Penelitian Terdahulu Mengenai Kecap Penelitian Terdahulu Mengenai Ekuitas merek

30

2.6.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Kecap

Penelitian mengenai produk kecap dilakukan oleh Santosa pada tahun 2004 dengan judul “Analisis Pengambilan Keputusan Strategi Bauran Pemasaran Produk Kecap Manis ABC PT. Heinz ABC Indonesia”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi bauran pemasaran yang tepat bagi PT. Heinz ABC Indonesia dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prioritas utama adalah meningkatkan penjualan, kemudian meningkatkan pangsa pasar, merumuskan strategi menghadapi persaingan dan yang terakhir adalah efisiensi biaya pemasaran. Sedangkan hasil PHA untuk strategi bauran pemasaran kecap ABC adalah merumuskan strategi produk menempati urutan pertama, kemudian merumuskan strategi harga, strategi promosi dan terakhir adalah merumuskan strategi distribusi. Penelitian lain mengenai kecap dilakukan oleh Morina pada tahun 2004 dengan judul “Analisis Strategi Pengembangan Kecap Cap Banteng”. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis lingkungan pemasaran internal dan eksternal yang mempengaruhi keputusan memperluas daerah pemasaran kecap Cap Banteng. Metode yang digunakan adalah Proses Hierarki Analitik. Hasil analisis menunjukkan bahwa lingkungan pemasaran internal yang berpengaruh dalam keputusan perusahaan untuk memperluas pangsa pasar dan menjadi kekuatan bagi perusahaan adalah sumber daya keuangan, sumber daya bahan baku yang kontinu dan berkualitas dan sumber daya manusia yang dapat diandalkan.

2.6.2 Penelitian Terdahulu Mengenai Ekuitas merek

31 Penelitian yang terkait dengan ekuitas merek dilakukan oleh Ratnasari pada bulan Mei – Juni 2002 dengan judul “Analisis Ekuitas Merek Chicken Nugget Merek X”. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 200 sampel yang dipilih dengan metode cluster sampling di wilayah DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekuitas merek “X” cukup tinggi karena chicken nugget merek “X” telah menjadi top of mind, mempunyai konsumen tertinggi untuk menyukai merek dan menempati urutan kedua pada pembeli yang puas. Hasil lain menunjukkan bahwa kemungkinan perpindahan merek produk chicken nugget merek “X” adalah sebesar 32,33 dari 89 orang yaitu sekitar 32 orang. Indeks kepuasaan pelanggan terhadap atribut – atribut merek “X” adalah sebesar 0,8. Nilai tersebut masuk ke dalam kriteria “puas”. Persamaannya dengan penelitian yang dilakukan adalah mengenai ekuitas merek produk. Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan adalah produk yang dianalisa dan metode pengukuran asosiasi merek dan kesan kualitas. Penelitian serupa dilakukan oleh Manuhutu yang meneliti ekuitas merek produk teh dalam botol pada tahun 2003 dengan sampel mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Secara umum hasil yang didapat adalah bahwa merek dengan ekuitas terkuat adalah Teh Botol Sosro disusul oleh Tekita, Fruit Tea, Frestea, Teh 2-Tang, Teh Giju dan terakhir adalah S-Tee. Merek yang paling tidak dikenal adalah Teh Giju. Hasil Cochran Test menunjukkan bahwa Teh Botol mempunyai paling banyak atribut yang berasosiasi dengannya. Kemudian disusul oleh Frestea dan Fruit Tea. Analisis elemen kesetiaan merek memperoleh dua hasil yang berbeda. Dengan pendekatan sikap, frestea memiliki konsumen – konsumen yang loyal dibandingkan dengan Teh Botol Sosro, pada kenyataannya Teh Botol Sosro menduduki brand awareness tertinggi. Penelitian ini memiliki persamaan 32 dengan penelitian yang dilakukan sekarang dalam penggunaan metode Cohcran Test dan Switching Pattern Matrix. Penelitian lain dilakukan oleh Purwantoro tahun 2003 dengan judul “Analisis Brand Equity Apel Manalagi pada Pasar Tradisional dan Modern di Jakarta Selatan” . Responden adalah ibu rumah tangga yang mengkonsumsi apel Manalagi. Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini serupa dengan penelitian yang telah dilakukan. Perbedaannya dalam penelitian yang dilakukan Purwantoro, pengambilan sampel berdasarkan judgment sampling dan dilakukan di beberapa pasar moderen dan tradisional, sedangkan pada penelitian yang dilakukan menggunakan fraction sampling dan dilakukan dengan mengunjungi rumah atau tempat aktivitas responden. Dari uraian diatas, penelitian yang mengupas permasalahan kecap dari segi kekuatan merek belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penelitian mengenai ekuitas merek kecap ini dilakukan. 33

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teori

Menurut Aaker 1997 definisi ekuitas merek adalah: “kumpulan aset yang terkait dengan nama merek dan simbol yang ditambahkan atau diambil dari nilai yang disediakan oleh produk atau servis kepada lembaga atau konsumen. Kategori aset terbesar adalah: kesadaran merek, asosiasi merek, kesan kualitas, kesetiaan merek.” Analisis ekuitas merek merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi dan menyusun strategi agar merek tersebut menjadi merek yang kuat. Kegiatan penyusunan strategi meliputi kegiatan menciptakan, mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengelola merek secara terus – menerus sampai merek tersebut kuat. Ekuitas Merek Kesan Kualitas Asosiasi Merek Kesadaran Merek Aset Merek Lain Kesetiaan Merek Memberikan nilai kepada perusahaan dgn menguatkan : - Efisiensi dan efektivitas program pemasaran - Loyalitas brand - Harga laba - Perluasan brand - Keuntungan Kompetitif Memberikan nilai kepada customer dgn menguatkan - Interpretasi proses informasi - Rasa percaya diri dalam pembelian - Pencapaian kepuasan dari customer