Optimisasi Jumlah Produksi CPO dengan Biaya Minimum melalui Pendekatan Linear Programming Di PTPN IV Kebun Air Baru

(1)

OPTIMISASI JUMLAH PRODUKSI CPO DENGAN BIAYA MINIMUM MELALUI PENDEKATAN LINEAR PROGRAMMING

DI PTPN IV KEBUN AIR BATU

DRAFT TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh

ANTONIUS SIANTURI 080403062

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penulisan Tugas Sarjana ini.

Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat akademis yang harus diselesaikan setiap mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul tugas sarjana ini adalah Optimisasi Jumlah Produksi CPO dengan Biaya

Minimum melalui Pendekatan Linear Programming Di PTPN IV Kebun Air Baru

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga Tugas Sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Tuhan memberkati kita semua. Terima kasih.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS.


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama dan yang utama penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas kuasa-Nya Tugas Sarjana ini dapat diselesaikan. Dalam penulisan Tugas Sarjana ini Penulis juga banyak mendapatkan dorongan dan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan, antara lain :

1. Teristimewa buat kedua orang tua saya yang tercinta S.Sianturi dan L. Nainggolan, S.Pd yang selalu memberikan dukungan, doa, nasehat, dan materi yang sangat membantu dalam penyelesaian Tugas Sarjana.

2. Bapak Ir. Abadi Ginting SS, MSIE selaku Pembimbing I yang telah membimbing penulis dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT. selaku Pembimbing II dan Sekretaris Departemen Teknik Industri yang telah membimbing penulis dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Tugas Sarjana ini.

4. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri yang membantu mahasiswanya untuk menyelesaikan studinya

5. Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST, MT dan Bapak Ikhsan Siregar, ST, M.Eng selaku dosen pembanding yang telah membantu dalam penyempurnaan tugas akhir ini


(7)

6. Bapak Azman, yang telah meluangkan waktu untuk menerima dan membantu selama melakukan penelitian dan juga seluruh staff dan karyawan PTPN IV Kebun Air Batu

7. Ketiga saudara saya Luciana Sianturi, Elizabeth Sianturi dan Leonardo Sianturi yang selalu memberi dukungan kepada saya.

8. Teman-teman seperjuangan Fitri M Siahaan dan Eka serta semua stambuk 2008 yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini. 9. Saudara-saudara yang selalu mendukung dalam doa Iman, Fince, Andi, Berlin,

Samuel, dan teman-teman lain di pelayanan.

10. Sahabat terkasih yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat Asima Juliyana Siregar.

Semoga dengan adanya Tugas Sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan ke depan. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS. APRIL 2013


(8)

ABSTRAK

Penentuan kebijakan dalam perencanaan produksi membutuhkan dasar pertimbangan yang tepat. Dimana, tidak cukup hanya berdasarkan pertimbangan empiris melainkan dibutuhkan sebuah dasar teoritis berdasarkan metode keilmuan. PTPN IV Kebun Air Batu merupakan perusahaan perkebunan dan pengolahan TBS (Tandan Buah Segar). Instruksi kebijakan produksi dalam rangka memenuhi permintaan CPO (Crude Palm Oil) umumnya dilakukan berdasarkan pertimbangan empiris sehingga dibutuhkan sebuah pertimbangan teoritis untuk membantu manajemen perusahaan dalam mengambil kebijakan yang tepat.

Penelitian ini merupakan aplikasi model linear di dalam perusahaan perkebunan untuk menentukan biaya produksi CPO minimum pada tingkat produksi yang optimum dengan menggunakan metode Linear Programming yang dapat dipakai dalam melakukan perencanan produksi. Fungsi obyektif yang diuji adalah Min Z = Σ 1.936.620�11 + 1.567.890�21 + 1.895.290�12 + 1.471.970�22 + 369.174�31 + 55.380�41 + 403.575�32 + 60.540�42 + 4.697.520�51 + 5.226.520�52 + 22.243.679�61 + 29.441.194�62 . Dalam pengujian model, beberapa kendala menyebabkan model sulit untuk dipecahkan yaitu pada kendala ketersediaan TBS. Untuk itu dilakukan relaksasi pada model dengan menghapus kendala yang menyebabkan model sulit untuk dipecahkan.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan 5 metode dalam linear programming. Dari lima metode terdapat 4 metode memberikan hasil yang sama yaitu jumlah produksi CPO sebesar 14763 ton dengan biaya minimum sebesar Rp 114.258.100.000. Untuk membantu perhitungan model digunakan software POM yang memiliki kelebihan dalam tampilan iterasi yang lebih detil.


(9)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Asumsi dan Batasan Penelitian ... I-4 1.5. Sistematika Penulisan ... I-5

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... II-1

2.1.Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2.Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-4


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.3. Lokasi Perusahaan... II-5 2.4. Daerah Pemasaran ... II-5 2.5. Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Lokasi

Perusahaan ... II-5 2.6. Organisasi dan Manajemen ... II-7 2.6.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-8 2.6.2. Pembagian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab ... II-11 2.6.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-25 2.7.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-24

III. LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Defenisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi ... III-1 3.2. Ruang Lingkup Perencanaan dan Pengendalian Produksi.. ... III-2 3.3. Sifat-sifat Perencanaan Produksi ... III-4 3.4. Defenisi Optimisasi ... III-9 3.4.1. Optimisasi Profit ... III-11 3.4.2. Minimisasi Biaya ... III-12 3.5. Program Linear (Linear Programming) ... III-13 3.6. Matriks ... III-17 3.7. Metode Simpleks ... III-24


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.8. Metode Big-M dan 2-Phase ... III-31 3.9. Integer Programming ... III-33 3.10. Revised Simplex Method ... III-36 3.11. Dualitas ... III-39 3.12. Software QM For Windows ... III-49 3.13. LiPS Software ... III-55 3.14. Asam Lemak Bebas ... III-56 3.15. Kebijakan Persediaan (Safety Stock dan Buffer Stock) ... III-58 3.16. Perencanaan Kapasitas ... III-60 3.17. Relaksasi ... III-61

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Kerangka Konseptual ... IV-1 4.4. Rancangan Penelitian ... IV-6

4.4.1. Identifikasi Masalah, Penetapan Tujuan dan Manfaat

Penelitian ... IV-8 4.4.2. Studi Pendahuluan ... IV-8 4.4.3. Pengumpulan Data ... IV-8 4.4.4. Pengolahan Data ... IV-10


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.4.5. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-18 4.4.6. Kesimpulan dan Saran ... IV-19

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-I

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Permintaan CPO ... V-1 5.1.2. Data Faktor Rendemen ... V-2 5.1.3. Data TBS yang Tidak Memenuhi Spesifikasi ... V-3 5.1.4. Ketersediaan Kapasitas Pabrik ... V-4 5.1.5. Persediaan CPO dan Biaya Penyimpanan ... V-4 5.1.6. Data Ketersediaan Tenaga Kerja Panen dan Biaya

Tenaga Kerja ... V-5 5.1.7. Data Jumlah Truk yang Tersedia dan Biaya Transportasi V-5 5.1.8. Data Harga TBS ... V-5 5.1.9. Data Biaya Pengolahan TBS ... V-5 5.2. Pengolahan Data... V-6 5.2.1. Penentuan Variabel Keputusan ... V-6 5.2.2. Penentuan Fungsi Kendala ... V-7 5.2.2.1. Fungsi Kendala Pertama ... V-7 5.2.2.2. Fungsi Kendala Kedua ... V-9 5.2.2.3. Fungsi Kendala Ketiga ... V-10


(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.2.4. Fungsi Kendala Keempat ... V-12 5.2.2.5. Fungsi Kendala Kelima ... V-13 5.2.2.6. Fungsi Kendala Keenam ... V-14 5.2.3. Fungsi Tujuan ... V-14 5.2.4. Pembentukan Model Linear Programming ... V-16 5.2.5. Formulasi Model Linear Programming ... V-17 5.2.6. Penyelesaian Fungsi Linear Programming dengan

Software QM dan LiPs ... V-19

VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis Hasil Pengolahan dengan Metode-metode Linear

Programming ... VI-1 6.2. Analisa Perencanaan Produksi ... VI-3 6.3. Analisis Sensitivitas ... VI-4

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jumlah Tenaga Kerja Di PTPN IV Kebun Air Batu ... II-26 2.2. Jam Kerja untuk Karyawan Pabrik dan Kantor ... II-26 3.1. Bentuk Kanonik dan Bentuk Standart Program Linear... III-14 3.2. Simpleks dalam Bentuk Matriks ... III-38 3.3. Hubungan Primal dan Dual ... III-46 3.4. Formulasi Metode Linear Programming ... III-47 5.1. Permintaan CPO Tahun 2012 ... V-2 5.2. Faktor Rendemen Kebun Inti ... V-2 5.3. TBS yang Tidak Memenuhi Spesifikasi ... V-3 5.4. Jumlah Jam Kerja yang Tersedia Tahun 2012 ... V-4 5.5. Ketersediaan Kapasitas Pabrik ... V-4 5.6. Persediaan CPO Di Tangki Timbun Sebelumnya ... V-4 5.7. Ketersediaan Tenaga Kerja Panen ... V-5 5.8. Jumlah Truk yang Tersedia ... V-5 5.9. Harga TBS ... V-6 5.10. Biaya Pengolahan TBS ... V-6 5.11. Tabel Awal ... V-20 5.12. Solusi Optimal dengan Software QM ... V-21 5.13. Hasil Perhitungan dengan Menggunakan Metode-metode


(15)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.14. Solusi Optimum Kontinyu ... V-24 5.15. Sub Problem Nilai X21 dan X22 ... V-24 5.16. Hasil Relaksasi Ketersediaan Pihak Swasta ... V-25 6.1. Hasil Pengolahan dengan Menggunakan Metode-metode

Pada Linear Programming ... VI-1 6.2. Hasil Perencanaan Produksi Tahun 2013 ... VI-2 6.3. Nilai Optimal dari Jumlah Produksi dan Persediaan CPO ... VI-4 6.4. Nilai Optimal Ketersediaan Jumlah TBS ... VI-4 6.5. Analisis Sensitivitas ... VI-5 6.5. Analisis Sensitivitas Jumlah Permintaan dan Kapasitas Pabrik ... VI-6 6.6. Analisis Kapasitas Produksi ... VI-7 6.7. Analisis Sensitivitas Ketersediaan TBS ... VI-9 6.8. Hasil Relaksasi Ketersediaan TBS PIhak Swasta ... VI-9 6.9. Analisis Sensitivitas Jumlah Pekerja dan Alat Transportasi ... VI-10


(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PTPN IV Kebun Air Batu ... II-10 3.1. Bagan Solusi Branch and Bound ... III-36 3.2. Tampilan Awal Linear Programming ... III-51 3.3. Input Data Tabel ... III-52 3.4. Tabel Hasil ... III-52 3.5. Tabel Ranging ... III-53 3.6. Tabel Solution List ... III-53 3.7. Tabel Iterasi ... III-54 3.8. Contoh Grafik Linear Programming ... III-55 3.9. Tampilan Software LiPS ... III-56 4.1. Bagan Sistem Rantai Supply Pengelolaan CPO... IV-3 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-6 4.3. Blok Diagram Rancangan Penelitian ... IV-7 5.1. Bagan Hasil Relaksasi Ketersediaan TBS Pihak Swasta ... V-25


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Surat Balasan dari Perusahaan ... L-1 2. SK Tugas Sarjana ... L-2 3. Lembar Asistensi Dosen Pembimbing ... L-3


(18)

ABSTRAK

Penentuan kebijakan dalam perencanaan produksi membutuhkan dasar pertimbangan yang tepat. Dimana, tidak cukup hanya berdasarkan pertimbangan empiris melainkan dibutuhkan sebuah dasar teoritis berdasarkan metode keilmuan. PTPN IV Kebun Air Batu merupakan perusahaan perkebunan dan pengolahan TBS (Tandan Buah Segar). Instruksi kebijakan produksi dalam rangka memenuhi permintaan CPO (Crude Palm Oil) umumnya dilakukan berdasarkan pertimbangan empiris sehingga dibutuhkan sebuah pertimbangan teoritis untuk membantu manajemen perusahaan dalam mengambil kebijakan yang tepat.

Penelitian ini merupakan aplikasi model linear di dalam perusahaan perkebunan untuk menentukan biaya produksi CPO minimum pada tingkat produksi yang optimum dengan menggunakan metode Linear Programming yang dapat dipakai dalam melakukan perencanan produksi. Fungsi obyektif yang diuji adalah Min Z = Σ 1.936.620�11 + 1.567.890�21 + 1.895.290�12 + 1.471.970�22 + 369.174�31 + 55.380�41 + 403.575�32 + 60.540�42 + 4.697.520�51 + 5.226.520�52 + 22.243.679�61 + 29.441.194�62 . Dalam pengujian model, beberapa kendala menyebabkan model sulit untuk dipecahkan yaitu pada kendala ketersediaan TBS. Untuk itu dilakukan relaksasi pada model dengan menghapus kendala yang menyebabkan model sulit untuk dipecahkan.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan 5 metode dalam linear programming. Dari lima metode terdapat 4 metode memberikan hasil yang sama yaitu jumlah produksi CPO sebesar 14763 ton dengan biaya minimum sebesar Rp 114.258.100.000. Untuk membantu perhitungan model digunakan software POM yang memiliki kelebihan dalam tampilan iterasi yang lebih detil.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

American Production and Inventory Control Society (APICS) menjelaskan bahwa pengendalian produksi adalah fungsi untuk menggerakan barang melalui siklus manufaktur keseluruhan dari pengadaan bahan baku sampai dengan pengiriman produk jadi, sedangkan pengendalian persediaan adalah aktivitas-aktivitas dan teknik-teknik penjagaan stok barang-barang pada tingkat tertentu, baik berupa bahan baku, barang dalam proses dan produk jadi. (Hadiguna, 2008)

Kegiatan produksi sangat ditentukan oleh ketersediaan bahan baku dan jumlah permintaan. PTPN IV Kebun Air Batu menggunakan data jumlah permintaan sebagai dasar penentuan kebijakan produksi, dimana jumlah produksi sangat dipengaruhi oleh jumlah permintaan. Ketika manajemen menerima kontrak jumlah permintaan CPO (Crude Palm Oil), manajemen langsung menginstruksikan kepada seluruh jajaran pimpinan karyawan untuk memenuhi kebutuhan permintaaan CPO ini. Instruksi ini umumnya dilakukan secara empiris tanpa disertai pertimbangan perencanaan secara teoritis berdasarkan metode keilmuan. Pentingnya pendekatan teoritis untuk memberikan gambaran kegiatan produksi, sehingga ketika terjadi masalah seperti kekurangan atau kelebihan sumber daya dapat diperkiraan sebelumnya. Untuk itu pada penelitian ini dicoba menegakan dasar teoritis berdasarkan metode keilmuan. Hal ini dilakukan untuk


(20)

memberi pemetaan terhadap perencanaan produksi yang akan membantu pihak manajemen mengambil keputusan memenuhi permintaan CPO.

Perhatian terhadap perencanaan dan pengendalian produksi telah banyak dilakukan. Vasant (2003, 2006) mengembangkan program linear fuzzy yang diaplikasikan pada perencanaan produksi. Model perencanaan produksi yang diterapkannya hanya merencanakan kombinasi jumlah produksi dari beberapa jenis produk, atau lebih dikenal dengan istilah baur produk. Hasil studi ini masih belum mampu melibatkan faktor-faktor penting lainnya yang patut dipertimbangkan dalam sebuah sistem perencanaan dan pengendalian produksi, seperti kebijakan persediaan, ketersediaan tenaga kerja dan lain-lainnya. Hadiguna (2008,2009) melibatkan faktor-faktor seperti kebijakan persediaan, tenaga kerja dan lainnya dalam model linear. Namun pengujian model masih ke dalam satu metode saja dalam program linear. Untuk itu dilakukan pengujian ke dalam beberapa metode program linier untuk melihat apakah masing-masing metode memberikan perbedaan yang signifikan terhadap pengujian model yang diusulkan.

Model yang dikembangkan menggunakan obyektif tunggal yaitu total biaya perencanaan produksi sepanjang horizon perencanaan. Penggunaan obyektif tunggal didasarkan pada orientasi utama para manajer pabrik yaitu mengendalikan biaya produksi. Biaya produksi sering menjadi indikator kunci kinerja yang paling diperhatikan dalam pengelolaan pabrik. (Hadiguna,2008)

Model ini menggunakan konsep pendekatan linear programming guna menemukan tingkat produksi optimal pada tingkat biaya minimum di perusahaan tersebut. Model linear programming telah banyak diterapkan untuk


(21)

menyelesaikan berbagai jenis masalah termasuk perencanaan dan pengendalian produksi. Pemecahan dengan pola linear memberikan proses yang lebih sederhana dibandingkan pemecahan pola non-linear. Selain itu, pada penelitian ini dilakukan pengujian model dengan menggunakan beberapa metode dalam linear programming dan menjadi keunggulan dalam penelitian ini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah menemukan biaya minimum pengalokasian sumber daya perusahaan pada tingkat produksi yang optimum melalui model linear programming yang diujikan di PTPN IV Kebun Air Batu.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:.

1. Menemukan jumlah produksi optimum pada total biaya perencanaan produksi minimum melalui model yang diujikan di PTPN IV Kebun Air Batu.

2. Menentukan besarnya perubahan jumlah sumber daya yang diperbolehkan tanpa mengubah nilai optimumnya.

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Mahasiswa


(22)

Mendapatkan pengalaman dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan teori dan metode ilmiah yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan dengan mengaplikasikannya di lapangan.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai masukan, bandingan dan sumbangan pemikiran bagi pihak perusahaan untuk menentukan jumlah produksi optimum dengan biaya minimum.

3. Bagi Departemen Teknik Industri

Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU dan untuk menambah literatur perpustakaan.

1.4. Asumsi dan Batasan Penelitian

Adapun yang menjadi asumsi dalam penelitian yang dilakukan adalah: 1. Selama penelitian berlangsung, tidak terjadi kerusakan mesin yang

mengganggu kelancaran produksi.

2. Tidak adanya perubahan yang signifikan terhadap konversi nilai tukar rupiah selama penelitian.

3. Tidak terjadi perubahan biaya yang signifikan terhadap biaya-biaya sumberdaya seperti gaji dan transportasi.

Adapun batasan dalam penelitian ini adalah:

1. Tidak adanya discount prize (savings or extra cost) terhadap kenaikan ataupun penurunan jumlah sumberdaya yang digunakan.


(23)

2. Data yang digunakan dalam penelitian ini berada dalam parameter waktu yang sama pada bulan Januari samapai Juni 2012.

3. Biaya set up tidak diperhitungkan ketika memulai aktivitas produksi.

4. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan linear programming pada pengolahan TBS menjadi CPO.

5. Pembagian jam kerja tetap dibagi kedalam 2 shift.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan. Sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, asumsi-asumsi dan batasan masalah, kemudian sistematika penulisan Tugas Akhir

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menguraikan tentang sejarah perusahaan, ruang lingkup usaha, lokasi perusahaan, daerah pemasaran, struktur organisasi, dan produk yang dihasilkan


(24)

Mejelaskan tentang dasar-dasar teori dan sumber acuan yang mendukung untuk digunakan dalam analisis pemecahan masalah yang dirumuskan untuk mencapai tujuan penelitian.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan sebagai kerangka dalam pengumpulan data, pengolahan data, maupun pemecahan masalah

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Menguraikan tentang data yang dikumpulkan dan pengolahannya untuk memecahkan masalah sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan

BAB VI ANALISIS DAN EVALUASI

Menguraikan tentang pembahasan-pembahasan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan mengevaluasi perbedaan-perbedaan yang terlihat antara hasil studi dengan fakta di lapangan, serta memberikan penjelasan secara ilmiah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang diberikan peneliti kepada perusahaan


(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara IV atau sering disebut PTPN IV (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet.

Sejarah perusahaan PTPN IV dimulai dari proses nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing pada tahun 1958 oleh pemerintah menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Baru (PPN Baru). Kemudian pada tahun 1961 berubah menjadi PPN Aneka Tanaman (Antan V).

Tahun 1968, PPN direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selajutnya pada tahun 1974 bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT Perkebunan (Persero).

Guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegitan usaha perusahaan BUMN, Pemerintah merestrukturisasi BUMN subsektor perkebunan dengan melakukan penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1996, 3 (tiga) BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan VI (Persero), PT Perkebunan VII (Persero) , PT Perkebunan


(26)

VSWASTA (Persero) disatukan pengelolaannya ke dalam manajemen PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).

Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang berkedudukan di Jl. Letjend Suprapto No.2 Medan dan salah satu unit usahanya adalah PTPN IV Kebun Airbatu.

Pada mulanya Kebun Air Batu adalah milik swasta asing NV. RCMA (Rubber Cultuur Maatschapy Amsterdam) Perkebunan Hengelo yang berdiri sejak tahun 1928 dan PKS beroperasi tahun 1938. Kemudian seiring proses nasionalisasi perusahaan asing, Perkebunan Air Batu menjadi milik pemerintah dan tergabung kedalam PTPN IV (Perseroan).

Dalam rangka meningkatkan persaingan dan mengikuti perkembangan perindustrian global, PTPN IV Kebun Air Batu terus melakukan pembenahan diri dengan melakukan beberpa usaha diantaranya melakukan penerapan :

1. Pengendalian Limbah PKS melalui IPAL

Hal ini dilakukan agar kehadiran perusahaan tidak mencemari lingkungan. Pengendalian ini meliputi limbah cair dari PKS dengan melakukan pengendalian limbah secara mikro biologis dengan sistem aerobic untuk standar dalam nilai ambang batas. Didalam mengatasi hal tersebut Kebun Air Batu membangun IPAL (Instalasi Pengendalian Air Limbah).

2. Pengendalia Limbah PKS melalui LAND AFLICATION

PTPN IV Kebun Air Batu juga telah menerapkan Land Aflication dengan mendistribusikan hasil limbah cair PKS ke areal-areal tanaman kebun kelapa


(27)

sawit. Untuk saat ini Land Aflication sedang melayani ± 60 Ha areal perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan sistem pengaliran melalui pipa yang dipompa melalui kolam IPAL.

3. Serikat Pekerja

Kebun Air Batu memiliki Serikat Pekerja Perkebunan (SP.BUN) yang beranggotakan seluruh pekerja. Serikat Pekerja merupakan bagian integral dari perusahaan dalam rangka bersama-sama menjalankan misi dan mewujudkan karyawan yang sejahtera.

4. P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Perusahaan membentuk suatu wadah P2K3 dengan menjalankan kebijakan dan program K3 utuk menciptakan suasana kerja yang aman, nyaman, dan sehat sehingga tenaga kerja dapat bekerja secara efisien dan produktif.ntahun 2010 untuk yang ketiga kali menerima sertifikat dan bendera emas dari pemerintah c/q Menteri Tenaga Kerja atas penerapa sistem Manaajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di tempat kerja.

5. ISO 9001:2008 dan ISO 14001:2004

Integrasi kedua sertifikasi ini untuk mendukung perkembangan jaman dan pesatnya permintaan pangsa pasar dunia terhadap Unit Usaha Air Batu, maka sejak tahun 2007 juga telah menerapkan suatu sistem manajemen mutu (ISO 9001:2008) baik itu pabrik pengolahan kelapa sawit maupun perkebunan kelapa sawit dan sistem manajemen lingkungan (ISO 14001:2004). Dan pada bulan Oktober 2010 diadakan penggabungan antara ISO 9001:2008 dan ISO 14001:2004 tau lebih dikenal dengan Integrasi sistem secara mandiri. Untuk


(28)

sistem tersebut Unit Usaha Kebun Air Batu juga telah menjalani audit sertifikasi dan surveillance setiap tahun sejak tahun 2007 oleh Badan Sertifikasi TUV NORD Indonesia, dengan merekomendasikan bahwa Unit Usaha Kebun Air Batu berhak dan layak untuk mendapat sertifikat ISO 9001:2008 dan ISO 14001:2004

6. RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil)

Dalam rangka mengantisipasi adanya isu global mengenai kebun kelapa sawit, Unit Usaha Kebun Air Batu juga telah menerapkan RSPO yang memiliki pengertian bahwa Pengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit secara berkelanjutan dengan memperhatikan faktor lingkungan, sosial, dan ekonomi secara terpadu sehingga dapat juga disimpulkan bahwa RSPO juga akan membawa perkebunan kelapa sawit menjadi perkebunan kelapa sawit Lestari.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PTPN IV Kebun Air Batu merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit dimana produk uyang dihasilkan berupa Crude Palm Oil ( minyak sawit mentah) dan Palm Carnel (inti sawit). Sedangkan produk sampingan seperti cangkang yang digunakan sebagai bahan bakar boiler, tandan buah kosong yang digunakan sebagai pupuk, dan limbah yang diolah menjadi pupuk. Pemasaran produk PTPN IV Kebun Air Batu dilakukan oleh departemen pemasaran kantor Pusat. PTPN IV Kebu Air Batu hanya menjadi tempat produksi.


(29)

2.3. Lokasi Perusahaan

Letak Kebun Air Batu berada didua wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Air Batu dan Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan. Provinsi Sumatera Utara, berjarak ± 186 Km dari kota Medan dan 26 Km dari Kota Kisaran.

Topgrafi tanah; datar, bergelombang dan berbukit. Jenis tanah alluvial coklat kelabu dan podoslik coklat kekuningan. Dataran rendah dengan ketinggian 7-25 M dpl dan sebagian lagi 25-100 M dpl.

2.4. Daerah Pemasaran

Aspek pemasaran merupakan bagian penting dalam suatu pemasaran. Pemasaran memberikan kontribusi besar dalam keberlanjutan suatu perusahaan. Pada aspek pemasaran, perusahaan harus mampu menjual produk yang dimilikinya untuk memberika income bagi perusahaan, baik untuk menjalankan operasional maupun memberikan profit.

Pemasaran produk PTPN IV Kebun Air Batu sepenuhnya dilakukan oleh Kantor Pusat melalui departemen pemasaran. Produk berupa CPO dikirim menggunakan kereta api menuju pelabuhan belawan untuk kemudian diekspor kenegara-negara seperti Belanda, Amerika dan sebagainya. Sedangkan produk berupa karnel dikirim ke PKS Unit Usaha Pabatu untuk diolah menjadi minyak.

2.5. Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Lokasi Perusahaan

Kehadiran sebuah perusahaan diharapkan mampu memberi dampak postif bagi lingkungan sekitarnya. Kehadiran perusahaan diharapkan mampu mendorong


(30)

pertumbuhan baik dari segi sosial dan ekonomi masyrakat sekitarnya. PTPN IV Kebun Air Batu juga diharapkan mampu memberikan dampak yang positif bagi masyarakat yang ada di sekitar perusahaan. Untuk itu, perusahaan telah melakukan beberapa usaha untuk dapat memberikan dampak yang baik bagi masyarakat diantaranya :

1. Penyerapan Tenaga Kerja

Hampir sebagian besar pekerja di PTPN IV Kebun Air batu baik PKS maupun perkebunan saat ini merupakan penduduk sekitar yang direkrut menjadi karyawan. Kondisi ini memberikan dampak yang positif bagi masyarakat sekitar dalam hal peningkatan kesejahteraan

2. Pembangunan Sarana dan Prasarana

Pembangunan aneka sarana dan prasarana seperti jalan utnuk akses transportasi antar daerah disekitar perkebunan, pembangunan jembatan, pembangunan fasilitas olahraga, pembangunan tempat ibadah, dan lain sebagainya.

3. Pendidikan

Kepedulian perusahaan terhadap kemajuan bangsa melalui pendidikan diwujudkan perusahaan dengan membangun sekolah yang diperuntukan kepada anak karyawan dan masyarakat umum, pemberian beasiswa bagi siswa yang kurang mampu dan lain sebagainya.


(31)

4. Kegiatan Sosial

Melakukan berbagai kegiatan sosial seperti pengobatan gratis, memberikan paket sumbangan pada acara ulang tahun perusahaan, melakukan aksi donor darah, dan lain sebagainya.

2.6. Organisasi dan Manajemen 1

Organisasi merupakan sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang berkerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Dari defenisi yang sederhana ini dapat dikemukakan adanya berbagai faktor yang dapat menimbulkan organisasi, yaitu orang-orang, kerjasama, dan tujuan tertentu. Berbagai faktor tersebut tidak dapat saling lepas berdiri sendiri melainkan saling kait merupakan suatu kebulatan. Maka dalam pengertian organisasi digunakan sebutan yang berarti kebulatan dari berbagai faktor yang terikat oleh berbagai asas tertentu.

2

PTPN IV Kebun Air Batu merupakan sebuah organisasi ekonomi yang memiliki manajemen untuk mengelola dan mengawasi kinerja karyawannya.

Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan sumber daya, terutama sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

1

Sutarto. 1998. Dasar-dasar Organisasi. Cetakan Kedelapanbelas. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Hal 40

2

Manullang, M. Marihot, Manullang. 2001. Manajemen Personalia. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press Hal 3


(32)

2.6.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan satuan-satuan organisasi yang di dalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang yang masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam kesatuan yang utuh. Struktur organisasi dibutuhkan dalam suatu organisasi untuk memberikan kejelasan bagi organisasi sehingga organisasi bukan hanya sekedar gedung atau nama saja. Struktur organisasi harus dibentuk dengan struktur yang baik. Struktur organisasi yang baik harus memenuhi syarat sehat dan efisien. Struktur organisasi yang sehat berarti tiap-tiap satuan organisasi yang ada dapat menjalankan peranannya dengan tertib, struktur organisasi yang efisien berarti organisasi yang menjalankan peranannya masing-masing satuan organisasi dapat mencapai perbandingan terbaik antara usaha dan hasil kerja

PTPN IV Kebun Air Batu memiliki struktur organisasi berbentuk gabungan lini dan fungsional. Hubungan lini karena pembagian tugas dilakukan dalam bidang pekerjaan perusahaan dimana beberapa departemen membawahi beberapa fungsi organisasi. Hubungan fungsional dapat dilihat dari masing-masing departemen terdiri atas seksi-seksi yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan fungsi masing-masing unit dalam organisasi tersebut.

Pada posisi Kepala Dinas Tanaman antara Kepala Dinas Tanaman A dan B memiliki fungsi yang sama. Pada posisi asisten tanaman afd 1 sampai 10 juga memiliki fungsi yang sama, yang membedakan adalah tempat dia melakukan fungsinya dimana terdapat 9 afdeling yang dipimpin oleh seorang asisten


(33)

tanaman. Struktur organisasi PTPN IV Kebun Air Batu dapat dilihat pada Gambar 2.1


(34)

(35)

2.6.2. Pembagian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab

Job atau Tugas merupakan sekelompok posisi-posisi yang hampir sama dalam suatu perusahaan. Job description adalah suatu keterangan singkat yang ditulis secara cermat dan teliti mengenai kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab dari suatu jabatan tertentu. Pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab pada PTPN IV Kebun Air Batu adalah sebagai berikut :

1. Manager Unit a. Tanggung jawab

1. Mengadakan pengawasan dan pengendalian seluruh kegiatan pengelolaan Unit Air Batu.

2. Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan Unit Air Batu kepada Direksi.

3. Menyelenggarakan seluruh proses produksi sesuai dengan standar dan program mutu untuk mencapai hasil yang optimal antara lain seperti ISO. Memberikan saran kepada Direksi mengenai peluang-peluang pengembangan usaha serta peningkatan kinerja.

b. Wewenang

1. Menerapkan kebijakan Direksi atas pendelegasian wewenang.

2. Mengusulkan pengangkatan, pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan, pemberhentian bawahannya sesuai peraturan yang berlaku.

3. Melakukan pengawasan melekat (WASKAT) sesuai dengan peraturan, sistem dan prosedur yang berlaku.


(36)

4. Meminta pertanggung jawaban kepada Kepala Dinas Tanaman A dan B, Kepala Dinas Teknik, Kepala Dinas Pengolahan PKS, Kepala Dinas Tata Usaha, SDM/Umum terhadap pelaksanaan pekerjaan di bidang masing-masing.

5. Membina, menasehati, menegur serta membuat penilaian staff bawahannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

6. Mengajukan permintaan pengadaan barang dan jasa non local dan local dalam batas wewenang yang ditentukan.

2. Kepala Dinas Tanaman

a. Tugas dan Tanggung Jawab

1. Mengkoordinir penyusunan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan (RKAP) dibidang Tanaman sesuai dengan pengarahan Manajer Unit dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

2. Melaksanakan pemeliharaan pada setiap Asset Perusahaan dengan metode dan waktu yang tepat sehingga menjamin kelancaran ketersediaan TBS

3. Bekerjasama dengan bidang Administrasi dalam penerimaan barang-barang yang akan dipakai.

4. Menjaga, mengamankan dan memelihara seluruh Asset bidang Tanaman Unit Air Batu.


(37)

5. Melaksanakan pengelolaan lingkungan di tempat kerja masing-masing sesuai prosedur yang telah ditetapkan dengan mengacu kepada sistem manajemen Mutu dan Lingkungan ISO 9001.

b. Wewenang

1. Mengusulkan kepada Manajer Unit tentang kepegawaian di Dinas Tanaman : penerimaan/pengangkatan karyawan, pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan berdasarkan prestasi dan pemberhentian karyawan dengan pedoman pada ketentuan yang berlaku.

2. Meminta pertanggung jawaban kepada Asisten-Asisten Tanaman terutama pemakaian tenaga kerja, biaya, barang/bahan Dinas Tanaman dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

3. Meringankan dan menghentikan kegiatan Dinas Tanaman dengan tetap berpedoman pada petunjuk dan pembinaan dari Manajer Unit.

3. Kepala Dinas Pengolahan a. Tugas dan Tanggung Jawab

1. Mengkoordinir Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP/RKO) di bagian pengolahan sesuai dengan pengarahan Manajer Unit untuk kegiatan operasional pabrik dan mengatur/mengawasi penggunaannya

2. Merencanakan kebutuhan tenaga tenaga kerja untuk kegiatan operasional pabrik dan mengatur/mengawasi penggunaannya


(38)

3. Mengawasi kwalitas dan kuantitas produk (Quality Control) dalam rangka pemeliharaan mutu dan kelancaran proses produksi

4. Mengadakan kerja sama dengan bidang teknik dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi, kegiatan-kegiatan antara lain : menanggulangi stagnasi reparasi mesin/instalasi serta penggantian alat baik sistem maupun peralatan dalam bidang pengolahan untuk kelancaran pabrik

5. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan proses pengolahan meliputi tenaga kerja, bahan, peralatan, penerimaan bahan baku dan pengiriman hasil produksi ke pelanggan sesuai dengan DO

6. Melaksanakan pengelolaan mutu ditempat kerja masing-masing sesuai prosedur yang telah ditetapkan dengan mengacu kepada Sistem Manajemen Mutu ISO 9001

b. Wewenang

1. Mengusulkan kepada Manajer Unit Kebun Air Batu tentang kepegawaian di Dinas Pengolahan antara lain : penerimaan/pengangkatan, pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan, pemberhentian karyawan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku

2. Meminta pertanggung jawaban kepada Assisten Pengolahan, pemakaian tenaga kerja, biaya barang/bahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku


(39)

3. Mengamankan dan menghentikan kegiatan Dinas Pengolahan tertentu dengan tetap berpedoman pada petunjuk dan pembinaan dari Manajer Unit Kebun Air Batu

4. Kepala Dinas Teknik a. Tugas dan Tanggung Jawab

1. Mengkoordinir penyusunan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan (RKAP) dibidang Teknik sesuai dengan pengarahan Manajer Unit dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

2. Melaksanakan pemeliharaan pada setiap Asset Perusahaan dengan metode dan waktu yang tepat sehingga menjamin kelancaran operasi pabrik, alat angkut serta terpeliharanya dengan baik keadaan bangunan.

3. Mengusulkan Kalibrasi dan mengurus Akte Izin setiap peralatan yang diwajibkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

4. Bekerjasama dengan bidang Administrasi dalam penerimaan barang-barang teknik/bangunan, minyak pelumas yang akan dipakai dalam perawatan dan pembangunan baru.

5. Menjaga, mengamankan dan memelihara seluruh Asset bidang Teknik Unit Air Batu.

6. Melaksanakan pengelolaan lingkungan ditempat kerja masing-masing sesuai prosedur yang telah ditetapkan dengan mengacu kepada Sistem manajemin Mutu dan Lingkungan ISO 9001.


(40)

b. Wewenang

1. Mengusulkan kepada Manajer Unit tentang kepegawaian di Dinas Teknik : penerimaan/pengangkatan karyawan, pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan berdasarkan prestasi dan pemberhentian karyawan dengan pedoman pada ketentuan yang berlaku.

2. Meminta pertanggung jawaban kepada Asisten-Asisten Bidang Teknik, terutama pemakaian tenaga kerja, biaya, barang/bahan Dinas Teknik dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

3. Meringankan dan menghentikan kegiatan Dinas Teknik dengan tetap berpedoman pada petunjuk dan pembinaan dari Manajer Unit.

5. Kepala Dinas Tata Usaha a. Tugas dan Tanggung Jawab

1. Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan Dinas Tata Usaha Kebun Air Batu kepada Manajer Unit Kebun Air Batu.

2. Menyusun rencana kerja anggaran perusahaan dan RKO dari bagian bagian sesuai dengan pengarahan dari Manajer Unit dan ketentuan yang berlaku

3. Mengawasi segala biaya/pengeluaran sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan


(41)

4. Merencanakan serta melaksanakan transaksi pembayaran yang berkaitan dengan semua kegiatan kebun sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh Direksi.

5. Melaksanakan Stock Opname Kas setiap hari dan melaporkan keadaan kas kepada Manajer Unit sebagai penanggung jawab serta setiap bulan melaporkan keadaan saldo kas sesuai dengan ketentuan kepada Direksi.

6. Mengatur/menyusun pembagian tugas pegawai yang berada dibawah tanggung jawabnya serta mengadakan pengawasan terhadap tugas-tugas yang diberikan.

b. Wewenang

1. Mengusulkan kepada Manajer Unit Kebun Air tentang kepegawaian di Dinas Tata Usaha anatar lain : penerimaan/pengangkatan, pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan berdasarkan prestasi dan pemberhentian karyawan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

2. Meminta pertanggung jawaban kepada Krani I TU dan Krani I Gudang dalam hal pengelolaan pergudangan sesuai dengan norma ketentuan yang berlaku.

3. Memberikan masukan saran/usulan kepada Manajer Unit mengenai kegiatan kinerja serta pemakaian biaya baik diminta maupun tidak diminta untuk efisiensi dan efektifitas pengelolaan kebun.

6. Asisten Gudang


(42)

1. Menjaga dan memelihara barang barang gudang sebelum digunakan 2. Menerima fisik barang yang dikirim

3. Menerbitkan administrasi pengeluaran barang kepada bagian pemakai 4. Melaksanakan, menjalankan dan mengamankan instruksi manajemen b. Wewenang

1. Mengusulkan kepada Manajer Unit Kebun Air tentang keadaan karyawan pelaksana bahagian gudang antara lain : penerimaan/pengangkatan karyawan, pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan berdasarkan kepegawaian di Dinas Tata Usaha antara lain , penerimaan/pengangkatan, pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan berdasarkan prestasi dan pemberhentian karyawan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

2. Meminta pertanggung jawaban kepada bawahannya terhadap pelaksanaan pekerjaan masing masing

7. Asisten Tanaman

a. Tugas dan Tanggung Jawab

1. Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan Tanaman dan kebersihan lingkungan Unit Air Batu kepada Kepala Dinas Tanaman dengan mengacu kepada sistem manajemen mutu dan lingkungan ISO 9001.


(43)

2. Mengawasi pelaksanaan tugas pekerjaan pada Afdeling, seperti tersebut di atas berdasarkan RKAP dan RKO yang telah disetujui oleh Pimpinan perusahaan.

3. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

4. Memberikan bimbingan, dorongan untuk menciptakan iklim kerja yang harmonis.

5. Mengendalikan tercapainya jasa-jasa kerja karyawan tanaman seoptimal mungkin.

6. Menjaga jumlah tenaga kerja di tanaman yang cukup berdasarkan formasi yang telah ditentukan

b. Wewenang

1. Mengusulkan kepada Ka.Dinas Tanaman Kebun Air Batu tentang kepegawaian di bagian tanaman antara lain : Penerimaan/pengangkatan karyawan, pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan berdasarkan prestasi dan pemberhentian karyawan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

2. Meminta pertanggung jawaban kepada bawahannya terhadap pelaksanaan pekerjaannya dibidang masing-masing.

3. Mengawasi, mengoreksi atau menghentikan operasi mesin peralatan tertentu dengan tetap berpegang pada petunjuk dan pembinaan Kepala Dinas Tanaman


(44)

8. Asisten Teknik Pabrik

a. Tugas dan Tanggung Jawab

1. Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan Bengkel Teknik/Bengkel Reperasi dan kebersihan lingkungan Unit Air Batu kepada Kepala Dinas Teknik dengan mengacu kepada sistem manajemen mutu dan lingkungan ISO 9001.

2. Mengawasi pelaksanaan tugas pekerjaan Teknik Pabrik, seperti tersebut diatas berdasarkan RKAP dan RKO yang telah disetujui oleh Pimpinan perusahaan.

3. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

4. Memberikan bimbingan, dorongan untuk menciptakan iklim kerja yang harmonis.

5. Mengendalikan tercapainya jasa-jasa kerja karyawan Teknik Pabrik dan Bengkel Motor seoptimal mungkin.

6. Menjaga jumlah tenaga kerja di Teknik Pabrik dan Bengkel Motor yang cukup berdasarkan formasi yang telah ditentukan

b. Wewenang

1. Mengusulkan kepada Ka.Dinas Teknik Pabrik Kebun Air Batu tentang kepegawaian di Teknik Pabrik antara lain : Penerimaan/pengangkatan karyawan, pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan berdasarkan prestasi


(45)

dan pemberhentian karyawan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

2. Meminta pertanggung jawaban kepada bawahannya terhadap pelaksanaan pekerjaannya dibidang masing-masing.

3. Mengawasi, mengoreksi atau menghentikan operasi mesin peralatan tertentu dengan tetap berpegang pada petunjuk dan pembinaan Kepala Dinas Teknik

9. Asisten Pengolahan PKS a. Tugas dan Tanggung Jawab

1. Mempertanggung jawabkan hasil sortasi dan pengolahan

2. Mengawasi kelancaran penerimaan bahan baku dan Administrasi.

3. Mengawasi pelaksanaan penjernihan / pemurnian air untuk proses Ketel Uap dan domestik.

4. Mengawasi kegiatan penimbunan dan pengiriman produksi sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan.

5. Mengawasi pelaksanaan kegiatan pembersihan Instalasi Pabrik . 6. Mengawasi pengambilan Sample dan pelaksanaan analisa mutu untuk

kepentingan pemantauan kapasitas / kualitas produksi dan pengendalian Lossis.

7. Melaksanakan dan mengawasi pengisian jurnal operasional pengolahan di masing-masing stasiun dengan memberikan paraf dan tanda tangan secara berkala.


(46)

8. Melaksanakan serah terima dalam penggantian Shift di lapangan sebelum Shift berakhir kepada Asisten Pengolahan Shift pengganti. 9. Membuat laporan harian Shift meliputi pemakaian peralatan / mesin,

stagnasi dan penanggulangan capaian produksi dan lain-lain.

10.Mengawasi Operasional Pabrik meliputi tenaga kerja , peralatan dan kondisi operasi sesuai dengan ketentuan.

b. Wewenang

1. Mengusulkan kepada Kepala Dinas Pengolahan PKS Kebun Air Batu tentang kepegawaian di bagian pemeliharaan dan bangunan antara lain : penerimaan / pengangkatan karyawan, pemindahan, kenaikan pangkat /jabatan berdasarkan prestasidan pemberhentian karyawan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

2. Meminta pertanggung jawaban kepada bawahannya terhadap pelaksanaan pekerjaan masing – masing.

3. Mengawasi, mengoreksi penggunaan dan pemeliharaan bangunan sipil dengan tetap berpegang pada petunjukdan pembinaan dari Kepala Dinas Pengolahan PKS.

10.Asisten Teknik Sipil

a. Tugas dan Tanggung Jawab

1. Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan bangunan dan kebersihan lingkungan Unit Air Batu kepada Kepala Dinas Teknik dengan mengacu kepada Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan ISO 9001.


(47)

2. Melaksanakan tugas dan pengajuan biaya terhadap pembuatan/perbaikan pekerjaan dibidang T.Sipil/ Transport yang menyangkut dengan :

a. Bangunan perusahaan, sosial, jembatan dan saluran air.

b. Pemeliharaan halaman dan complek emplasmen, sarana transportasi dan produksi.

3. Mengawasi pelaksanaan tugas pekerjaan T.Sipil/Transportasi, seperti tersebut diatas berdasarkan RKAP dan RKO yang telah disetujui oleh Pimpinan perusahaan.

4. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

b. Wewenang

1. Mengusulkan kepada Kepala Dinas Teknik Kebun Air Batu tentang kepegawaian dibagian pemeliharaan dan bangunan antara lain : penerimaan/pengangkatan karyawan, pemindahan, kenaikan pangkat/ jabatan berdasarkan prestasi dan pemberhentian karyawan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

2. Meminta pertanggung jawaban kepada bawahannya terhadap pelaksanaan pekerjaan masing-masing.

3. Mengawasi, mengoreksi penggunaan dan pemeliharaan bangunan sipil dengan tetap berpegang pada petunjuk dan pembinaan dari Kepala Dinas Teknik.


(48)

11.Asisten SDM

a. Tugas dan Tanggung Jawab

1. Mengatur / menyusun pembagian tugas pegawai yang berada dibawah tanggung jawabnya serta mengadakan pengawasan terhadap tugas – tugas yang diberikan.

2. Melaksanakan pengelolaan lingkungan di tempat kerja masing-masing sesuai prosedur yang telah ditetapkan dengan mengacu kepada persyaratan ISO 9001.

3. Melakukan komunikasi internal perusahaan, sosialiasi kebijakan manajer unit, dan masyarakat sekitar lingkungan perusahaan

4. Melaksanakan kegiatan pelatihan di lingkungan perusahaan b. Wewenang

1. Mengusulkan kepada Manajer Unit Kebun Air Batu tentang kepegawaian di bagian SDM dan Umum antara lain : penerimaan / pengangkatan karyawan, pemindahan, kenaikan pangkat / jabatan berdasarkan prestasidan pemberhentian karyawan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

2. Meminta pertanggung jawaban kepada bawahannya terhadap pelaksanaan pekerjaan masing – masing.

12.Perwira Pengaman


(49)

1. Mempertanggung Jawabkan pengelolaan keamanan dan ketertiban di Kebun Air Batu kepada Manajer Unit

2. Koordinasi dengan pihak keamanan setempat seperti kepolisian, pemerintah desa dan koramil

3. Mangamankan Asset perusahaan dari semua bentuk gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam

4. Mewakili Perusahaan jika berurusan dengan pihak kepolisian atau pihak keamanan lainnya

b. Wewenang

1. Melaksanakan kegiatan keamanan dan mengawasi seluruh bawahan. 2. Meminta pertanggung jawaban kepada bawahannya terhadap

pelaksanaan pekerjaan masing-masing.

2.6.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Proses kelancaran produksi dari suatu perusahaan tidak terlepas dari peran penting pekerja. Pekerja menjadi salah datu bagian yang harus tetap ada agar perusahaan dapat berjalan dan mewujudkan visinya. PTPN IV Kebun Air Batu memiliki 1143 karyawan dengan perincian pada Tabel 2.1. :


(50)

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PTPN IV Kebun Air Batu

Uraian Pria Wanita Jumlah

Karyawan Pimpinan 16 - 16

Staf Pendidik + Papam 1 - 1

Karyawan Pelaksana

1. Umum 35 30 65

2. Pengaman 48 - 48

3. Teknik 76 2 78

4. Teknologi 87 3 90

5. Tanaman 634 228 862

Jumlah 880 263 1143

Sumber : PTPN IV Kebun Air Batu

PTPN IV Kebun Air Batu dalam pengaturan jam kerja menerapkan sistem 2 shift untuk pabrik dan 1 shift untuk Kantor dengan princian seperti Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jam Kerja untuk Karyawan Pabrik dan Kantor

Karyawan Shift Hari Jam

Kerja Istirahat

Pabrik I Senin-Sabtu 06.30-17.00 09.30-10.30 II Senin-Sabtu 17.00-06.30 19.00-21.00 Kantor I Senin-Sabtu 06.30-15.00 09.30-10.30

II - - -

Sumber : PTPN IV Kebun Air Batu

2.6.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Pemberian gaji merupakan suatu bentuk kompensasi atas kinerja yang diberikan oleh perusahaan kepada pekerja. Selain kompensasi dalam bentuk gaji, banyak jenis-jenis kompensasi lain yang diberikan perusahaan untuk meningkatkan kinerja para pekerjanya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan kepada para pekerjanya dan peraturan yang berlaku. Kompensasi yang setimpal atas usaha yang dikeluarkan akan memberikan dampak positif untuk kinerja dan motivasi kerja. Pemberian kompensasi ini merupakan


(51)

pendorong utama bagi karyawan untuk lebih meningkatkan semangat dan gairah dalam bekerja.

Agar kompensasi yang diberikan dapat memberikan efek positif, maka jumlah yang diberikan haruslah dapat memenuhi kebutuhan secara minimal serta sesuai dengan peraturan yang ada.

Sistem pengupahan pada PTPN IV Kebun Air Batu berbentuk seperti berikut ini :

a. Untuk Karyawan Pengolahan 1. Gaji pokok bulanan

2. Premi pengolahan, dihitung berdasarkan Sawit yang di olah 3. Catu beras

b. Untuk Karyawan Maintenance / Teknik 1. Gaji pokok bulanan

2. Premi, dihitung berdasarkan pengolahan 3. Catu beras

c. Untuk Karyawan Laboratorium 1. Gaji kokok bulanan

2. Premi, dihitung berdasarkan pengolahan 3. Catu beras

d. Untuk Karyawan Transportasi 1. Gaji kokok bulanan

2. Premi, dihitung berdasarkan Basis barang yang diangkut 3. Catu beras


(52)

e. Untuk Karyawan kantor 1. Gaji kokok bulanan

2. Premi, berdasarkan surat edaran Direksi 3. Catu beras

Selain pemberian gaji diatas, perusahaan juga memberikan beberapa tunjangan seperti :

1. Tunjangan Kesehatan 2. Tunjangan Keluarga 3. Tunjangan pemakaman 4. Tunjangan Hari raya


(53)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Defenisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi3

Produksi adalah suatu proses transformasi bahan baku menjadi produk jadi. Sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuaan suatu produk, dimana dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, modal, dan tindakan manajemen. Dalam praktik. Aktivitas dalam sistem produksi ini dapat dikelompokan kedalam dua kategori, yaitu proses produksi dan perencanaan dan pengendalian produksi (Production Planning and Control/PPC).

Bila dipandang sebagai system, perusahaan manufaktur merupakan kumpulan subsistem. Secara umum system perusahaan terdiri atas subsistem personalia, subsistem manajemen, subsistem keuangan, dan subsistem manufaktur. Semua subsistem ini saling terkait dan secara terpadu berusaha mewujudkan tujuan perusahaan. Subsistem manufaktur terdiri atas subsistem disain, subsistem jaminan kualias, subsisem pemasaran, dan subsistem produksi. Sistem atau subsistem produksi terdiri atas subsistem proses produksi dan subsistem perencanaan dan pengendalian produksi

Proses produksi adalah aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis, dan lain-lain. 3

Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan pengendalian Produksi. Jakarta:Ghalia Indonesia. Hal 13-16


(54)

Proses produksi merupakan tindakan nyata dan dapat diliha. Proses produksi ini terdiri atas beberapa subproses produksi, misalkan proses pengolahan bahan baku menjadi komponen, proses perakitan komponen menjadi sub assembly dan proses perakitan sub assembly menjadi produk. Perencanaan dan pengendalian produksi adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut. PPC merupakan tindakan manajemen yang sifatnya abstrak (tidak dapat dilihat secara nyata). System komputer barangkali merupakan analogi yang tepat untuk system produksi. Proses produksi adalah perangkat kerasnya (hard ware) dan PPC adalah perangkat lunaknya (software).

3.2. Ruang Lingkup Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Perencanaan dan pengendalian produksi pada industri manufaktur apapun akan memiliki fungsi yang sama. Fungsi atau aktivitas-aktivitas yang ditangani oleh departemen PPC atau PPIC secara umum sebagai berikut.

1. Mengelola pesanan (order) dari pelanggan. Para pelanggan memasukan pesanan untuk berbagai produk. Pesanan-peasanan ini dimasukan dalam jadwal produksi utama, ini bila jenis produksinya made to order.

2. Meramalkan permintaan. Prusahaan biasanya berusaha memproduksi secara lebih independen terhadap fluktuasi permintaan. Permintaan ini perlu diramalkan agar skenario produksi dapat mengantisipasi fluktuasi permintaan tersebut. Permintaan ini harus dilakukan bila tipe produksinya made to stock. 3. Mengelola persediaan. Tindakan pengelolaan persediaan berupa melakukan


(55)

kuantitas pesanan/produksi, kebijakan frekuensi dan periode pemesanan, dan mengukur performansi keuangan dari kebijakan yang dibuat.

4. Menyusun rencana agregat (penyesuaian permintaan dengan kapasitas), pesanan pelanggan dan atau ramalan permintaan harus dikompromikan dengan sumberdaya perusahaan (fasilitas, mesin, tenaga kerja, keuangan, dan lain-lain). Rencana agregat bertujuan untuk membuat scenario pembebanan kerja untuk mesin dan tenaga kerja (regular, lembur, dan sub kontrak) secara optimal untuk keseluruhan produk dan sumberdaya secara terpadu (tidak per produk).

5. Membuat jadwal induk produksi (JIP). JIP adalah suatu rencana terperinci mengenai apa dan berapa unit yang harus diproduksi pada suatu periode tertentu untuk setiap item produksi. JIP dibuat dengan cara (salah satunya) memecah (disagregat) rencana agregat ke dalam rencana produksi (apa, kapan, dan berapa) yang akan direalisasikan. JIP ini apabila telah dikoordinasikan dengan seluruh departemen akan jadi dasar dalam PPC. JIP ini akan di review secara periodic atau bila ada kasus. JIP ini dapat berubah bila ada hal yang harus diakomodasikan.

6. Merencanakan Kebutuhan. JIP yang telah berisi apa dan berapa yang harus dibuat selanjutnya harus diterjemahkan kedalam kebutuhan komponen, sub assembly, dan bahan penunjang untuk penyelesaian produk. Perencanaan kebutuhan material bertujuan untuk menentukan, apa, berapa, dan kapan komponen, sub assembly, dan bahan penunjang yang harus disiapkan. Untuk membuat perencanaan kebutuhan diperlukan informasi lain berupa struktur


(56)

produk (bill of material) dan catatan persediaan. Bila hal ini belum ada, maka tugas departemen PPC untuk membuatnya.

7. Melakukan penjadwalan mesin atau fasilitas produksi. Penjadwalan ini meliputi urutan pengerjaan, waktu penyelesaian pesanan, kebutuhan waktu penyelesaian prioritas pengerjaan, dan lain-lainnya.

8. Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja disbanding kapasitas produksi. Kemajuan tahap demi tahap di monitoring dan dibuat laporannya untuk dianalisis. Apakah pelaksanaan sesuai rencana yang telah dibuat?

9. Evaluasi scenario pembebanan dan kapasits. Bila realisasi tidak sesuai rencana, maka rencana agregat, JIP, dan penjadwalan dapat/disesuaidkan kebutuhan. Untuk jangka panjang, evaluasi ini dapat digunakan untuk mengubah (menambah) kapasitas produksi

3.3. Sifat-sifat Perencanaan Produksi4

Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh sebuah perencanaan produksi adalah sebagai berikut :

1. Berjangka waktu

Proses produksi merupakan proses yang sangat kompleks yang memerlukan keterlibatan bermacam-macam tingkat keterampilan tenaga kerja, peralatan, modal, dan informasi yang biasanya dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang sangat lama. Lingkungan yang dihadapi perusahaan, pola

4

Nasution, Arman Hakim. 1999. Perencanaan Produksi dan Pengendalian Produksi. Surabaya:Guna Widya. Hal 15


(57)

permintaan, tersedianya bahan baku dan bahan penunjang, iklim usaha, peraturan pemerintah, persaingan, dan lain-lain selalu menunjukkan pola yang tidak menentu dan akan selalu berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, suatu perusahaan tidak mungkin dapat membuat suatu rencana produksi yang dapat digunakan selamanya. Rencana baru harus dapat dibuat bila keadaan yang digunakan sebagai dasar pembuatan rencana yang lama sudah berubah. Karena perubahan yang akan terjadi bersifat sulit untuk diramalkan sebelumnya, maka secara periodik harus diadakan pengecekan apakah rencana produksi yang sudah dibuat masih berlaku. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah dengan membuat rencana produksi yang mencakup periode waktu tertentu dan akan diperbaharui bila periode waktu tersebut sudah dicapai Ada tiga jenis perencanaan produksi yang didasarkan pada periode waktu, yaitu : a. Perencanaan produksi jangka panjang

b. Perencanaan produksi jangka menengah c. Perencanaan produksi jangka pendek 2. Bertahap

Pembuatan rencana produksi tidak bisa dilakukan hanya sekali dan digunakan untuk selamanya. Perencanaan produksi harus dilakukan secara bertahap. Artinya perencanaan produksi akan bertingkat dari perencanaan produksi level tinggi sampai perencanaan produksi level rendah, dimana perencanaan produksi level yang lebih rendah adalah merupakan penjabaran dari perencanaan produksi level yang lebih tinggi.


(58)

Berdasarkan pengelompokan perencanaan produksi atas dasar jangka waktu diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Perencanaan produksi jangka panjang biasanya melihat 5 tahun atau lebih ke depan. Jangka waktu terpendeknya adalah ditentukan oleh berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengubah kapasitas yang tersedia. Hal ini meliputi waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan desain dari bangunan dan peralatan pabrik yang baru, konstruksinya, instalasinya, dan hal-hal lainnya sampai fasilitas baru tersebut siap dioperasikan.

b. Perencanaan produksi jangka menengah mempunyai horizon perencanaan antara 1 sampai 12 bulan, dan dikembangkan berdasarkan kerangka yang telah ditetapkan pada perencanaan produksi jangka panjang. Perencanaan jangka menengah didasarkan pada peramalan permintaan tahunan dari bulan dan sumber daya produktif yang ada (jumlah tenaga kerja, tingkat persediaan, biaya produksi, jumlah suplier dan sub kontraktor), dengan asumsi kapasitas produksi relatif tetap.

c. Perencanaan produksi jangka pendek mempunyai horizon perencanaan kurang dari 1 bulan, dan bentuk perencanaannya adalah berupa jadwal produksi. Tujuan dari jadwal produksi adalah menyeimbangkan permintaan aktual (yang dinyatakan dengan jumlah pesanan yang diterima) dengan sumber daya yang tersedia (jumlah departemen, waktu shift yang tersedia, banyaknya operator, tingkat persediaan yang dimiliki dan peralatan yang ada), sesuai batasan-batasan yang ditetapkan pada perencanaan jangka menengah.


(59)

3. Terpadu

Perencanaan produksi akan melibatkan banyak faktor, seperti bahan baku, mesin/peralatan, tenaga kerja, dan waktu, dimana ke semua faktor tersebut harus sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan dalam mencapai target produksi tertentu yang didasarkan atas perkiraan. Masing-masing faktor tersebut tidak harus direncanakan sendiri-sendiri sesuai dengan keterbatasan yang ada pada masing-masing faktor yang dimiliki perusahaan, tetapi rencana tersebut harus dibuat dengan mengacu pada satu rencana terpadu untuk produksi. Rencana produksi tersebut juga harus terkait dengan rencana produksi, seperti pemeliharaan, rencana tenaga kerja, rencana pengadaan material, dan sebagainya. Keterpaduan ini tidak hanya secara horizontal saja, tetapi juga secara vertical. Hal ini berarti rencana jangka pendek harus mengacu pada rencana jangka menengah harus terpadu dengan rencana jangka panjang, demikian juga sebaliknya

4. Berkelanjutan

Perencanaan produksi disusun untuk satu periode tertentu yang merupakan masa berlakunya rencana tersebut. Setelah habis masa berlakunya, maka harus dibuat rencana baru untuk periode waktu berikutnya lagi. Rencana baru ini harus dibuat berdasarkan hasil evaluasi terhadap rencana sebelumnya, apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan, apa yang telah dihasilkan dan bagaimana perbandingan hasilnya dengan target yang telah ditetapkan. Dengan demikian, rencana baru tersebut haruslah merupakan kelanjutan dari rencana yang dibuat sebelumnya.


(60)

5. Terukur

Selama pelaksanaan produksi, realisasi dari rencana produksi akan selalu dimonitor untruk mengetahui apakah terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan, maka rencana produksi harus menetapkan suatu nilai yang dapat diukur, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan ada tidaknya penyimpangan. Nilai-nilai tersebut dapat berupa target produksi dan jika dalam realisasinya tidak memenuhi target produksi, maka kita dengan mudah dapat mengukur berapa besar penyimpangan menyusun rencana berikutnya.

6. Realistis

Rencana produksi yang dibuat harus disesuaiakan dengan kondisi yang ada di perusahaan, sehingga target yang ditetapkan merupakan nilai yang realistis untuk dapat dicapai dengan kondisi yang dimiliki perusahaan pada saat rencana tersebut dibuat. Jika rencana produksi dibuat tanpa memperhitungkan kondisi yang ada pada perusahaan, maka perencanaan yang dibuat tidak akan ada gunanya karena target produksi yang ditetapkan sudah pasti tidak akan dapat dicapai. Selain itu, kita tidak dapat mengetahui penyimpangan pelaksanaannya karena pelaksanaannya tidak akan pernah tepat sesuai dengan rencana. Dengan membuat suatu rencana yang realistis, maka akan dapat memotivasi pelaksana untuk berusaha mencapai apa yang telah disusun pada rencana tersebut.


(61)

7. Akurat

Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi-informasi yang akurat tentang kondisi internal dan eksternal sehingga angka-angka yang dimunculkan dalam target produksi dapat dipertanggungjawabkan. Kesalahan dalam membuat perkiraan nilai parameter produksi harus dilakukan seteliti mungkin, sehingga tidak akan terjadi kesalahan yang sama

8. Menantang

Meskipun rencana produksi harus dibuat serealistis mungkin, hal ini bukan berarti rencana produksi harus menetapkan target yang dengan mudah dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh.

3.4. Definisi Optimisasi5

Pada dasarnya persoalan optimisasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi x beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan tersebut meliputi tenaga kerja (man), uang (money), material yang merupakan input, serta waktu dan ruang.

6

5

Supranto, J. 1983. Linear Programming. Edisi Kedua. Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hal ( 3-4)

Optimisasi merupakan suatu upaya sistematis untuk memilih elemen terbaik dari suatu kumpulan elemen yang ada. Didalam konteks matematika, optimisasi ini bisa diyatakan sebagai suatu usaha sistematis untuk mencari nilai

6

RAO, SS. 1984. Optimization (Theory and Aplications). Second Edition. New Delhi ; Wiley Eastern Limited (Hal 1-8)


(62)

minimum atau maksimum dari suatu fungsi. Dengan kata lain, optimisasi merupakan proses mencari nilai terbaik berdasarkan fungsi tujuan dengan daerah asal yang telah didefinisikan. Fungsi ini secara sederhana dapat dinyatakan dengan:

Min/Max f(x)

Sebagai contoh adalah fungsi kuadrat f(x) = x2dimana x anggota bilangan

real ( x Є R). di dalam contoh ini, f(x) = x2

merupakan fungsi tujuannya, sedangkan x adalah daerah asal yang di definisikan sebagai anggota bilangan real. Konsep optimisasi sudah dipakai sejak jaman prasejarah. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya saluran-saluran air yang ditemukan di situs-situs presejarah. Saluran-saluran air ini dipakai untuk mengoptimalkan penggunaan air. Hal ini mengindikasikan bahwa konsep optimisasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sejak lama. Permasalahan pengaturan air masih dijumpai dalam masyarakat masa kini, hanya saja penyelesaiannya sudah menggunakan metode optimisasi yang modern.

Meskipun konsep optimisasi sudah sangat lama digunakan, tetapi metode optimisasi pertama, yang mengacu pada teknik yang terstruktur, yang diakui adalah steepest descent. Istilah optimisasi diperkenalkan oleh George Dantzig yang mengembangkan algoritma simplex untuk menyelesaikan masalah linear programming. Istilah programming disini tidak mengacu pade pemrograman komputer, tetapi lebih pada program pelatihan dan penjadwalan logistik yang diadakan oleh pihak militer Amerika dimana masalah-masalah tersebut menjadi focus riset yang dilakukan oleh Dantzig. Linear programming sendiri merupakan


(63)

metode untuk menyelesaikan fungsi linear, baik fungsi tujuan maupun fungsi batasannya (constraint).

Dalam perkembangan selanjutnya, optimisasi sangat berkaitan dengan perkembangan komputer karena proses optimisasi ini umumnya dijalankan di komputer. Di awal-awal perkembangannya, penelitian optimisasi hanya dilakukan secara itensif untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan penting dibidang militer yang melibatkan teknologi tinggi. Tetapi ketika harga komputer semakin terjangkau, penelitian di bidang optimasi berkembang sangat pesat. Dalam dua dekade terakhir, banyak sekali metode optimisasi baru yang lahir.

Optimisasi dipakai di hampir semua bidang ilmu antara lain bidang teknik, sains, ilmu social, ekonomi dan bisnis. Banyak permasalahan di bidang teknik, sains dan ekonomi yang dapat dinyatakan sebagai permasalahan optimisasi seperti meminimalkan biaya, waktu dan resiko atau memaksimalkan keuntungan dan kualitas. Optimisasi seringkali menjadi fokus utama dalam pengambilan keputusan misalnya untuk meningkatkan daya saing suatu produk, maka perusahaan harus bisa memaksimalkan kualitas dari produk tersebut dengan meminimalkan biaya produksi.

3.4.1. Optimisasi Profit

Persoalan optimisasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi x beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan tersebut meliputi tenaga kerja (man), uang (money), material yang merupakan input, serta waktu dan ruang. Dalam hal


(64)

memperoleh profit, optimisasi biasa digunakan melalui minimisasi biaya ataupun melalui maksimisasi profit itu sendiri. Baik minimisasi maupun maksimisasi dituangkan kedalam bentuk formulasi yang memiiki fungsi tujuan dan kendala.

Optimisasi profit di dalam sebuah perusahaan merupakan suatu kebijakan strategis yang dilakukan untuk semakin meningkatkan efektivitas sumberdaya dan efisiensi biaya. Dengan kata lain adalah meningkatkan profit dengan memaksimalkan ketersediaan sumberdaya.

3.4.2. Minimisasi Biaya7

Minimisasi merupakan suatu langkah untuk mengurangi baik pemakaian,

jumlah ukuran melalui cara-cara tertentu.

sebagai penunjang kelangsungan hidup perusahaan. Ada dua macam arti biaya yang dikenal saat ini. Dalam arti sempit biaya adalah hanya meliputi pengertian harga pokok (cost), sedangkan biaya dalam arti luas adalah meliputi pengertian harga pokok (cost) dan beban (expense). Ongkos (cost) adalah sebagian nilai yang diperhitungkan dan melekat pada harga pokok atau beban. Sedangkan adalah barang atau jasa yang secara langsung dikorbankan yang diukur dalam satuan uang untuk memperoleh penghasilan. Biaya didefinisikan sebagai pengeluaran uang atau prestasi yang diterima untuk menjalankan perusahaan atau untuk proses produksi yang dipergunakan dalam rangka mendapatkan hasil tersebut. Biaya bagi perusahaan merupakan faktor yang menentukan untuk menetapkan harga dari

7


(65)

produk yang akan dijual. dalam perusahaan manufaktur biaya diklasifikasikan menjadi:

1. Biaya produksi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

2. Biaya pemasaran, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menjual produk atau jasa biasanya dalam rangka mendapatkan dan memenuhi pesanan.

3. Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengarahkan, mengendalikan dan untuk mengoperasikan perusahaan.

Minimisasi biaya adalah salah satu strategi yang dilakukan individu atau organisasi untuk meningkatkan wealth atau kesejahteraan. Minimisasi biaya dalam perusahaan dilakukan pada semua klasifikasi biaya.

3.5. Program Linear (Linear Programing) 8

Sebuah organisasi harus membuat keputusan mengenai cara mengalokasikan sember-sumbernya, dan tidak ada organisasi yang beroperasi secara permanen dengan sumber yang tidak terbatas. Akibatnya, manajemen harus secara terus menerus mengalokasikan sumber yang langka untuk mencapai tujuan yang optimal. Tiap organisasi mencoba untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan batasan sumber (tabungan, anggaran, bahan-bahan produksi).

8

Liberman, Hillier. 2005. Introduction To Operation Research. Edisi 8. Singapore:Mc Graw Hill. Hal (25-80)


(66)

Program linear merupakan model matematik untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Kata sifat linear digunakan untuk menunjukan fungsi-fungsi matematik yang digunakan dalam bentuk linear dalam arti hubungan langsung dan persis proporsional. Program menyatakan penggunaan teknik matematik tertentu. Jadi pengertian program linear adalah suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis yang analisisnya menggunakan model matematis, dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternative pemecahan optimum terhadap persoalan.

Bentuk umum model program linear :

����/����= � � � �=1

��

dengan batasan :

Tabel 3.1. Bentuk Kanonik dan Bentuk Standart Program Linear

Bentuk Minimisasi Maksimisasi

Standart

� ��� � �=1

�� = ��,������= 1,2,3, … ,�

≥ 0,������ = 1,2,3, … ,�

� ��� � �=1

�� = ��,������= 1,2,3, … ,�

≥0,������ = 1,2,3, … ,�

Kanonik

� ��� � �=1

�� ≥ ��,������= 1,2,3, … ,�

≥0,������ = 1,2,3, … ,�

� ��� � �=1

�� ≥ ��,������= 1,2,3, … ,�

≥0,������ = 1,2,3, … ,� Sumber : Bazaara, S Mokhtar. 1943. Linear Programming And Network Flows.USA ; John Wiley & Sons


(67)

1. Fungsi yang akan dicari nilai optimalnya (Z) disebut fungsi tujuan (objective function)

2. Fungsi-fungsi batasan dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu : a. Fungsi batasan fungsional, yaitu fungsi-fungsi batasan sebanyak m. b. Fungsi batasan non negatif (non negative constrains) yaitu variable � ≥0

3. Variabel-variabel �disebut sebagai variable keputusan (decision variable). 4. Parameter model yaitu masukan konstan ���,�,�

Agar penggunaan model program linear memuaskan tanpa terbentur pada berbagai hal, maka diperlukan asumsi-asumsi dasar program linear sebagai berikut :

1. Proportionality, asumsi ini berarti naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan.

2. Additivity, berarti nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau dalam program linear dianggap bahwa kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.

3. Divisibility, berarti keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan.

4. Deterministic (certainty), berarti bahwa semua parameter (���,�,�) yang terdapat pada program linear dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun dalam kenyataannya tidak sama persis.


(68)

Model program linier diaplikasikan untuk menyelesaikan berbagai masalah diantaranya adalah :

1. Masalah kombinasi produk, yaitu menentukan berapa jumlah dan jenis produk yang harus dibuat agar diperoleh keuntungan maksimum atau biaya minimum dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki.

2. Masalah perencanaan investasi, yaitu berapa banyak dana yang akan ditanamkan dalam setiap alternatif investasi, agar memaksimumkan return in investment atau net present value dengan memperhatikan sumber daya yang dimilki.

3. Masalah perencanaan produksi dan persediaan, yaitu menentukan berapa banyak produk yang akan diproduksi setiap periode, agar meminimumkan biaya persediaan, sewa, lembur, dan biaya sub kontrak.

4. Masalah perencanaan promosi, yaitu berapa banyak dana yang akan dikeluarkan untuk kegiatan promosi agar diperoleh efektivitas penggunaan media promosi.

5. Masalah distribusi, yaitu jumlah produk yang akan dialokasikan ke setiap lokasi pemasaran.

Untuk membuat formulasi model program linier, terdapat tiga langkah utama yang harus dilakukan, yaitu :

1. Tentukan variabel keputusan atau variabel yang ingin diketahui dan gambarkan dalam simbol matematik.

2. Tentukan tujuan dan gambarkan dalam satu sel fungsi linier dari variabel keputusan yang dapat berbentuk maksimum atau minimum.


(69)

3. Tentukan kendala dan gambarkan dalam bentuk persamaan linier atau ketidaksamaan linier dari variabel keputusan.

3.6. Matriks9

Matriks adalah kumpulan bilangan yang disusun dalam bentuk baris dan kolom. Bilangan yang tersusun dalam baris dan kolom disebut elemen matriks. Nama matriks ditulis dengan menggunakan huruf kapital. Banyaknya baris dan kolom matriks disebut ordo matriks.

Bentuk umum :

A =                 n m m m m n n n a a a a a a a a a a a a a a a a . 3 . 2 . 1 . . 3 3 . 3 2 . 3 1 . 3 . 2 3 . 2 2 . 2 1 . 2 . 1 3 . 1 2 . 1 1 . 1 ... : ... : : : ... ... ...

=

1 . 1

a

elemen matriks pada baris 1, kolom 1

=

2 . 1

a

elemen matriks pada baris 1, kolom 2

=

3 . 1

a

elemen matriks pada baris 1, kolom 3

=

n m

a

. elemen matriks pada baris m, kolom n Contoh :

B =

     − − 7 6 1 4 5 2 9


(70)

Ordo matriks B adalah B2 x 3

=

3 . 1

a

- 4

=

2 . 2

a

6

Matriks terdiri dari beberapa jenis. Jenis jenis matriks yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Matriks baris

Matriks baris adalah matriks yang hanya memiliki satu baris Contoh : A = [ 2 3 0 7 ]

2. Matriks kolom

Matriks kolom adalah matriks yang hanya memiliki satu kolom

Contoh : C =

            − 7 0 1 2

3. Matriks persegi

Matriks persegi adalah matriks yang jumlah baris dan kolomnya sama.

Contoh : A =

            − −3 5 10 7 6 0 9 5 4 6 8 1 3 5 0 2

Diagonal samping Diagonal utama 4. Matriks Identitas

Matriks identitas adalah matriks persegi yang elemen-elemen pada diagonal utamanya 1, sedangkan semua elemen yang lainnya nol.


(71)

A =      1 0 0 1 B =           1 0 0 0 1 0 0 0 1

5. Matriks segitiga atas

Matriks segitiga atas adalah matriks persegi yang elemen-elemen dibawah diagonal utamanya nol.

Contoh : A =           − 5 0 0 4 1 0 1 3 2

6. Matriks segitiga bawah

Matriks segitiga bawah adalah matriks persegi yang elemen-elemen diatas diagonal utamanya nol.

Contoh : B =           5 2 3 0 1 9 0 0 2

7. Matriks nol

Matriks nol adalah matriks yang semua elemennya nol. Contoh :

C =

     0 0 0 0 0 0


(72)

A. Transpose Matriks

Transpose matriks adalah perubahan bentuk matriks dimana elemen pada baris menjadi elemen pada kolom atau sebaliknya.

Contoh :

A =

  

 

−3 5 0 1 4 2

At = AT = A =

          − 0 1 5 4 3 2

B. Kesamaan Matriks

Dua matriks dikatakan sama jika, keduanya mempunyai ordo yang sama dan elemen-elemen yang seletak juga sama.

Contoh :

A = B

      − 4 5 3 2 =         − 4 5 3 9 3 6

Contoh : Tentukan nilai a dan b dari kesamaan matriks berikut

      − − − =       − − 5 9 4 12 5 2 4 3 b a

3a = -12 a = -12/3 a = -4 2b = 9


(73)

b = 9/2 b = 4,5

C. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks 1. Penjumlahan Matriks

Dua matriks dapat dijumlahkan, jika keduanya berordo sama, dengan cara menjumlahkan elemen-elemen yang seletak.

Contoh :      =       − +      

− 2 11

0 3 6 5 4 1 5 3 4 2

2. Pengurangan Matriks

Dua matriks dapat dikurangkan, jika keduanya beorodo sama, dengan cara mengurangkan elemen-elemen yang seletak.

Contoh :       − − − =       − − −       − −

− 5 10 2

1 4 3 7 4 2 5 3 1 5 6 3 4 7 2

D. Perkalian Matriks

1. Perkalian Matriks dengan Bilangan Real

Suatu matriks dikalikan dengan bilangan real k, maka setiap elemen matriks tersebut dikalikan dengan k.

Contoh : 2     − =      − 12 8 10 6 6 4 5 3


(1)

Sementara itu, kekurangan jumlah truk pengangkut TBS akan menyebabkan jumlah ketersediaan di pabrik berkurang. Selain itu kekurangan jumlah truk ini akan menyebabkan kerugian dari perusahaan akibat penurunan kualitas terutama peningkatan kadar asam lemak bebas akibat TBS yang harus menginap di kebun. Kerugian ini bisa menjadi bertambah diakibatkan risiko kehilangan TBS akibat pencurian terhadap TBS yang menginap di kebun.

Tabel 6.9. Analisis Sensitivitas Jumlah Pekerja dan Alat Transportasi

Triwulan Keterangan Nilai Saat Ini

Penurunanyang Diperbolehkan

Kenaikan yang Diperbolehkan

I Jumlah Pemanen 150 0 207

Jumlah Truk 45 0 50

II Jumlah Pemanen 150 0 305

Jumlah Truk 45 0 50

Berdasarkan nilai di atas hal, yang harus dipertimbangkan pihak manajemen perusahaan adalah melakukan komunikasi kepada pihak pemilik angkutan dan pekerja yang senantiasa dapat dipanggil ketika perusahaan membutuhkan tenaga kerja tambahan.

Jika perusahaan mengambil keputusan menambah pekerja pada saat dibutuhkan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, karena pihak perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang sama pada saat jumlah produksi berpluktuatif. Namun keputusan ini juga memberikan risiko yaitu jika ketika dibutuhkan pekerja menolak karena dia memiliki pekerjaan lain yang lebih memberikan imbalan lebih besar sehingga dampak kekurangan pekerja akan


(2)

menjadi risiko yang akan menghambat kelangsungan produksi CPO. Selain itu keputusan ini juga bertentangan dengan aspek sosial dari pendirian perusahaan.

Berdasarkan Tabel 6.5, penambahan setiap satu orang pekerja kepada jumlah pekerja yang tersedia akan memberikan penambahan biaya sebesar Rp.4.697.520,- pada triwulan I dan Rp.5.226.520,- pada triwulan II. Penambahan setiap satu truk kepada jumlah truk yang tersedia akan memberikan penambahan biaya sebesar Rp.20.243.680,- pada triwulan I dan Rp. 29.441.190 pada triwulan II


(3)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Dari analisis terhadap pemecahan masalah pada penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan model yang diujikan, jumlah produksi optimum yang dapat dipenuhi oleh perusahaan selama triwulan I dan II tahun 2012 adalah sebesar 5.760 ton dan 9.003 ton dengan total biaya sebesar Rp. 114.258.100.000. Nilai batas bawah dari jumlah permintaan yang dibenarkan tanpa merubah nilai optimum pada triwulan I dan II masing-masing sebesar 4891,23 ton dan 6362,65 ton. Nilai Batas atas dari jumlah permintaan yang dibenarkan tanpa merubah nilai optimum pada triwulan I dan II masing-masing sebesar 5773,43 ton dan 8040,25 ton

2. Jumlah persediaan yang optimum yang dapat dipenuhi perusahaan selama triwulan I dan II adalah sebesar 875 ton dan 1.199 ton. Nilai batas bawah dan batas atas jumlah persediaan adalah sebesar 875 dan 1.500 ton.

3. Jumlah TBS yang optimum yang harus dipenuhi perusahaan selama triwulan I adalah sebesar 20.195 ton untuk kebun inti dan 1.943 ton untuk kebun pihak SWASTA. Pada triwulan II sebesar 26.500 ton untuk kebun inti dan 8.956 ton untuk kebun pihak SWASTA.

4. Biaya yang dikeluarkan perusahaan yang menjadi fungsi tujuan model perencanaan produksi adalah Rp. 114.258.100.000. Dengan produksi CPO


(4)

14.763 ton dan harga CPO rata-rata selama tahun 2012 sebesar Rp. 7.945.238 per ton, maka margin antara biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan dari penjualan sebesar Rp. 2.449.548.594. Jika ditambah dengan biaya pembelian TBS dari kebun inti yang tidak dibayar karena berasal dari kebun sendiri maka margin menjadi Rp.41.559.589.490

7.2. Saran

Saran-saran yang dapat diberikan kepada perusahaan dan peneliti selanjutnya adalah :

1. Perusahaan sebaiknya tidak berproduksi melewati batas bawah dan batas atas besaran produksi yang dihasilkan oleh model. Hal ini dianjurkan agar perusahaan tetap berproduksi pada biaya yang minimum dan tingkat produksi yang optimum.

2. Jumlah lahan kebun inti yang tetap dan peningkatan permintaan dari triwulan I ke triwulan II mengharuskan perusahaan menambah pengadaan TBS dari pihak swasta. Jumlah rendemen TBS swasta yang berada jauh dibawah TBS kebun menjadikan jumlah tonase kebutuhan buah dari pihak swasta menjadi besar. Hal ini tentunya menambah jumlah biaya pengadaan TBS dari pihak swasta. Untuk itu sebaiknya perusahaan melakukan pemilihan terhadap pihak-pihak swata yang memiliki nilai rendemen TBS mendekati TBS kebun inti. 3. Perusahaan dapat menggunakan model linear programming pada penelitian

ini sebagai dasar teoritis untuk membantu mengambil kebijakan produksi perusahaan.


(5)

4. Perusahaan dapat menambahkan variabel-variabel lain pada model ini untuk semakin menambah cakupan system pada perusahaan jika ingin menggunakan model ini.

5. Bagi peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan model-model non linear programming dalam membuat model perencanaan produksi dalam penelitian selanjutnya.

6. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah variabel-variabel untuk melihat apakah memberi pengaruh terhadap pengujian model dengan berbagai metode dalam linier programming


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2005. Prinsip-prinsip Riset Operasi. Jakarta:Erlangga.

Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan pengendalian Produksi. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Bazaraa, Mokhtar S. 1977. Linear Programming and Network Flows. United States of Amerika;John Wiley & Sons

Gupta, Kumar Prem, Hira, D.S. 2007. Operation Research. S.Chand:India.

Hadiguna, Rika Ampuh. 2008. Model Perencanaan Produksi pada Rantai Pasok Crude Palm Oil dengan Menggunakan Preferensi Pengambilan Keputusan. Jurnal Teknik Industri Vol. 10, No1

Hadiguna, Rika Ampuh. 2007. Alokasi Pasokan Berdasarkan Produk Unggul untuk Rantai Pasok Sayuran Segar. Jurnal Teknik Inddustri Vol. 9, No 2 Harsanto, Budi. 2011. Tutorial QM For Windows. Bandung

Hillier, Lieberman. 2005. Operations Research. Eight Edition. McGraw Hill:Singapore.

Manulang, M.Marihot. 2001. Manajemen Personalia. Yogyakarta;Gajah Mada University Press

Nasution, Arman Hakim. 1999. Perencanaan Produksi dan Pengendalian Produksi. Surabaya:Guna Widya.

Supranto, J. 1983. Linear Programming. Edisi Kedua. Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Siringoringo, Hotniar. 2005. Seri Teknik Riset Operasional. Pemrograman Linear. Yogyakarta;Graha Ilmu

Sutarto. 1998. Dasar-dasar Organisasi. Cetakan Kedelapan belas. Yogyakarta;Gajah Mada University Press

Taha, Hamdy A. 2007. Operation Research. Eight Edition. Singapore; Pranctice Hall