Menurut perhitungan DEA, BPR yang memiliki nilai efisiensi terendah sebesar 0,002000 yaitu BPR ID 354, BPR ID 1353, dan BPR ID 1593. Sedangkan
menurut perhitungan SFA, nilai efisiensi BPR tersebut berturut-turut yaitu 0,629784 ; 0,237441 ; 0,224069. Dilihat dari nilai efisiensi baik berdasarkan SFA
maupun DEA, ketiga BPR tersebut yaitu BPR ID 354, BPR ID 1353, dan BPR ID 1593 sama-sama digolongkan sebagai BPR yang tidak efisien. Ketidakefisienan
BPR tersebut diduga karena penggunaan tenaga kerja yang melebihi batas kemampuan BPR dan pembayaran bunga Bank Indonesia, bank lain dan pihak
ketiga selain bank terlalu besar sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kedua beban tersebut besar dan akhirnya membuat BPR tersebut menjadi tidak efisien.
Untuk BPR yang memiliki nilai efisiensi terbesar berdasarkan perhitungan DEA adalah BPR ID 911 dan BPR ID 964. Sedangkan menurut SFA, nilai efisiensi
BPR tersebut adalah 0,605867 dan 0,965880.
4.3. Distribusi Nilai Efisiensi Berdasarkan Modal Inti dan Tingkat Kesehatan
Sebelum melihat distribusi nilai efisiensi berdasarkan modal inti dan tingkat kesehatan, ada baiknya dilihat korelasi dari variabel-variabel tersebut pada
Tabel 4.9. dibawah ini :
Tabel 4.9. Korelasi Nilai Efisiensi, Modal Inti, dan Nilai Kesehatan Efisiensi SFA
Efisiensi DEA Modal Inti
Kesehatan
Eff_SFA 1
0,328213 -0,052080 0,434749
Eff_DEA 0,328213 1
0,088872 0,314585
Modal Inti -0,052080
0,088872 1 0,114446
Kesehatan 0,434749 0,314585
0,114446 1
Keterangan : Signifikan pada taraf nyata 1 Signifikan pada taraf nyata 5
Seb 2008 pa
Stratifikas dibagi me
milyar, B memiliki m
Pa hubungan
berhubung kepercaya
dengan m persen ya
berdasarka
Gam
0,0 20,0
40,0 60,0
80,0 100,0
120,0
da tingkat yang nega
gan positif aan 99 per
modal inti B aitu sebesa
an nilai efis
mbar 4.2. D
bagaimana ada penelit
si Industri B enjadi tiga
BPR yang m modal inti l
NE 63
Distrib
31 ,
, 5,
u
2
kepercaya atif dengan
f dengan n rsen, Sedan
BPR dan ni ar 0,088872
siensi SFA d
istribusi M
pengelomp tian “Peme
BPR”, maka kelompok
memiliki m ebih dari 10
u
, ,
0,65 0,65 ≤
0,7 00
47,1 90
49, 2
si Modal I
3,2 6
n
Modal Inti B
aan 95 pe n modal in
nilai keseha ngkan nilai
ilai kesehat 2 dan 0,31
dapat diliha
pokkan mod etaan Prof
a pengelom BPR yang
modal inti 0 milyar.
7 1
6
n
2,80
NE 6
0,76 ≤
NE 0, 45,20
52,00
ti Berdasa
ersen, nilai nti sebesar
atan sebes i efisiensi
an BPR pa 14585. Ada
at pada Gam
Berdasarka
dal inti yang fil BPR da
mpokkan BP g memiliki
antara 1–1
≤ ,87
NE ≥
0,87 36,30
61,00 2,70
arkan Nila
i efisiensi r 0,052080
ar 0,43474 DEA berh
ada tingkat apun distrib
mbar 4.2. dib
an Nilai Efi
g dilakukan alam Rang
PR pada pe i modal int
10 milyar,
i Efisiensi S
SFA mem . Efisiensi
49 pada tin hubungan p
kepercayaa busi moda
bawah ini :
isiensi SFA
oleh InterC gka Penyus
enelitian ini ti kurang d
dan BPR
SFA
1 Milya 1 - 10 Mil
10 Milya y
r
A
miliki SFA
ngkat positif
an 99 l inti
CAFE sunan
i juga dari 1
yang
r ar
yar
Terdapat 135 BPR yang memiliki nilai efisiensi kurang dari 0,65 dimana 63 persen BPR yang modal intinya kurang dari 1 milyar, 31,9 persen BPR yang
memiliki modal inti antara 1–10 milyar, dan 5,2 persen BPR yang memiliki modal inti lebih dari 10 milyar. Hal ini mengindikasikan bahwa BPR-BPR dengan modal
inti kurang dari 1 milyar menjalankan operasional secara tidak efisien. BPR yang memiliki modal inti kurang dari 1 milyar dan nilai efisiensi kurang dari 0,65
berjumlah 83 BPR, yang memiliki modal inti antara 1–10 milyar berjumlah 43 BPR dan yang memiliki modal inti lebih dari 10 milyar berjumlah tujuh BPR.
Ketujuh BPR itu adalah BPR ID 602, BPR ID 929, BPR 932, BPR ID 1651, BPR ID 1656, dan BPR ID 1716, dimana enam BPR terakhir terletak di Propinsi
Lampung. Selanjutnya, BPR dengan nilai efisiensi lebih dari 0,87 sebanyak 592 BPR dimana 215 BPR memiliki modal inti kurang dari 1 milyar, 361 BPR
memiliki modal inti antara 1–10 milyar, dan sisanya 16 BPR memiliki modal inti lebih dari 10 milyar.
Berdasarkan Gambar 4.2., persentase modal inti antara 1–10 milyar pada kategori BPR efisien mengalami penurunan dari persentase modal inti antara 1–10
milyar pada kategori BPR cukup efisien. Hal ini mengindikasikan semakin besar modal inti maka semakin tinggi nilai efisiensi BPR. Untuk melihat distribusi
modal inti berdasarkan nilai efisiensi SFA dapat dilihat pada lampiran 3. Selanjutnya dapat dilihat distibusi modal inti berdasarkan nilai efisiensi
DEA pada Gambar 4.3.
Be lebih dari
ID 964, da memiliki
kurang da sisanya se
sebanyak lebih dari
dapat didu lebih ban
karyawan, gedung da
Gam
100,
20, 40,
60, 80,
0,0
D
mbar 4.3. Di
erdasarkan G 0,87 memi
an BPR ID modal inti
ari 1 milyar ebesar 3,03
52 BPR la 10 milyar d
uga karena nyak sepert
, pengeluar an sebagainy
D
NE
istribusi
4 5
M
istribusi M
Gambar 4.3 iliki modal
1047. Sedan i yang berv
r, 53,23 per 3 persen m
ampiran 4. dikategorika
a BPR besa ti pengelua
ran bunga ya.
4 5
M
3,74 3,23
0,65 0,
odal Inti
6
Modal Inti B
., 100 perse inti kurang
ngkan BPR variasi yait
rsen memili memiliki m
. Artinya se an tidak efis
ar otomatis aran gaji k
kepada b
65 ≤ NE
0,76 50,00
50,00
Berdasark
Berdasarka
en atau tiga dari 1 mily
R dengan nil tu 43,74 p
iki modal in modal inti l
eluruh BPR sien menuru
s mempuny karyawan,
bank lain,
kan Nilai E
NE ≥ 0,87
100,00 0,00
f
an Nilai Efis
a BPR deng yar yaitu BP
lai efisiensi ersen mem
nti antara 1 ebih dari
R yang mem ut perhitung
yai pengelu pendidikan
pengeluara
fisiensi DE
siensi DEA
gan nilai efis PR ID 911,
kurang dari miliki moda
1–10 milyar 10 milyar
miliki moda gan DEA. H
aran input n dan pela
an pemelih
EA
1 Mily 1 - 10 M
10 Mily i
a
A
siensi BPR
i 0,65 al inti
r, dan yaitu
al inti Hal ini
yang atihan
haraan
i y
ar lya
ar r
Gambar
Tin aspek yan
meliputi a dan Likuid
dalam em Booklet P
Be efisiensi k
dengan ni dikategori
dengan ni 3,60 pers
dikategori persen dik
100,0
20,0 40,0
60,0 80,0
0,00
4.4. Distrib