BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Siswa Kelas 1-3 Tentang Makanan Bergizi, Beragam, Berimbang, dan Aman
Pengetahuan siswa tentang makanan bergizi beragam seimbang dan aman merupakan segala sesuatu yang diketahui anak sekolah dasar tentang makanan bergizi
beragam berimbang dan aman sebelum dan sesudah penyuluhan. Hasil analisis dengan menggunakan paired sample t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan siginifkan antara
pengetahuan siswa sebelum dan sesudah penyuluhan. Hasil post-test siswa lebih tinggi nilainya daripada hasil pre-test. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh positif
penyuluhan terhadap pengetahuan siswa tentang makanan bergizi, beragam, seimbang dan aman.
Perubahan dan peningkatan nilai pengetahuan pada responden dimungkinkan karena berbagai hal yang berkaitan dengan proses penyuluhan diantaranya adalah materi
yang terdapat dalam media yang menarik minat responden dan metode pendidikan yang menarik berupa permainan, sehingga responden mudah untuk memahami isi materi
pendidikan kesehatan yang disampaikan. Kondisi tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh WHO dalam Mubarak 2007 bahwa pengunaan metodemedia
pendidikan sangat menentukan keberhasilan penyampaian pendidikan kesehatan. Penelitian Adi 2003 yang dikutip Aini 2010 mengemukakan bahwa
penyuluhan dengan media mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap antara lain penyuluhan kepada remaja terhadap penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan
media booklet. Sementara itu hasil pada penelitian ini relative sama dengan penelitian
Universitas Sumatera Utara
yang pernah dilakukan oleh Pandiangan 2005 yang menyatakan bahwa pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode ceramah, pada pengetahuan dan sikap remaja tidak
lebih baik dari pada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual. Pengetahuan siswa tentang makanan bergizi, beragam, seimbang, dan aman saat
pre-test paling banyak berada pada tingkat kurang baik, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, menurut penelitian yang dilakukan oleh Hastuti 1989 pada empat SD di
Semarang, Jawa Tengah diketahui bahwa tingkat pengetahuan gizi siswa dipengaruhi beberapa hal, antara lain kepandaian anak, pendidikan ibu, dan sumber informasi dalam
penerangan gizi. Setelah dilakukan penyuluhan dengan flash card diperoleh hasil post–test
pengetahuan siswa terbanyak berada pada tingkat sedang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain karakteristik responden yang berada pada umur 6-9 tahun
dimana siswa pada umur ini berada pada periode kritis dan sensitif, menurut Reber dalam Mutiah 2010, periode kritis dan sensitif merupakan periode dimana anak berada
pada keadaan siap menerima rangsangan dari luar. Pemberian rangsangan yang tepat pada masa kritis akan merangsang pertumbuhan otak yang optimal dan dapat
meningkatkan pengetahuannya. Rangsangan yang diberikan pada penelitian ini adalah berupa penyuluhan dengan media flash card.
Penggunaan permainan dengan media flash card dalam penyuluhan yang dilakukan kepada siswa juga berdasarkan teori proses belajar sambil bermain, hal ini
dilakukan karena pada usia 6-9 tahun masih membutuhkan bermain dan perkembangan kognitif siswa berada pada tahap pra-operasional sampai tahap konkrit yang ditandai
dengan kemampuan berfikir dengan menggunakan lambang tertentu. Dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
proses belajar sambil bermain maka siswa dapat dengan mudah menyerap pengetahuan yang diberikan tanpa terpaksa Semiawan, 1998.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Paramitha dan Pramono 2011 yang menunjukkan bahwa teknik KIE dengan permainan elektronik
meningkatkan pengetahuan anak sekolah dasar tentang PHBS dan penyakit menular. Media flash card merupakan media yang sudah lama dikenal dan digunakan
sebagai media visual untuk proses belajar dan mengajar karena memiliki empat fungsi media pembelajaran menurut Levi dan Lenz dalam Arsyad 2010 yaitu fungsi atensi
menarik, fungsi afektif kenikmatan dalam belajar, fungsi kognitif memperlancar pencapaian tujuan belajar, dan fungsi kompensatoris mengakomodasikan siswa yang
lemah belajar. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan dengan media flash card dapat
meningkatkan pengetahuan siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Sartika 2014 bahwa permainan edukatif seperti kartu bergambar flash card puzzle, alat
menggambar, menggunting, menggambar, simulasi alat kebersihan diri dan bahan makanan meningkatkan skor pengetahuan anak tentang praktek kebersihan diri p0,05
dan makanan sehat bergizi p0,05.
5.2. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Sikap Siswa Kelas 1-3 Tentang Makanan Bergizi, Beragam, Berimbang, dan Aman
Menurut Purwanto 1993, sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut dalam hubungan dengan
objeknya. Sikap adalah pandangan yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek. Dalam penelitian ini objek adalah pesan atau isi penyuluhan yaitu
Universitas Sumatera Utara
makan makanan bergizi, beragam, seimbang, dan aman sedangkan penyuluhan merupakan stimulus yang diharapkan dapat memberi pengaruh terhadap siswa untuk
bersikap dan berprilaku sesuai dengan pesan atau isi penyuluhan. Berdasarkan analisis data menjelaskan bahwa penyuluhan gizi dengan media
flash card dapat meningkatkan sikap siswa. Pada pre-test sikap siswa terbanyak pada tingkat sedang dan pada saat post-test, terjadi peningkatan pada sikap siswa, sehingga
siswa pada tingkat baik dan tidak ada yang berada pada tingkat kurang baik. Dari pengujian dengan menggunakan paired sample t-test diketahui bahwa ada pengaruh
penyuluhan gizi terhadap sikap siswa terhadap pemilihan makanan bergizi, beragam, seimbang, dan aman.
Peningkatan skor sikap siswa setelah penyuluhan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pulungan 2008 mengenai pengaruh metode penyuluhan terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue PSN DBD di Kecamatan Helvetia terbukti bahwa
penyuluhan dengan metode ceramah dengan leaflet maupun ceramah dengan film berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil.
Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan dengan menggunakan media dapat menarik perhatian responden sehingga dapat diserap untuk meningkatkan pengetahuan responden
yang secara tidak langsung mempengaruhi sikap responden. Sikap siswa yang pada saat pre-test termasuk pada tingkat sedang, hal ini
menunjukkan bahwa sikap siswa umumnya sudah cukup baik untuk memilih makanan bergizi, beragam, dan seimbang. Namun dengan dilakukan penyuluhan diharapkan sikap
tersebut akan bertahan lama karena menurut Notoatmodjo 2007 perilaku yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan atas dasar pengetahuan akan bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan.
Menurut Allport dalam Notoatmodjo 2010 sikap yang terbentuk pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa komponen di antaranya adalah komponen kognitif
yang berhubungan dengan kepercayaan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Dalam hal ini, sikap siswa terhadap pemilihan makanan bergizi, beragam,
seimbang, dan aman dipengaruhi oleh kepecayaan yang didapatkan dari penginderaan terhadap gambar atau objek pada flash card yang telah dikenalkan selama proses
penyuluhan. Oleh karena itu flash card mempermudah siswa untuk mengenal makanan yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk gambar.
Namun pada pernyataan tentang makanan aman yaitu tentang kepedulian siswa untuk jajan di pinggir jalan, siswa tetap menjawab tidak peduli untuk tetap jajan disana.
Hal ini berkaitan dengan komponen sikap yang dikemukakan Allport yaitu kehidupan emosional atau evaluasi responden terhadap objek artinya bagaimana penilaian
terkandung di dalamnya faktor emosi orang tersebut terhadap objek. Dalam hal ini, sikap siswa terhadap pemilihan makanan bergizi dan berimbang dipengaruhi oleh rasa
suka dan tidak suka yang diperoleh oleh pengalaman siswa tersebut. Siswa tetap memilih jajan dipinggir jalan karena merasa suka dan sudah menjadi suatu kebiasaan. Selain itu
sikap ini juga dipengaruhi dengan ada tidaknya ketersediaan makanan aman yang ada di sekitar lingkungan siswa.
Tidak adanya kantin di dalam lingkungan sekolah menjadi salah satu faktor siswa untuk mengkonsumsi jajanan yang tidak aman di luar sekolah dan menganggap hal
tersebut adalah hal yang biasa. Penyediaan kantin sekolah tidak hanya menjadi sarana
Universitas Sumatera Utara
penyedia Pangan Jajanan Anak Sekolah PJAS yang sehat tapi juga menjadi determinan untuk perilaku memilih jajanan yang sehat dan aman.
Seperti yang dikemukakan oleh Newcomb, yang dikutip Notoatmodjo 2010 salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau
kesedian untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan reaksi terbuka atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi perilaku tindakan atau reaksi tertutup. Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi menggunakan media Flash Card lebih sering untuk menstimulus
peningkatan pengetahuan dan sikap siswa terkait makanan bergizi, beragam, seimbang dan aman.
Sikap siswa yang sudah baik setelah pemberian penyuluhan dapat menjadi perilaku yang baik bila memenuhi beberapa syarat determinan perilaku yang dikemukaan
oleh Shenandu B Kar dalam Notoatmodjo 2010 antara lain diperlukan dukungan dari masyarakat sekitar, dalam hal ini guru dan orang-orang yang berada di linkungan sekolah
untuk membatasi siswa membeli jajanan diluar dari lingkungan sekolah dan terus memberikan pengetahuan tentang makanan yang sehat, dan adanya situasi dan kondisi
yang memungkinkan yaitu ketersediaan kantin sekolah yang bersih dan sehat.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN