31 perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan mencangkup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.Pembelajaran
belum dikatakan berhasil apabila hanya menghasilkan perubahan satu atau dua saspek saja.Misalnya jika hasil pembelajaran anak baru berupa
hafalan, maka ia belum mencangkup seluruh perilaku lainnya. Jadi, seorang anak dikatakan telah belajar matematika, maka ia akan berubah
perilakunya dalam aspek kognitif atau pengetahuannya, afektif atau sikapnya, psikomotor atau keterampilannya. Oleh karena itu, guru
hendaknya memperhatikan perubahan perilaku yang terjadi pada peserta didik setelah proses pembelajaran.
Menurut pendapat Oemar Hamalik 2010: 57, menegaskan definisi istilah pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun oleh unsur
manusiawi, material, sarana prasarana, dan prosedur yang saling mempengaruhi guna mencapai tujuan pembelajaran.unsur manusiawi
terdiri dari pendidik dan peserta didik yang bersinergis dalam membangun pengetahuan bersama-sama, unsur material berupa buku dan
bahan pelajaran lainnya, unsur sarana prasarana berupa ruang kelas dan fasikitas lain yang bisa menunjang kelancaran pembelajaran, serta unsur
prosedur berupa kurikulum yang menjadi pedoman dari pelaksanaan pembelajaran. semua unsur tersebut harus dapat dipenuhi agar
pelaksanaan pembelajaran berjajalan dengan lancar dan tercapai tujuan pembelajaran secara optimal.
32 Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada siswa
melalui berbagai cara dengan memanfaatkan lingkungan dan alam sekitar untuk mendukung ketercapaian tujuan siswa dalam belajar.
3. Karakteristik Peserta Didik
Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh guru atau pendidik di sekolah dasar adalah guru hendaknya memahami karakteristik siswa yang
akan diajarnya. Menurut pendapat Sardiman A. M 2007: 120, karakteristik siswa merupakan keseluruhan kelakuan dan kemampuan
yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
Menurut pendapat Sutari Imam Barnadib, 1995 dalam Arif Rohman, 2013:105 - 106, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Dalam dirinya terdapat potensi bakat-bakat yang luar biasa yang memungkinkan tumbuh
dan berkembang melalui pendidikan. Untuk itu, sosok peserta didik umumnya membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan
berkembang ke arah kedewasaan. Menurut pendapat Sumantri dalam Ahmad Susanto, 2013: 70-72,
pentingnya mempelajari perkembangan peserta didik bagi guru, sebagai berikut:
33 1.
Kita akan memperoleh ekspektasi yang nyata tentang anak dan remaja.
2. Pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak membantu kita
untuk merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu pada seorang anak.
3. Pengetahuan tentang perkembangan anak akan membantu mengenali
berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal. 4.
Dengan mempelajari perkembangan anak akan membantu memahami diri sendiri.
Menurut pendapat Jean Piaget dalam Rita Eka Izzaty, dkk 2008: 35, perkembangan intelektual peserta didik berlangsung dalam empat
tahap, yaitu: a.
Tahap sensori motor 0 – 18 bulan atau 24 bulan Anak tidak atau belum mempunyai konsepsi tentang obyek
yang tetap.Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan inderanya.
b. Tahap pra-operasional 18 bulan – 7 tahun
Pada tahap ini kemampuan skema kognitifnya masih terbatas dan masih suka meniru perilaku orang lain khususnya orang tua dan
guru yang pernah ia lihat ketika orang itu merespons terhadap perilaku orang, keadaan, dan kejadian yang dihadapi pada masa
lampau. Peserta didik mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif.
c. Tahap operasional konkret 7 tahun – 11 tahun
Pada tahap ini peserta didik sudah mulai memahami aspek- aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah, mempunyai
kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan
34 benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, peserta didik sudah
mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa- peristiwa yang konkret.
d. Tahap operasional formal 11 tahun ke atas
Pada tahap ini peserta didik sudah menginjak usia remaja. Perkembangan kognitif peserta didik pada tahap ini telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif., baik simultan serentak maupun berurutan. Misalnya kapasitas
merumuskan hipotesis anggapan dasar peserta didik mampu berfikir untuk memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan
dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons. Sedangkan dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, peserta didik
akan mampu mempelajari yang abstrak, seperti agama, matematika, dan lainnya.
Pada umumnya rentan usia anak sekolah dasar adalah 7-12 tahun. Menurut pendapat Rita Eka Izzaty, dkk2008: 103,
mengemukakan masa usia sekolah dasar merupakan masa kanak-kanak akhir, di mana anak sudah semakin luas lingkungan pergaulannya.
Anak sudah banyak bergaul dengan orang-orang di luar rumah, yaitu dengan teman bermain di sekitar rumah dan sekolah.
Menurut Piaget dalam Rita Eka Izzaty, 2008: 105, masa kanak- kanak akhir berada dalam tahap operasional konkret dalam berfikir