degradasi anaerobik dari bahan organik akan menghasilkan bahan emisi gas penyebab bau yang khas antara lain berasal dari lepasan senyawa-senyawa
amoniak, sulfida, karbon monoksida, karbon dioksida serta senyawa organik lain yang mudah menguap volatile organic compounds seperti metan, asam
asatat, keton, aldehid dan sebagainya Warintek-Progressio, 2000.
C. EMISI GAS BAU PADA INDUSTRI KARET
1. Amoniak NH
3
Amoniak adalah senyawa dari nitrogen dan hidrogen dengan formula NH
3
. Pada suhu dan tekanan standar amoniak berbentuk gas. Amoniak memiliki bau yang tajam, bersifat toksik, dan korosif untuk beberapa
bahan. Amoniak tidak berwarna dan berbau menyengat. Amoniak dapat mencair pada suhu -33.7
o
C dan menjadi padat pada suhu-75
o
C berupa masa kristal putih Wikipedia, 2002. Klasifikasi mengenai dampak
amoniak dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi Dampak Amoniak
Konsentrasi dari berat Molaritas
Klasifikasi Bahaya 5-10
2.87 – 5.62 molL Iritasi
10-25 5.62 – 13.29 molL
Korosif 25 13.29
molL Berbahaya bagi
lingkungan Sumber : Wikipedia 2002.
Bau gas amoniak sangat menyengat, dapat menyebabkan iritasi serta sifat gas ini sangat korosif terhadap logam. Gas amoniak sangat berbahaya
bagi manusia baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaruh amoniak terhadap kesehatan manusia dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh Amoniak Melalui Pernapasan terhadap Kesehatan
Manusia.
Dampak Jangka Pendek ≤ 14 hari
Kadar di Udara ppm
Jangka Waktu Gejala-gejala
0.5 Kadar minimal risk
50 Kurang dari 1 hari
Ringan, iritasi mata dan tenggorokan, dan rangsangan
batuk 500 30
menit Menaikkan intake udara ke
paru-paru, nyeri hidung, dan tenggorokan.
5000 Kurang dari 30 menit
Mati mendadak
Dampak Jangka Panjang 14 hari
Kadar di Udara ppm
Jangka Waktu Gejala-gejala
0.3 Kadar minimal risk
100 6 minggu
Ringan, iritasi mata dan tenggorokan.
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor.
2. Hidrogen Sulfida H
2
S
Hidrogen sulfida adalah gas tidak berwarna, toksik, mudah terbakar dan menyebabkan bau busuk. H
2
S dihasilkan ketika bakteri menguraikan bahan protein pada kondisi anaerob, seperti pada rawa dan saluran air
selokan. Hidrogen sulfida juga bisa terdapat dalam gas vulkanik, gas alam, dan beberapa mata air Wikipedia, 2006.
Hidrogen sulfida merupakan polutan udara yang korosif dan beracun, serta dikategorikan berbau tidak sedap Martin et al., 2004. Sulfur
tereduksi dalam bentuk H
2
S juga terjadi pada biosfer sebagai hasil aktivitas vulkanik dan metabolisme mikrobial. H
2
S di alam hanya terkumpul dalam kondisi anaerobik, tapi akan teroksidasi secara spontan
dan cepat dengan adanya oksigen. Hidrogen sulfida H
2
S mempunyai bau seperti telur busuk dan kadang lebih toksik daripada karbon monoksida
Turk et al.,1972. Dampak-dampak yang terjadi akibat menghirup H
2
S terdapat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Dampak Menghirup H
2
S Konsentrasi
Efek Bagi Manusia 0.03 ppm
Bisa dibau, aman dihirup dalam 8 jam. 4 ppm
Bisa menyebabkan iritasi mata, harus menggunakan masker karena bisa merusak metabolisme.
10 ppm Maksimum terhirup selama 10 menit. Bau membunuh
dalam 3 sampai 15 menit. Menyebabkan gas mata dan luka pada tenggorokan. Bereaksi secara keras dengan
campuran isi raksa gigi.
20 ppm Terhirup lebih dari satu menit menyebabkan beberapa
kerusakan urat saraf mata. 30 ppm
Hilang penciuman, kerusakan sampai darah ke otak diteruskan dengan kerusakan organ penciuman.
100 ppm Kelumpuhan pernafasan dalam 30 sampai 45 menit.
Pingsan dalam waktu singkat maksimal 15 menit. 200 ppm
Kerusakan mata serius dan kerusakan mata sampai pada saraf. Melukai mata dan tenggorokan.
300 ppm Kehilangan keseimbangan dan fikiran. Kelumpuhan
pernafasan dalam 30 sampai 45 menit. 500 ppm
Menimbulkan kelumpuhan dalam 3 sampai 5 menit. Dibutuhkan segera penyadaran buatan.
700 ppm Akan menimbulkan terhentinya nafas dan kematian jika
tidak segera ditolong. Kerusakan otak secara permanen jika tidak ada pertolongan cepat.
Sumber : AlkenMurray Corp 2002 Penghilangan H
2
S diperlukan dengan alasan kesehatan, keamanan, dan korosi Jensen dan Webb, 1995. Menurut Kleinjan 2005, siklus
sulfur secara biologi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Siklus Sulfur Secara Biologi. Kleinjan, 2005.
D. BIOFILTER