Provisi Pajak Penghasilan IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI LANJUTAN t. Transaksi dan saldo dalam mata uang asing

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 Maret 2013 tidak diaudit dan 31 Desember 2012 diaudit dan Periode Tiga Bulan yang Berakhir pada Tanggal–tanggal 31 Maret 2013 dan 2012 tidak diaudit Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain 29

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI LANJUTAN t. Transaksi dan saldo dalam mata uang asing

Efektif tanggal 1 Januari 2012, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 10 Revisi 2010, “Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing”. Penerapan PSAK No. 10 Revisi 2010 tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian. Transaksi dalam mata uang asing dicatat berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan. Pada setiap akhir periode pelaporan, aset dan liabilitas keuangan dalam mata uang asing dijabarkan sesuai dengan rata-rata kurs jual dan beli yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada tanggal transaksi perbankan terakhir untuk tahun yang bersangkutan, dan laba atau rugi kurs yang terjadi dikreditkan atau dibebankan pada operasi tahun berjalan. Pada tanggal 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012, kurs yang digunakan adalah sebagai berikut: 2013 2012 Satuan Penuh Satuan Penuh 1 Euro Eropa Euro 12.423 12.810 1 Dolar Amerika Serikat US 9.719 9.670 1 Dolar Singapura Sin 7.816 7.907 Transaksi dalam mata uang asing lainnya dianggap tidak signifikan.

u. Provisi

Provisi diakui jika Perusahaan dan Entitas Anak memiliki liabilitas kini baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif yang akibat peristiwa masa lalu, besar kemungkinannya penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi dan estimasi andal mengenai total liabilitas tersebut dapat dibuat. Provisi ditelaah pada setiap tanggal pelaporan dan disesuaikan untuk mencerminkan estimasi terbaik yang paling kini. Jika arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban kemungkinan besar tidak terjadi, maka provisi dibatalkan.

v. Pajak Penghasilan

Efektif tanggal 1 Januari 2012, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 46 Revisi 2010, “Pajak Penghasilan”. Revisi PSAK No. 46 tersebut menetapkan perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan dalam menghitung konsekuensi pajak kini dan masa depan untuk pemulihan penyelesaian jumlah tercatat aset liabilitas di masa depan yang diakui pada laporan posisi keuangan konsolidasian; serta transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode berjalan yang diakui pada laporan keuangan konsolidasian. Penerapan PSAK No. 46 Revisi 2010 tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pengungkapan terkait laporan keuangan konsolidasian. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 5 tanggal 23 Maret 2002, penghasilan dari sewa pusat niaga dikenakan pajak final sebesar 10, kecuali untuk kontrak sewa yang ditandatangani sebelum peraturan tersebut yang dikenakan pajak 6. Pada tanggal 4 November 2008, Presiden Republik Indonesia dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia menandatangani Peraturan Pemerintah No. 712008 PP No. 712008 tentang “perubahan ketiga atas PP No. 481994 mengenai pembayaran pajak penghasilan atas pengalihan hak atas tanah danatau bangunan”. Peraturan ini mengatur penghasilan wajib pajak yang berasal dari transaksi pengalihan hak atas tanah danatau bangunan, akan dikenai pajak yang bersifat final sebesar 5, efektif berlaku pada tanggal 1 Januari 2009. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 Maret 2013 tidak diaudit dan 31 Desember 2012 diaudit dan Periode Tiga Bulan yang Berakhir pada Tanggal–tanggal 31 Maret 2013 dan 2012 tidak diaudit Disajikan dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan lain 30

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI LANJUTAN v. Pajak Penghasilan lanjutan