FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI YANG MEMPENGARUHI KESULITAN PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA.

(1)

DI SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Disusun oleh :

Dian Sedyasih Ken Utami 11208241048

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Dian Sedyasih Ken Utami

NIM : 11208241048

Program Studi : Pendidikan Seni Musik

Fakultas : Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 9 Maret 2016 Penulis,


(5)

v

Memulaidenganpenuhkeyakinan Menjalankandenganpenuhkeikhlasan Menyelesaikandenganpenuhkebahagiaan

Pendidikanmerupakansenjata paling ampuh yang bisa kamugunakanuntukmerubahdunia. (Nelson Mandela)


(6)

Skripsi ini dipersembahkan untuk :

Bapak dan Ibu

Terima kasih atas kasih sayang yang begitu tulus sampai sekarang, dukungan dan doa yang selalu diberikan.


(7)

vii

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat, taufik dan

hidayahNya, sehingga dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6

Yogyakarta” dapat berjalan dengan lancar. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagaian dari persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana.

Sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya Tugas Akhir Skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa bantuan tersebut, penulis mungkin tidak dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Pujiwiyana, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktu, memberi bimbingan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini;

2. Panca Putri Rusdewanti, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktu, memberi bimbingan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini;

3. Ibu Retna Wuryaningsih, M.Pd.,selaku kepala SMP Negeri 6 Yogyakarta yang

telah memberikan ijin melaksanakan penelitian;

4. Ibu Yustina Sri Ary Wahyuni, S.Pd., selaku guru mata pelajaran seni budaya yang sudah mendampingi dalam penelitian;


(8)

5. Teman-teman seperjuangan, jurusan pendidikan seni musik kelas G angkatan 2011 yang telah memberikan semangat dan dukungan selama penyusunan tugas akhir skripsi.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan masukan sangat diharapkan demi peningkatan di masa-masa yang akan datang. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Yogyakarta, 9 Maret 2016


(9)

ix

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8


(10)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori ... 10

1. Pembelajaran ... 10

a. Tujuan Pembelajaran ... 11

b. Materi Pembelajaran ... 13

c. Strategi Pembelajaran ... 14

d. Media Pembelajaran ... 16

e. Evaluasi Pembelajaran ... 18

2. Kesulitan Belajar ... 20

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar ... 21

4. Mata Pelajaran Seni Budaya ... 24

B. Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berpikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 30

B. Variabel Penelitian ... 30

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

D. Populasi dan Sampel ... 31

1. Populasi ... 31

2. Sampel ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 34

G. Validitas dan Reliabilitas ... 38

1. Validitas ... 38

2. Reliabilitas ... 39


(11)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 42

1. Data Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta Ditinjau dari Faktor Internal ... 42

1) Faktor Fisiologis ... 42

2) Faktor Psikologis ... 45

2. Data Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta Ditinjau dari Faktor Eksternal ... 50

1) Faktor Sosial ... 50

2) Faktor Non-sosial ... 53

3. Data Faktor-Faktor Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta Ditinjau dari Komponen Pembelajaran ... 58

B. Pembahasan ... 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 69

B. Implikasi ... 71

C. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(12)

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Faktor Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya

di SMP Negeri 6 Yogyakarta ... 37 Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Proses Pembelajaran Seni Budaya di SMP

Negeri 6 Yogyakarta ... 38 Tabel 3. Interpretasi Nilai r ... 40 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam

Aspek Kesehatan ... 42 Tabel 5. Distribusi Freakuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

Panca Indera ... 44 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Minat 45 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

Motivasi ... 46 Tabel 8. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Bakat 47 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

Intelegensi ... 49 Tabel 10. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

Keluarga... 50 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

Sekolah ... 51 Tabel 12. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

Masyarakat Sekitar Lingkungan Siswa ... 52 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

Keadaan Udara saat Kegiatan Belajar ... 54 Tabel 14. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Waktu

Belajar ... 55 Tabel 15. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek


(13)

xiii

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek Tujuan Pembelajaran ... 59 Tabel 18. Distribusin Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek

Materi Pembelajaran ... 60 Tabel 19. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek

Media Pembelajaran ... 61 Tabel 20. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek

Evaluasi Pembelajaran ... 62 Tabel 21. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek


(14)

Gambar 1. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek kesehatan……… 43

Gambar 2. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek panca indera……….…….. 44

Gambar 3. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek minat……….... 46

Gambar 4. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek motivasi………... 47

Gambar 5. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek bakat ……….. 48

Gambar 6. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek intelegensi……….. 49

Gambar 7. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek keluarga……….. 51

Gambar 8. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek sekolah……… 52

Gambar 9. Pie chart faktor kesulitan yang mempengaruhi belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek masyarakat………. 53

Gambar 10. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek keadaan udara………. 54

Gambar 11. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek waktu belajar ……….. 55

Gambar 12. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek media belajar ……….. 57

Gambar 13. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek gedung sekolah……….. 58

Gambar 14. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran seni


(15)

xv

Gambar 16. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran seni

Budaya ditinjau dari aspek media pembelajaran ……….. 61

Gambar 17. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran seni

Budaya ditinjau dari aspek evaluasi pembelajaran………. 62

Gambar 18. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran seni


(16)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA

Oleh :

Dian Sedyasih Ken Utami 11208241048

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif,

menggunakan metode survey. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 6 Yogykarta berjumlah 180 siswa. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling acak sederhana, siswa yang menjadi sampel sebanyak 64 siswa. Instrumen pengambilan data menggunakan rumus korelasi Pearson product moment dan untuk menguji tingkat validitas dalam penelitian ini dilakukan uji coba intrumen di kelas yang berbeda. Analisis data menggunakan teknik statistic deskriptif. Perolehan data dengan menggunakan angket faktor kesulitan belajar dan angket proses pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menimbulkan kesulitan belajar yaitu faktor internal terdiri atas faktor fisiologis yang meliputi kesehatan siswa (75%) dan kondisi panca indera (92,2%), faktor psikologis yang meliputi bakat (53,1%) dan intelegensi (54,7%). Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial yang meliputi sekolah (68,75%) serta faktor non-sosial yang meliputi pembagian waktu belajar (67,2%), media belajar (56,25%). Faktor yang menimbulkan kesulitan pembelajaran ditinjau dari komponen pembelajaran adalah tujuan pembelajaran (67,2%), media pembelajaran (84,4%) dan evaluasi pembelajaran (65,6%).


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses tanpa akhir yang diupayakan oleh siapa pun terutama sebagai tanggung jawab Negara. Sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan kesadaran di ilmu pengetahuan, pendidikan telah ada seiring dengan lahirnya peradaban manusia. Dalam hal inilah letak pendidikan dalam masyarakat sebenarnya mengikuti perkembangan corak sejarah manusia. (Nurani, 2015 : 21)

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan di sini menegaskan bahwa pendidikan hendaknya tercipta sebuah wadah di mana peserta didik bisa secara aktif mempertajam dan

memunculkan ke permukaan potensi-potensinya sehingga menjadi

kemampuan-kemampuan yang dimiliki secara alamiah. (Latif, 2009 : 110) Berbicara masalah pendidikan dan perkembangan peradaban manusia, penanaman peningkatan ilmu pengetahuan disini hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan baik di rumah, sekolah maupun lingkungan


(18)

masyarakat. Dalam pendidikan terjadi suatu kegiatan belajar dimana kegiatan belajar tersebut terdapat beberapa hal pokok yang terjadi. Dengan belajar akan membawa pada perubahan, dan perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dan kecakapan meraih prestasi dalam proses belajar mengajar di kelas. Keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri.

Tujuan pendidikan itu sendiri adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Dan salah satu komponen pendidikan yang sangat penting adalah kurikulum pendidikan.

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Mengingat pentingnya peningkatan pendidikan, pemerintah Indonesia telah berusaha keras dalam menyusun kurikulum baru agar terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum di Indonesia saat ini telah diberlakukannya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.


(19)

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter dan kompetensi yang mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi menjadi materi ke pendidikan sebagai proses, melalui pendekatan tematik integratif dan pendekatan scientific dengan pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) dan model pembelajaran discovery learning, problem dan project based learning. Kurikulum 2013 ini menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreativ, inovatif, dan berkarakter. Dengan kreativitas, anak-anak bangsa mampu berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks. Tujuan kurikulum 2013 ini dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif dan inovatif berkesinambungan dengan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat.

Saat ini seluruh pembelajaran di semua jenjang pendidikan di Indonesia menggunakan kurikulum 2013. Namun pada kenyataannya pembelajaran tersebut masih belum terlaksana dengan baik sesuai dengan standar isi yang tercantum dalam kurikulum 2013 karena kurangnya sosialisasi kurikulum 2013 terhadap para guru, sarana dan prasarana penerapan kurikulum yang belum memadai, sehingga hal ini berdampak kepada kesiapan siswa dalam menerima kurikulum 2013. Kenyataan ini perlu diakui oleh sekolah, guru, dan siswa yang sulit menerapkan kurikulum tersebut dan banyak guru yang belum menerima sosialisasi tentang kurikulum 2013 serta siswa yang belum membiasakan diri dengan pembelajaran kurikulum 2013.


(20)

Ada beberapa kemungkinan permasalahan, kendala, hambatan dan pendapat yang muncul, mungkin saja penerapan kurikulum 2013 belum terlaksana dengan baik sesuai materi yang tercantum dalam standar isi dan tuntutan kurikulum 2013 yang mungkin terlalu sulit bagi siswa, waktu yang terbatas, sarana dan prasarana yang kurang memadai, metode dan media yang kurang cocok, atau mungkin lain permasalahannya ada pada siswanya yang belum terbiasa.

Hal ini seperti yang terlihat di salah satu lembaga pendidikan di Indonesia yaitu SMP Negeri 6 Yogyakarta. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada saat Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 6 Yogyakarta, dalam kegiatan pembelajaran terutama mata pelajaran seni budaya masih terdapat banyak kesulitan bagi siswa. Mata pelajaran seni budaya merupakan salah satu materi pelajaran yang diberikan di sekolah mulai dari sekolah tingkat dasar sampai tingkat lanjut. Tujuan dari mata pelajaran seni budaya khususnya pada satuan pendidikan menengah pertama adalah agar siswa dapat memahami konsep dan pentingnya seni budaya, menampilkan sikap apresiatif terhadap seni budaya, menampilkan kreativitas melalui seni budaya, dan menampilkan peran serta dalam seni budaya dalam tingkat lokal, regional, maupun global.

Mata pelajaran Seni Budaya dalam kurikulum 2013 diajarkan dengan tujuan untuk menumbuhkembangkan kepekaan rasa estetik dan artistik, sikap kritis, apresiatif, dan kreatif pada diri setiap peserta didik secara menyeluruh. Ruang lingkup mata pelajaran Seni Budaya dalam kurikulum 2013 tingkat


(21)

SMP terdiri dari empat aspek yaitu seni rupa, seni musik, seni tari dan seni teater. Alokasi waktu yang diberikan tiap minggunya sebanyak 2 jam pelajaran dengan masing-masing lama tiap jamnya 45 menit.

Permasalahan yang muncul di dalam proses pembelajaran ini terjadi di SMP Negeri 6 Yogyakarta. Kesulitan pembelajaran ini menyebabkan siswa tidak dapat memahami, mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni. Dalam proses pembelajaran di kelas masih banyak siswa yang kurang memperhatikan guru saat menyampaikan materi mata pelajaran seni budaya, maupun berdiskusi dengan siswa lain di luar materi pembelajaran sehingga menyebabkan siswa tidak dapat memahami apa yang disampaikan guru di depan kelas.

Selain itu juga, ada beberapa siswa dari setiap kelas yang tidak hafal dengan lagu daerah dan tidak banyak mengetahui nama-nama alat musik tradisional seperti gamelan. Bahkan ada siswa yang tidak hafal dengan syair dan melodi lagu daerah yang dipilihnya sendiri saat diminta guru untuk menyanyikan salah satu lagu daerah. Ada pula beberapa siswa yang meminta untuk tidak menyanyikan lagu daerah, tetapi diganti dengan lagu-lagu pop dan barat yang sedang tenar di pasaran.

Motivasi siswa terhadap pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta perlu ditingkatkan, oleh karena pelajaran seni budaya sebaiknya mempunyai bobot yang sama dengan mata pelajaran lain supaya siswa tidak menganggap mata pelajaran yang satu lebih penting dari mata pelajaran yang lainnya. Dampak penyetaraan dari semua mata pelajaran tersebut adalah


(22)

bahwa mereka akan bersungguh-sungguh dan disiplin dalam mengikuti pelajaran seni budaya, baik teori mapun praktek sehingga hasil yang akan mereka peroleh benar-benar maksimal.

Minat sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, pada umumnya semakin tinggi minat yang ada pada siswa dan dapat disalurkan, serta mendapat dorongan dengan baik maka minat tersebut akan menjadikan siswa belajar dengan antusias tinggi.

Apresiasi siswa terhadap mata pelajaran seni budaya dapat ditumbuhkembangkan dengan metode guru yang tepat. Berbagai hal yang dapat meningkatkan apresiasi perlu disadari guru sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang membuat siswa apresiatif terhadap mata pelajaran seni budaya. Guru seni budaya yang kompeten yaitu yang menguasai, merencanakan, dan melaksanakan strategi pembelajaran seni budaya. Penguasaan strategi pembelajaran mencakup: strategi pengorganisasian, strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan pengajaran.

Strategi penyampaian pengajaran merupakan salah satu bagian penting keterampilan yang perlu dikuasai guru seni budaya. Strategi penyampaian pengajaran berkaitan dengan keterampilan guru menerapkan langkah-langkah menyajikan materi pembelajaran, meliputi keterampilan: menyajikan materi pembelajaran, menerapkan pendekatan atau metode pembelajaran, menggunakan media pembelajaran dan asesmen sesuai perencanaan pembelajaran. Selain itu tidak semua guru yang mengajar seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta memiliki pendidikan formal seni musik,


(23)

seni tari, seni rupa dan seni teater. Yang terjadi pada saat pengamatan pelajaran seni musik diajarkan oleh guru mata pelajaran lain.

Dari berbagai faktor yang melatarbelakangi di atas, untuk mengatasi dan meningkatkan mutu pendidikan baik bagi sekolah maupun sumber daya kualitas siswa sehingga perlu diadakan suatu penelitian. Dalam hal ini, peneliti tertarik untuk melakukan penilitian ini. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul: “Faktor-Faktor Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di

SMP Negeri 6 Yogyakarta”. Diharapkan dengan diadakannya penelitian ini dapat mengetahui faktor-faktor kesulitan pembelajaran seni budaya dan membantu siswa agar lebih baik dalam proses belajarnya.

B. Identifikasi Masalah

1. Penerapan kurikulum pendidikan menengah masih kurang efektif.

2. Kurangnya minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran seni budaya di sekolah.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor kesulitan yang dialami siswa SMP Negeri 6 Yogyakarta dalam pembelajaran Seni Budaya.


(24)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut, rumusan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut : Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor kesulitan pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

mengembangkan metode pendidikan dan model pembelajaran seni budaya khusunya.

2. Manfaat secara praktis a. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman dalam proses pembelajaran Seni Budaya serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenal penelitian kuantitatif


(25)

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat mengetahui faktor-faktor kesulitan pembelajaran Seni Budaya sekaligus cara untuk mengatasi kesulitan tersebut agar dapat meningkatkan pembelajaran Seni Budaya di kelas dengan proses pembelajaran yang lebih variatif dan kreatif sehingga tercapai tujuan dari mata pelajaran tersebut.

c. Bagi Peserta Didik

Penelitian ini dapat membantu menangani kesulitan belajar dan dapat meningkatkan kreativitas peserta didik dalam mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni dengan baik. Tidak hanya dalam pelajaran sehari-hari tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

d. Bagi Sekolah

Penelitian ini sebagai wacana untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran khususnya Seni Budaya agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan terarah sesuai dengan yang diharapkan.


(26)

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran

Pembelajaran atau proses belajar sering dipahami dengan proses belajar mengajar yang di dalamnya terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan antar sesama siswa untuk mencapai tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku. Sebenarnya belajar bisa saja terjadi tanpa pembelajaran, namun hasil belajar akan tampak jelas dan mudah untuk diamati. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa dapat ikut secara aktif di dalamnya.

Pembelajaran terdapat bermacam-macam komponen. Menurut Suprapto (2003 :9) komponen pembelajaran antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran,

pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut

pembelajaran. Winataputra (2007 :21) juga berpendapat bahwa komponen pembelajaran saling berkaitan satu sama lain. Komponen tersebut antara lain tujuan, materi, kegiatan dan evaluasi pembelajaran. Hamalik (1999 :66) berpendapat bahwa unsur-unsur minimal yang harus ada di dalam pembelajaran adalah seorang siswa/peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran merupakan unsur-unsur yang harus ada


(27)

dalam pembelajaran. Komponen-komponen tersebut yang terdiri dari tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media

pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Untuk menentukan faktor kesulitan pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan survei pada lima komponen tersebut.

a. Tujuan Pembelajaran

Salah satu tahapan dalam proses desain pembelajaran adalah

merumuskan dan menulis tujuan-tujuan pembelajaran. Dalam

perencanaan, tujuan memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dan memilih alat-alat bantu pembelajaran dan prosedur pembelajaran serta menentukan ukuran standar untuk mengukur prestasi siswa. Oleh sebab itu agar proses pembelajaran di kelas dapat terkonsep dengan baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dari mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Robert F. Mager (dalam Aunurrahman, 2012) mengemukakan bahwa, “Tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu”. Menurut Aunurrahman (2012 :34) bahwa,

“Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan, demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi


(28)

dirinya sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki sikap, tingkah laku dan kebiasaan yang baik”.

Dari beberapa rumusan para ahli tentang tujuan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah upaya membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan yang bersifat pemahaman moral agar tercapai perubahan perilaku sebagai pribadi yang baik atau positif dan keterampilan atau kompetensi siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari. Dalam kompetensi sebagai tujuan, di dalamnya terdapat beberapa aspek, yaitu:

1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan dalam bidang kognitif.

2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu.

3. Kemahiran (skill), yaitu kemampuan individu untuk

melaksanakan secara praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

4. Nilai (value), yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu. Nilai inilah yang selanjutnya akan menuntun setiap individu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

5. Sikap (attitude), yaitu pandangan individu terhadap sesuatu. 6. Minat (interest), yaitu kecenderungan individu untuk melakukan


(29)

Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi empat manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:

1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar

mengajar kepada siswa, sehingga dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri.

2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar.

3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media

pembelajaran.

4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.

b. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam proses belajar mengajar, yang menempati kedudukan yang menentukan keberhasilan belajar mengajar yang berkaitan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran, serta menentukan kegiatan-kegiatan belajar mengajar. Menurut Arikunto (dalam Djamarah Syaiful dan Zain, 2006 :43) materi pembelajaran merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh siswa. Bahan yang dimaksudkan dapat berupa bahan tertulis dan tidak tertulis. Panen (2001) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Andi, 2011 :16).


(30)

Berdasarkan definisi di atas dapat dijabarkan bahwa materi pembelajaran merupakan komponen pembelajaran yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan oleh guru sebagai bahan belajar bagi siswa dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Tanpa materi pembelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan.

c. Strategi Pembelajaran

Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Sanjaya (2009 :126) dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat tersebut, Dick dan Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa (Sanjaya, 2009 :126).


(31)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan/rangkaian kegiatan yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan.

Prawiradilaga (2007 :33-34) mengklasifikasikan 3 strategi sebagaimana berikut:

a. Strategi Pengorganisian

Strategi ini merupakan metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pengajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format dan lainnya yang setingkat dengan itu. Strategi pengorganisasian dibedakan menjadi dua yakni, strategi mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk pengorganisasian isi pengajaran yang berkisar pada suatu konsep atau prosedur atau

prinsip. Sedangkan makro mengacu pada metode untuk

mengorganisasi isi pengajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep prosedur dan prinsip.

b. Strategi Penyampaian

Strategi ini merupakan metode untuk menyampaikan pengajaran kepada siswa dan untuk menerima, merespon masukan yang berasal dari siswa. Media pengajaran merupakan bidang kajian utama dari strategi ini. Fungsi dari strategi ini terbagi menjadi dua, yaitu menyampaikan isi pengajaran kepada si belajar dan menyediakan informasi yang diperlukan siswa.

c. Strategi Pengelolaan

Strategi ini merupakan metode untuk menata interkasi antara si belajar dengan variabel-variabel metode pengajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan penyampaian mana yang digunakan selama proses pengajaran. Dan ada tiga variabel yang penting dalam strategi ini, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa dan motivasi.


(32)

Sementara Majid (2014 :10-11) mengklasifikasikan jenis strategi pembelajaran menjadi lima, yaitu:

a. Strategi Pembelajaran Langsung

Strategi pembelajaran langsung adalah strategi yang berpusat pada guru dan paling sering digunakan dalam proses pembelajaran. Majid (2014 :73) berpendapat bahwa pengajaran langsung berpusat pada guru dan harus menjamin keterlibatan siswa. Guru menyampaikan materi dalam format yang terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan menguji keterampilan pada siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Strategi ini sangat efektif dalam membangun keterampilan tahap demi tahap.

b. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung

Strategi pembelajaran tidak langsung merupakan strategi yang berpusat pada siswa. Strategi ini memperlihatkan keterlibatan yang tinggi dalam proses pembelajaran. Guru beralih fungsi dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung dan sumber personal. Guru merancang lingkungan belajar dan memberikan kesempatan siswa untuk terlibat. c. Strategi Pembelajaran Interaktif

Strategi pembelajaran interaktif juga merupakan strategi yang berpusat pada siswa. Strategi pembelajaran ini merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi antar siswa. Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan dan pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba mencari alternative dalam berpikir. Bentuk pembelajaran dalam strategi ini diantaranya adalah diskusi kelompok kecil, dan kerjasama siswa secara berpasangan.

d. Strategi Pembelajaran Melalui Pengalaman

Strategi pembelajaran melalui pengalaman berpusat pada siswa dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan dalam strategi ini adalah proses belajar dan bukan hasil belajar.

e. Strategi Pembelajaran Mandiri

Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian dan peningkatan diri. Fokusnya adalah para perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga dapat dilakukan dengan teman sebaya atau sebagai bagian dari kelompok kecil. Strategi ini

digunakan untuk membentuk siswa agar mandiri dan

bertanggungjawab.

d. Media Pembelajaran


(33)

Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Media bukan hanya alat atau bahan saja, tetapi hal-hal lain yang bisa memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan.

Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik (Wina, 2009:163). Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran. Rossi dan Breidle (1966: 3) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.

Sementara Gerlach dan Ely (1980: 244) menyatakan secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang

menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jadi, dalam pengertian yang dikemukakan Gerlach media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber


(34)

belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, simulasi, dan lain sebagainnya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah keterampilan.

Selain pengertian di atas, ada juga yang berpendapat bahwa media pengajaran meliputi perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software). Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead projector, radio, TV dan sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparasi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram dan lain sebagainya.

e. Evaluasi Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, evaluasi menempati kedudukan yang penting. Dengan melakukan evaluasi, guru dapat mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukannya, pada tiap kali pertemuan, setiap semester, setiap tahun bahkan selama berada dalam satuan pendidikan tertentu. Dimyati dan Mujiono (1995 :175) mengemukakan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang tingkat keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Ketidaktepatan di dalam pelaksanaan evaluasi tidak hanya menyebabkan kurang serasinya pelaksanaan proses pembelajaran, akan tetapi juga


(35)

berakibat rendahnya keakuratan di dalam menentukan kompetensi dan performance belajar siswa.

Kegiatan evaluasi dapat dipertanggungjawabkan apabila memenuhi prinsip-prinsip evaluasi. Reece dan Walker (1997) mengemukakan bahwa dengan melaksanakan evaluasi belajar dengan benar sekurang-kurangnya memungkinkan kita untuk;

1) Mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa, apakah mereka telah merealisaikan tujuan yang ditentukan.

2) Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan, sehingga tindakan perbaikan yang cocok dapat direalisasikan.

3) Merumuskan rangking siswa dalam hal kesuksesan mereka di dalam mencapai tujuan yang telah disepakati.

4) Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yang ia gunakan supaya kelebihan dan kekurangan strategi mengajar tersebut dapat ditentukan.

5) Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pelajaran, dan menentukan apakah sumber belajar tambahan perlu digunakan.(Aunurrahman, 2009 :210)

Oleh karena evaluasi merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam proses pembelajaran, maka setiap guru dituntut memiliki kapasitas kemampuan untuk melaksanakan evaluasi secara tepat agar hasil yang diperoleh melalui kegiatan evaluasi tersebut mampu memberikan gambaran yang benar dari tingkat kemampuan siswa. Untuk dapat melaksanakan evaluasi dengan benar, maka setiap guru dituntut memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, dapat memilih jenis-jenis evaluasi sesuai dengan karakteristik dan tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran.

Dimyati dan Mujiono (1995 :175), mengemukakan bahwa hal penting yang harus diketahui guru adalah bahwa secara umum evaluasi


(36)

mencakup evaluasi belajar dan evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil belajar menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang tingkat keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Dengan demikian evaluasi hasil belajar menyatakan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi pembelajaran menyatakan baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.

2. Kesulitan Belajar

Menurut Mulyadi (2003 :5), “Kesulitan adalah kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha yang giat untuk mengatasinya. Menurut Sugihartono (2007 :149), “kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada siswa yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah norma yang telah ditetapkan”.

Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh Warkitri, dkk (1990 :83) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Selanjutnya mereka menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal intelegensinya, tetapi menunjukan satu


(37)

atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian ataupun fungsi motoriknya (Warkitri, 1990 :83).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah segala sesuatu atau keadaan yang menghambat seorang siswa dalam proses belajar, memahami serta menguasai ilmu pengetahuan yang diajarkan sehingga siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Dengan adanya kesulitan belajar yang dialami siswa akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa yang menurun. Kesulitan belajar bahkan dapat menyebabkan suatu keputusasaan sehingga memaksa seorang siswa untuk berhenti di tengah jalan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa faktor adalah keadaan atau peristiwa yang menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya sesuatu. Pengertian dalam Kamus Besar Psikologi (Chaplin,) disebutkan, “Faktor adalah salah satu sebab atau kondisi pendahulu yang menimbulkan satu gejala”.

Pendapat lain dari Crozier (2006 :282), “Faktor adalah sebuah elemen

atau penyebab yang mempengaruhi prestasi”. Moris (1973 :469)

menyebutkan bahwa, “Faktor adalah suatu hal yang aktif memberikan kontribusi dalam sebuah prestasi, hasil atau proses”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor adalah salah satu sebab atau keadaan yang mempengaruhi prestasi, hasil atau proses.


(38)

Menurut Suryabrata (1984) siswa yang mengalami kesulitan belajar memiliki ciri-ciri antara lain, “gangguan aktivitas motorik, emosional, prestasi, persepsi, tidak dapat menangkap arti, membuat dan menangkap simbol, perhatian, tidak dapat memperhatikan dan tidak dapat mengalihkan perhatian, dan gangguan ingatan”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan dalam kegiatan belajar. Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar siswa.

Menurut Hamalik (2005 :117) menyebutkan, “faktor bisa

menimbulkan kesulitan belajar digolongkan menjadi empat yaitu faktor dari diri sendiri, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan dari lingkungan

masyarakat”. Suryabrata (2002 :232) berpendapat bahwa, “faktor internal penyebab kesulitan belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi kemampuan intelektual, afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan seperti melihat, mendengarkan dan merasakan”.

Pendapat lain dari Slameto (2003) bahwa, “faktor internal yang menimbulkan kesulitan belajar yaitu faktor fisiologis yang mencakup kesehatan dan cacat tubuh, faktor psikologis yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor internal menurut Aunurrahman (2013 :177) meliputi sikap terhadap belajar, motivasi,


(39)

konsentrasi, pengolahan pesan pembelajaran, rasa percaya diri dan kebiasaan belajar.

Selain faktor internal yang mempengaruhi kesulitan belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Suryabrata (2002) membagi faktor ekstern kesulitan belajar menjadi dua golongan yaitu faktor sosial dan non sosial. Faktor sosial adalah faktor yang berasal dari manusia baik di lingkungan keluarga (keadaan ekonomi keluarga dan dukungan orang tua), lingkungan sekolah (guru sebagai pembimbing siswa, antara siswa dengan siswa) dan lingkungan masyarakat (keadaan masyarakat,teman sebaya, organisasi pemuda). Faktor non sosial adalah faktor yang berasal bukan dari manusia antara lain cuaca, waktu, tempat atau gedungnya dan alat-alat pelajaran.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994 :228-235) faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan belajar meliputi guru sebagai pembina siswa, sarana dan prasarana pembelajaran, lingkungan sosial siswa di sekolah, kebijakan penilaian dan kurikulum sekolah. Pendapat lain dari Aunurrahman (2013 :188) faktor eksternal penyebab kesulitan belajar adalah guru, lingkungan sosial (termasuk teman sebaya), kurikulum sekolah, sarana (tempat belajar) dan prasarana (media belajar).

Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar diantaranya faktor internal yang meliputi minat siswa, motivasi siswa, bakat dan intelegensi. Ada pula faktor eksternal yang meliputi guru, keluarga, sarana dan prasana belajar, lingkungan masyarakat seperti teman sebaya, waktu belajar, lokasi sekolah


(40)

dan keadaan cuaca. Kedua faktor ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mempengaruhi kesulitan belajar siswa.

4. Mata Pelajaran Seni Budaya

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran Seni (SK-KMP) seni budaya termasuk dalam kelompok mata pelajaran estetika. Seni budaya adalah sebuah keahlian dalam mewujudkan ide atau gagasan yang memiliki nilai estetika. Di dalam proses tersebut, terdapat komponen serta imajinasi pandangan tentang benda, suasana atau karya yang bisa memunculkan rasa indah (Sulastianto, 2006). Menurut Kartodirdjo (1987), “Seni budaya merupakan sistem yang koheren karena seni budaya dapat menjalankan komunikasi efektif, antara lain dengan melalui satu bagian saja dapat menunjukkan keseluruhannya”. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seni budaya merupakan suatu sistem yang koheren yang di dalamnya terdapat ide atau gagasan yang memiliki beberapa aspek dalam nilai estetika.

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni”, “belajar melalui seni” dan “belajar tentang


(41)

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki sifat multilingual, multidimensional dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai

perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam

kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi dan kreasi dengan cara memadukan secara harmoni unsur estetika, logika, kinestetika dan etika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembagakan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan mancanegara (Permendiknas No.22 Tahun 2006 :452). Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.

Pembelajaran seni budaya bertujuan agar siswa memahami konsep dan pentingnya seni budaya, menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya, menampilkan kreativitas melalui seni budaya, dan menampilkan peran serta dalam seni budaya tingkat lokal, regional maupun global. Pelajaran seni budaya meliputi beberapa aspek antara lain seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater.

Sesuai dengan Permendiknas no.22 (2006 :453) disebutkan bahwa mata pelajaran Seni Budaya meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal,


(42)

b. Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan dan nilai dalam menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak dan sebagainya.

c. Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengn dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari.

d. Seni teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir dan olah suara yang pementasannya memadukan unsur seni musik, seni tari dan seni peran.

Mata pelajaran Seni Budaya, wajib untuk dilaksanakan di setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Hal ini termuat dalam Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 ayat 1 g, bahwa setiap kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah wajib memuat mata pelajaran Seni Budaya. Artinya keempat bidang mata pelajaran Seni Budaya wajib diajarkan di sekolah, walaupun pemerintah sebenarnya telah mengatur bahwa minimal satu bidang tersebut diajarkan. Hal ini disesuaikan dengan ketersediaan SDM dan fasilitas yang mendukung. Dengan demikian, secara eksplisit mata pelajaran Seni Budaya wajib diajarkan, minimal salah satu bidang di antara keempat bidang. Dalam penelitian ini seni budaya yang dipelajari siswa di SMP Negeri 6 Yogyakarta adalah mata pelajaran seni musik, seni tari, seni rupa dan seni teater.


(43)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan berisi literatur-literatur yang terkait objek yang diteliti. Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian dari Irwan Pambudi (2013) yang berjudul “Identifikasi Faktor

Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 1 Tanjungsari”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 1 Tanjungsari. Faktor yang dimaksud adalah faktor internal dan faktor eksternal serta komponen pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menimbulkan kesulitan belajar di SMP Negeri 1 Tanjungsari terdiri dari faktor internal yang meliputi faktor fisiologis yaitu kondisi panca indera dan faktor psikologis yaitu minat, motivasi, dan bakat. Faktor eksternal yang menimbulkan kesulitan belajar meliputi faktor sosial keluarga dan sekolah dan faktor non sosial yaitu cuaca, gedung sekolah dan alat pelajaran. Faktor yang menimbulkan kesulitan pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang mengikuti mata pelajaran seni budaya khususnya seni musik. Penelitian yang dilakukan oleh Irwan Pambudi ini sebagai acuan peneliti karena penelitian ini sejenis dengan penelitian yang dilakukan.

2. Penelitian dari Fransiska Siahaan (2014) tentang “Proses Pembelajaran Seni Musik pada Siswa Kelas V di SD Kanisius Jomegatan Kasihan


(44)

Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran seni musik pada siswa kelas V dan faktor penghambat apa saja yang dihadapi oleh guru di dalam proses pembelajaran seni musik pada siswa kelas V di SD Kanisius Jomegatan Kasihan Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran di kelas menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi dan metode penugasan serta latihan. Adapun faktor penghambat dalam proses pembelajaran adalah keterbatasan waktu dalam satu kali pertemuan, keterbatasan pengetahuan guru tentang teori musik, serta belum tersedianya media pembelajaran (alat musik) yang menyebabkan siswa tidak berkembang secara optimal. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan Kasihan Bantul Yogyakarta.

Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama melakukan penelitian tentang faktor kesulitan pembelajaran seni budaya. Hanya saja kedua penelitian sebelumnya khusus meneliti mata pelajaran seni musik saja. Berdasarkan dari penelitian sebelumnya penulis menjadikan penelitian tersebut sebagai acuan untuk memperkuat penelitian yang penulis lakukan.


(45)

C. Kerangka Pikir

Pendidikan mempunyai peran penting di dalam menentukan perkembangan dan proses pembentukan individu, menuju kedewasaan yang sanggup bertanggung jawab terhadap diri masyarakat dan bangsa. Pendidikan adalah usaha terencana yang dilaksanakan untuk mendukung proses pembelajaran.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan dapat ditempuh melalui salah satunya peningkatan kualitas pembelajaran. Pada setiap proses pembelajaran yang dialami peserta didik tidak selamanya lancar sesuai dengan yang diinginkan, masih terdapat kesulitan atau hambatan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, berdasarkan pendapat Suryabrata (1982 :21) faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa adalah faktor dari dalam diri (internal) dan luar (eksternal) siswa.

Faktor internal yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa meliputi minat siswa, motivasi siswa, bakat siswa dan intelegensi siswa. Faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan proses pembelajaran siswa adalah keluarga yang mendukung dan membimbing siswa di luar sekolah, guru sebagai pembimbing siswa, metode mengajar guru, gedung sekolah dan alat-alat penunjang dalam belajar seni budaya. Ada pula kondisi lingkungan masyarakat seperti teman sebaya, waktu belajar, lokasi sekolah dan keadaan cuaca. Faktor-faktor tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam proses keberhasilan pembelajaran seni budaya.


(46)

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yang mempunyai sifat deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji faktor-faktor tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel (Creswell, 2010 :5). Menurut Azwar (2012 :5), “penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika”. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Menurut Suharsimi (1992 :312), “survei merupakan satu jenis penelitian yang banyak dilakukan oleh peneliti dalam bidang sosiologi, bisnis, politik, pemerintah dan pendidikan serta digunakan untuk pengumpulan data

yang luas dan banyak”. Dalam rancangan survei, dideskripsikan secara kuantitatif (angka-angka) kecenderungan, perilaku, atau opini dari faktor-faktor kesulitan pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta dengan meneliti siswa sebagai sampel populasi tersebut.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala bervariasi, yang menjadi objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2002 :96).


(47)

Variabel dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau lingkungan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan penelitian. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 6 Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2015.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi menurut Sukandar (2006 :47) adalah keseluruhan obyek penelitian baik terdiri dari benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejalan yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama. Pendapat lain dari Arikunto (2002 :108) bahwa, “populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian”.

Populasi dirumuskan sebagai semua anggota sekelompok orang, kejadian atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas (Donald Ary, 1982: 189). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian baik sekelompok orang, peristiwa dan benda abstrak yang merupakan sumber data serta telah dirumuskan secara jelas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 6 Yogyakarta sebanyak 180 siswa.


(48)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2002 :109). Menurut Sukandar (2006) sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari obyek yang merupakan sumber data. Dengan demikian sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang merupakan sumber data.

Apabila dari jumlah anggota populasi sesudah dipertimbangkan cukup diambil sebuah sampel, maka hasil pengujian sampel tersebut akan mewakili anggota populasi. Dalam penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah siswa-siswi kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII E dan VII G SMP Negeri 6 Yogyakarta. Kelas VII F tidak dimasukkan ke dalam populasi karena kelas ini dijadikan sebagai kelas untuk uji validitas intrumen.

Sampel merupakan sebagian dari populasi, tentu ia harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya dan juga analisis penelitian ditujukan pada data sampel sedangkan kesimpulannya nanti akan diterapkan pada populasi. Sangatlah penting untuk memperoleh sampel yang benar-benar dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain sampel harus representatif (Suharsimi, 2002 :111).

Beberapa macam teknik pengambilan sampel yang dapat dipakai peneliti untuk memperoleh sampel yang akan mewakili populasi tersebut dengan baik. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan sampel acak atau random sampling ialah bahwa semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama karena peneliti mencampur


(49)

subjek-subjek di dalam populasi dan tidak terikat untuk dimasukkan ke dalam sampel.

Menurut Notoatmojo (2003) untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 maka untuk menetapkan jumlah sampel menggunakan formulasi sederana, yaitu :

Keterangan: N : besar populasi n : besar sampel

d : tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan 0.1 Cara pengambilan sampel:

dibulatkan menjadi 64 orang

Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 orang yang diambil dari kelas VII A yang berjumlah 9 anak, VII B berjumlah 12 anak, VII C berjumlah 12 anak, VII D berjumlah 11 anak, VII E berjumlah 9 anak dan VII G berjumlah 11 anak yang diambil secara acak.


(50)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2002 :62) merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner.

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi, 2002 :128). Dalam hal ini yang dimaksud dengan responden adalah orang yang menerima dan mengisi daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 6 Yogyakarta.

Angket digunakan untuk mengetahui faktor penyebab kesulitan pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta. Angket ditujukan kepada responden yaitu siswa-siswi kelas VII yang merupakan sampel penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu fasilitas alat ukur yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati peneliti agar mempermudah pekerjaan dan hasilnya lebih cermat, lengkap serta sistematis. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah angket atau kuisioner. Menurut cara memberikan respon, angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Angket terbuka adalah angket yang


(51)

disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak atau keadaannya (Suharsimi, 2002 :128), sedangkan angket tertutup adalah angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban (Suharsimi, 2002 :129).

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Angket yang pertama adalah angket faktor kesulitan pembelajaran seni budaya. Butir-butir pada angket digunakan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan pembelajaran seni budaya yang dipandang dari faktor internal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal dari luar diri siswa. Teknik pelaksanaan pengambilan data dengan cara membagikan angket secara acak dan untuk masing-masing kelas setiap siswa diberikan 35 butir soal yang bersifat positif dan bersifat negatif. Instrumen disusun dalam skala bertingkat dengan alternatif pilihan. Agar data yang diperoleh bersifat kuantitatif, maka setiap skala diberi skor untuk jawaban sangat setuju (SS) : 4, setuju (S) : 3, tidak setuju (TS) : 2, sangat tidak setuju (STS) : 1.

Angket yang kedua adalah angket proses pembelajaran seni budaya. Butir-butir angket proses pembelajaran seni budaya dipandang dari komponen-komponen pembelajaran yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Diberikan 10 butir soal yang bersifat positif dan bersifat negatif. Setiap skala diberi skor untuk jawaban sangat setuju (SS) : 4, setuju (S) : 3, tidak setuju (TS) : 2, sangat tidak setuju (STS) : 1.


(52)

Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen faktor kesulitan pembelajaran seni budaya dan kisi-kisi proses pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta.


(53)

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Faktor Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta

No. Faktor Aspek Indikator No.Item

1

Internal

Fisiologis

Kesehatan siswa pada saat

pembelajaran Seni Budaya 1 (+), 28 (-) Kesehatan panca indera siswa

saat mengikuti pembelajaran Seni Budaya

2 (+)

Psikologis

Sikap siswa terhadap pembelajaran Seni Budaya

3 (-), 26 (+), 29 (+)

Ketertarikan siswa terhadap

pembelajaran Seni Budaya 23 (+), 16 (-) Usaha untuk belajar Seni Budaya 6 (+), 30 (-) Perhatian siswa terhadap

pembelajaran Seni Budaya 5 (+), 20 (-) Pemahaman siswa terhadap

materi Seni Budaya 7 (+), 9 (-) Kemampuan menyelesaikan tugas

Seni Budaya 8 (-), 14 (+)

Kecakapan dalam menyelesaikan

tugas Seni Budaya 10 (+), 27 (+) 2

Eksternal

Sosial

Suasana di rumah siswa 11 (+) Keadaan ekonomi keluarga siswa 12 (+) Metode mengajar guru 25 (+) Penguasaan materi guru 13 (+) Hubungan guru dan siswa 15 (+) Kondisi lingkungan masyarakat

sekitar siswa 17 (+)

Nonsosial

Keadaan udara di dalam kelas

saat belajar berlangsung 24 (+) Pembagian waktu belajar siswa 4 (+) Gedung sekolah tempat belajar

siswa 21 (+), 22 (-)


(54)

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrument Proses Pembelajaran Seni Budaya

No. Variabel Indikator No. Item

1

Desain Pembelajaran

Tujuan pembelajaran 1(-)

Materi pembelajaran 2(+), 6(+)

Strategi pembelajaran 4(+), 7(+)

Media pembelajaran 3(+)

Evaluasi pembelajaran 5(+), 8(+)

G. Validitas dan Reliabilitas

Suatu instrumen dinyatakan valid jika instrumen tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliable (Suharsimi, 2002 :144). Sebelum penelitian dilaksanakan maka diadakan uji coba intrumen terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan realibilitas pada instrumen yang akan digunakan.

1. Validitas

Suharsimi (2002 :144) berpendapat bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel peneliti yang dimaksud.

Uji validitas instrumen ini dilakukan pada siswa kelas VII F SMP Negeri 6 Yogyakarta yang berjumlah 30 siswa. Selanjutnya data uji validitas dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson (Suharsimi,


(55)

Keterangan:

= koefisien korelasi antara X dan Y = jumlah subyek

= jumlah skor butir soal = jumlah skor total

= jumlah kuadrat skor butir soal X = jumlah kuadrat jumlah total

= jumlah perkalian X dan Y

Setelah dilakukan uji validitas instrumen faktor kesulitan belajar Seni Budaya, dari 35 butir pernyataan yang diujikan terdapat 30 butir pernyataan yang dinyatakan valid karena diperoleh nilai validitas r hitung lebih dari r tabel untuk n= 30 yaitu 0,361 dengan kata lain memiliki nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 dan 5 butir pernyataan dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai signifikansi yang lebih dari 0,05. Pada instrumen proses pembelajaran, dari 10 butir pernyataan yang diujikan 8 butir pernyataan dinyatakan valid karena memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05 dan 2 butir pernyataan dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai signifikansi yang lebih dari 0,05.

2. Reliabilitas

Realibilitas artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Menurut Suharsimi (2002 :154) reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan


(56)

sesuatu. Apabila datanya sudah benar sesuai dengan kenyataan, maka data akan tetap sama walaupun berkali-kali di uji cobakan. Dalam hal ini yang dapat dipercaya adalah datanya bukan instrumennya. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut:

Keterangan:

= reliabilitas instrumen

= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= jumlah varians butir

= varians total

Setelah kuisioner reliabilitas instrumen diketahui, selanjutnya angka tersebut diinterpretasikan dengan tingkat keandalan koefisien korelasi yaitu:

Tabel 3. Interpretasi Nilai r

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17,0 for windows menggunakan rumus Alpha, diperoleh nilai koefisien reliabilitas instrumen faktor kesulitan belajar Seni Budaya sebesar 0,874. Hal ini berarti instrumen penelitian memiliki tingkat reliabilitas yang


(57)

reliabilitas sebesar 0,751. Hal ini berarti intrumen penelitian memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan cara memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif yang digunakan untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi frekuensi dan porsentase (%) dari masing-masing item. Dalam penelitian ini, menggunakan analisis univariat. Penelitian analisis univariat adalah analisis yang dilakukan dengan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2005 : 188). Hasil penelitian dianalisis untuk

mengetahui apakah faktor-faktor kesulitan pembelajaran tersebut

menimbulkan kesulitan belajar seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta. Kemudian dilakukan analisis untuk setiap aspek dari faktor kesulitan pembelajaran yang meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Selanjutnya, dilakukan analisis untuk desain pembelajaran yang terdiri dari tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media

pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Dari analisis univariat tersebut dapat diketahui persentase nilai yang lebih besar atau lebih kecil dari Mean setiap aspek. Apabila perolehan nilai pada setiap aspek lebih dari Mean maka aspek tersebut dinyatakan sebagai faktor kesulitan pembelajaran. Sebaliknya, jika perolehan nilai pada setiap aspek lebih kecil sama dengan Mean maka aspek tersebut tidak dinyatakan sebagai faktor kesulitan pembelajaran.


(58)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Data faktor-faktor kesulitan belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari Faktor Internal.

1) Faktor Fisiologis

Berdasarkan data yang diperoleh faktor kesulitan belajar Seni Budaya siswa di SMP Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari faktor fisiologis terdapat 3butir pertanyaan dengan jumlah responden yaitu 64 siswa diperoleh skor tertinggi 11 dan skor terendah sebesar 7. Hasil analisis harga Mean (M) sebesar 8,9. Faktor fisiologis dibagi menjadi 2 aspek yaitu ditinjau dari aspek kesehatan siswa dan panca indra, berikut hasil analisis data tersebut:

a) Faktor-faktor kesulitan belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta berdasarkan faktor fisiologis ditinjau dari aspek kondisi kesehatan siswa saat kegiatan pembelajaran.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Kesehatan

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1 X > 6 48 75%

2 X ≤ 6 16 25%


(59)

Berdasarkan tabel dapat digambarkan dalam pie chart sebagai berikut:

Gambar 1. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Seni Budaya siswa ditinjau dari aspek kesehatan siswa saat belajar

Berdasarkan gambar diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa ditinjau dari aspek kesehatan siswa bahwa sebanyak 48 siswa atau 75% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih besar dari Mean dan sebanyak 16 siswa atau 25% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean. Jadi terlihat persentase tertinggi adalah siswa yang memiliki jumlah nilai yang lebih besar dari Mean (75%) dan persentase terendah adalah siswa yang memiliki jumlah nilai lebih kecil sama dengan Mean (25%).


(60)

b) Faktor-faktor kesulitan belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta berdasarkan faktor fisiologis ditinjau dari aspek kondisi kesehatan panca indera siswa saat kegiatan pembelajaran.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Panca Indra

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1 X > 3 59 92,2%

2 X ≤ 3 5 7,8%

Total 64 100,00%

Berdasarkan tabel no.5 dapat digambarkan dalam pie chart sebagai berikut:

Gambar 2. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Seni Budaya siswa ditinjau dari aspek kesehatan panca indera

siswa

Berdasarkan gambar diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa ditinjau dari aspek kesehatan panca indera siswa bahwa sebanyak 59 siswa atau 92,2% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih besar dari Mean dan sebanyak 5 siswa atau 7,8% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean. Jadi terlihat persentase tertinggi adalah siswa yang memiliki jumlah nilai


(61)

yang lebih besar dari Mean (92,2%) dan persentase terendah adalah siswa yang memiliki jumlah nilai lebih kecil sama dengan Mean (7,8%).

2) Faktor Psikologis

Berdasarkan data yang diperoleh faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Seni Budaya siswa ditinjau dari faktor psikologis terdapat 15 butir pertanyaan dengan jumlah responden yaitu 64 siswa diperoleh skor tertinggi 49 dan skor terendah sebesar 32. Hasil analisis harga Mean (M) sebesar 41,17. Faktor psikologis dibagi menjadi 4 aspek yaitu ditinjau dari aspek minat, motivasi, bakat dan intelegensi berikut hasil analisis data tersebut:

a) Faktor-faktor kesulitan belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta berdasarkan faktor psikologis ditinjau dari aspek minat siswa.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Minat

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1 X > 10,6 31 48,4%

2 X ≤ 10,6 33 51,6%

Total 64 100,00%

Berdasarkan tabel dapat digambarkan dalam pie chart sebagai berikut:


(62)

Gambar 3. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Seni Budaya siswa ditinjau dari aspek minat siswa Berdasarkan gambar diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa ditinjau dari aspek motivasi siswa sebanyak 31 siswa atau 48,4% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih besar dari Mean dan sebanyak 33 siswa atau 51,6% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean. Jadi terlihat persentase tertinggi adalah siswa yang memiliki jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean (51,6%) dan persentase terendah adalah siswa yang memiliki jumlah nilai lebih besar dari Mean (48,4%).

b) Faktor-faktor kesulitan belajar Seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta berdasarkan faktor psikologis ditinjau dari aspek motivasi siswa.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Motivasi

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1 X > 14,5 32 50,00%

2 X ≤ 14,5 32 50,00%


(63)

Berdasarkan tabel dapat digambarkan dalam pie chart sebagai berikut:

Gambar 4. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Seni Budaya siswa ditinjau dari aspek motivasi siswa Berdasarkan gambar diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa ditinjau dari aspek motivasi siswa bahwa sebanyak 32 siswa atau 50% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih besar dari Mean dan sebanyak 32 siswa atau 50% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean. Jadi terlihat persentase nilai yang lebih besar dari Mean (50%) dan lebih kecil sama dengan Mean (50%) sama rata.

c) Faktor-faktor kesulitan belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta berdasarkan faktor psikologis ditinjau dari aspek bakat siswa.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Bakat

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1 X > 5,6 34 53,1%

2 X ≤ 5,6 30 46,9%


(64)

Berdasarkan tabel dapat digambarkan dalam pie chart sebagai berikut:

Gambar 5. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Seni Budaya siswa ditinjau dari aspek bakat siswa Berdasarkan gambar diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa ditinjau dari aspek bakat siswa bahwa sebanyak 34 siswa atau 53,1% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih besar dari Mean dan sebanyak 30 siswa atau 46,9% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean. Jadi terlihat persentase tertinggi adalah siswa yang memiliki jumlah nilai yang lebih besar dari Mean (53,1%) dan persentase terendah adalah siswa yang memiliki jumlah nilai lebih kecil sama dengan Mean (46,9%).


(65)

d) Faktor-faktor kesulitan belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta berdasarkan faktor psikologis ditinjau dari aspek intelegensi siswa.

Tabel 9. Distrubusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Intelegensi

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1 X > 10,5 35 54,7%

2 X ≤ 10,5 29 45,3%

Total 64 100,00%

Berdasarkan tabel dapat digambarkan dalam pie chart sebagai berikut:

Gambar 6. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Seni Budaya siswa ditinjau dari aspek intelegensi siswa Berdasarkan gambar diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa ditinjau dari aspek intelegensi siswa bahwa sebanyak 35 siswa atau 54,7% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih besar dari Mean dan sebanyak 29 siswa atau 45,3% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean. Jadi terlihat persentase tertinggi adalah siswa yang memiliki jumlah nilai yang lebih besar dari Mean (54,7%) dan persentase terendah adalah


(66)

siswa yang memiliki jumlah nilai lebih kecil sama dengan Mean (45,3%).

2. Data faktor-faktor kesulitan belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari Faktor Eksternal.

1) Faktor Sosial

Berdasarkan data yang diperoleh dari faktor yang

mempengaruhi kesulitan belajar Seni Budaya siswa di SMP Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari faktor sosial terdapat 6 butir pertanyaan dengan jumlah responden yaitu 64 siswa diperoleh nilai diantaranya skor tertinggi 20 dan skor terendah sebesar 11. Hasil analisis harga Mean (M) sebesar 17,1. Faktor sosial dibagi menjadi 3 aspek yaitu ditinjau dari aspek keluarga, sekolah dan masyarakat berikut hasil analisis data tersebut:

a) Faktor-faktor kesulitan belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta berdasarkan faktor sosial ditinjau dari aspek keluarga siswa.

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Keluarga

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1 X > 6,2 21 32,8%

2 X ≤ 6,2 43 67,2%

Total 64 100,00%

Berdasarkan tabel dapat digambarkan dalam pie chart sebagai berikut:


(67)

Gambar 7. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Seni Budaya siswa ditinjau dari aspek keluarga siswa

Berdasarkan gambar diketahui bahwa faktor yang

mempengaruhi kesulitan belajar siswa ditinjau dari aspek keluarga siswa bahwa sebanyak 21 siswa atau 32,8% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih besar dari Mean dan sebanyak 43 siswa atau 67,2% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean. Jadi terlihat persentase tertinggi adalah siswa yang memiliki jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean (67,2%) dan persentase terendah adalah siswa yang memiliki jumlah nilai lebih besar dari Mean (32,8%).

b) Faktor-faktor kesulitan belajar Seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta berdasarkan faktor sosial ditinjau dari aspek sekolah.

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Sekolah Siswa

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1 X > 7,9 44 68,75%

2 X ≤ 7,9 20 31,25%


(68)

Berdasarkan tabel dapat digambarkan dalam pie chart sebagai berikut:

Gambar 8. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Seni Budaya siswa ditinjau dari aspek sekolah siswa

Berdasarkan gambar diketahui bahwa faktor yang

mempengaruhi kesulitan belajar siswa ditinjau dari aspek sekolah siswa bahwa sebanyak 44 siswa atau 68,75% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih besar dari Mean dan sebanyak 20 siswa atau 31,25% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean. Jadi terlihat persentase tertinggi adalah siswa yang memiliki jumlah nilai yang lebih besar dari Mean (68,75%) dan persentase terendah adalah siswa yang memiliki jumlah nilai lebih kecil sama dengan Mean (31,25%).

c) Faktor –faktor kesulitan belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta berdasarkan faktor sosial ditinjau dari aspek masyarakat sekitar siswa.

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Masyarakat Sekitar Lingkungan Siswa

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1 X > 3,1 10 15,6%

2 X ≤ 3,1 54 84,4%


(69)

Berdasarkan tabel dapat digambarkan dalam pie chart sebagai berikut:

Gambar 9. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Seni Budaya siswa ditinjau dari aspek masyarakat sekitar lingkungan

siswa

Berdasarkan gambar diketahui bahwa faktor yang

mempengaruhi kesulitan belajar siswa ditinjau dari aspek masyarakat sekitar lingkungan siswa bahwa sebanyak 10 siswa atau 15,6% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih besar dari Mean dan sebanyak 54 siswa atau 84,4% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean. Jadi terlihat persentase tertinggi adalah siswa yang memiliki jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean (84,4%) dan persentase terendah adalah siswa yang memiliki jumlah nilai lebih besar dari Mean (15,6%).

2) Faktor Non-sosial

Berdasarkan data yang diperoleh dari faktor yang

mempengaruhi kesulitan belajar Seni Budaya siswa di SMP Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari faktor non-sosial terdapat 6 butir pertanyaan


(70)

dengan jumlah responden yaitu 64 siswa diperoleh skor tertinggi 22 dan skor terendah sebesar 14. Hasil analisis harga Mean (M) sebesar 16,9.Faktor non-sosial dibagi menjadi 4 aspek yaitu ditinjau dari aspek keadaan udara saat belajar berlangsung, pembagian waktu belajar siswa, gedung sekolah tempat belajar siswa dan media belajar seni budaya siswa berikut hasil analisis data tersebut:

a) Faktor-faktor kesulitan belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta berdasarkan faktor non-sosial ditinjau dari aspek keadaan udara saat belajar berlangsung di sekolah.

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Keadaan Udara saat Kegiatan Belajar.

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1 X > 3,2 18 28,1%

2 X ≤ 3,2 46 71,9%

Total 64 100,00%

Berdasarkan tabel dapat digambarkan dalam pie chart sebagai berikut:

Gambar 10. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Seni Budaya siswa ditinjau dari aspek keadaan


(71)

Berdasarkan gambar diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa ditinjau dari aspek keadaan udara saat kegiatan berlangsung bahwa sebanyak 18 siswa atau 28,1% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih besar dari Mean dan sebanyak 46 siswa atau 71,9% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean. Jadi terlihat persentase tertinggi adalah siswa yang memiliki jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean (71,9%) dan persentase terendah adalah siswa yang memiliki jumlah nilai lebih besar dari Mean (28,1%).

b) Faktor-faktor kesulitan belajar Seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta berdasarkan faktor sosial ditinjau dari aspek waktu belajar siswa.

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Waktu Belajar Siswa

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1 X > 2,7 43 67,2%

2 X ≤ 2,7 21 32,8%

Total 64 100,00%

Berdasarkan tabel dapat digambarkan dalam pie chart sebagai berikut:


(72)

Gambar 11. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Seni Budaya siswa ditinjau dari aspek waktu

belajar siswa

Berdasarkan gambar diketahui bahwa faktor yang

mempengaruhi kesulitan belajar siswa ditinjau dari aspek waktu belajar siswa bahwa sebanyak 43 siswa atau 67,2% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih besar dari Mean dan sebanyak 21 siswa atau 32,8% siswa mempunyai jumlah nilai yang lebih kecil sama dengan Mean. Jadi terlihat persentase tertinggi adalah siswa yang memiliki jumlah nilai yang lebih besar dari Mean (67,2%) dan persentase terendah adalah siswa yang memiliki jumlah nilai lebih kecil sama dengan Mean (32,8%).

c) Faktor –faktor kesulitan belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta berdasarkan faktor sosial ditinjau dari aspek media belajar siswa.

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Media Belajar Siswa

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1 X > 5,5 36 56,25%

2 X ≤ 5,5 28 43,75%

Total 64 100,00%

Berdasarkan tabel dapat digambarkan dalam pie chart sebagai berikut:


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)