempat belajar dan prasarana media belajar. Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar diantaranya faktor internal yang meliputi minat siswa, motivasi siswa, bakat dan intelegensi. Ada pula faktor eksternal yang meliputi guru, keluarga, sarana dan prasana belajar, lingkungan masyarakat seperti teman sebaya, waktu belajar, lokasi sekolah 24 dan keadaan cuaca. Kedua faktor ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mempengaruhi kesulitan belajar siswa.

4. Mata Pelajaran Seni Budaya

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran Seni SK-KMP seni budaya termasuk dalam kelompok mata pelajaran estetika. Seni budaya adalah sebuah keahlian dalam mewujudkan ide atau gagasan yang memiliki nilai estetika. Di dalam proses tersebut, terdapat komponen serta imajinasi pandangan tentang benda, suasana atau karya yang bisa memunculkan rasa indah Sulastianto, 2006. Menurut Kartodirdjo 1987, “Seni budaya merupakan sistem yang koheren karena seni budaya dapat menjalankan komunikasi efektif, antara lain dengan melalui satu bagian saja dapat me nunjukkan keseluruhannya”. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seni budaya merupakan suatu sistem yang koheren yang di dalamnya terdapat ide atau gagasan yang memiliki beberapa aspek dalam nilai estetika. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresiberkreasi dan berapresiasi melalui pendekata n: “belajar dengan seni”, “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni” Permendiknas No 22 Tahun 2006 :10. 25 Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki sifat multilingual, multidimensional dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi dan kreasi dengan cara memadukan secara harmoni unsur estetika, logika, kinestetika dan etika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembagakan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan mancanegara Permendiknas No.22 Tahun 2006 :452. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. Pembelajaran seni budaya bertujuan agar siswa memahami konsep dan pentingnya seni budaya, menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya, menampilkan kreativitas melalui seni budaya, dan menampilkan peran serta dalam seni budaya tingkat lokal, regional maupun global. Pelajaran seni budaya meliputi beberapa aspek antara lain seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Sesuai dengan Permendiknas no.22 2006 :453 disebutkan bahwa mata pelajaran Seni Budaya meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik, apresiasi karya seni musik. 26 b. Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan dan nilai dalam menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak dan sebagainya. c. Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengn dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari. d. Seni teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir dan olah suara yang pementasannya memadukan unsur seni musik, seni tari dan seni peran. Mata pelajaran Seni Budaya, wajib untuk dilaksanakan di setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Hal ini termuat dalam Undang- Undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 ayat 1 g, bahwa setiap kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah wajib memuat mata pelajaran Seni Budaya. Artinya keempat bidang mata pelajaran Seni Budaya wajib diajarkan di sekolah, walaupun pemerintah sebenarnya telah mengatur bahwa minimal satu bidang tersebut diajarkan. Hal ini disesuaikan dengan ketersediaan SDM dan fasilitas yang mendukung. Dengan demikian, secara eksplisit mata pelajaran Seni Budaya wajib diajarkan, minimal salah satu bidang di antara keempat bidang. Dalam penelitian ini seni budaya yang dipelajari siswa di SMP Negeri 6 Yogyakarta adalah mata pelajaran seni musik, seni tari, seni rupa dan seni teater.