Perkembangan Harga Minyak Dunia

Setiap terjadi kenaikan harga minyak dunia hampir selalu diiringi dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya setiap terjadi penurunan harga minyak dunia hampir selalu diiringi dengan penurunan pertumbuhan ekonomi. Sumber: IFS 2009 dan WDI 2011 Gambar 21. Hubungan antara Perubahan Harga Minyak Dunia dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-negara ASEAN+3 Tahun 1999-2008 Dampak perubahan harga minyak terhadap pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara ASEAN+3 ditunjukkan oleh Tabel 8. Hasil uji kausalitas Granger dengan data kuartalan dari tahun 1999 sampai 2008 bahwa harga minyak tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di hampir seluruh negara-negara ASEAN+3 kecuali China dan Malaysia. Dampak harga minyak terhadap pertumbuhan ekonomi di China muncul pada kuartal ketiga. Di Malaysia, dampaknya terasa pada kuartal kedua sampai ketiga. Tabel 8. Hubungan Kausalitas antara Harga Minyak Mentah Dunia dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-negara ASEAN+3 1 Lags Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand China Jepang Korea Selatan 1 1.14661 3.46972 1.13087 0.72623 0.30028 3.52765 0.02059 2.59930 2 0.82174 4.89574 2.45467 0.71703 0.31715 1.93556 0.25907 1.06214 3 1.91679 3.81602 1.54973 1.94369 1.85418 5.44890 0.17341 1.55004 4 1.74805 1.32212 1.13263 1.45132 0.75904 1.56095 0.11379 0.97679 5 1.41858 0.54919 1.38126 1.35187 1.23244 1.10287 2.53573 0.41666 6 1.01486 0.56384 1.00541 1.05616 1.44772 0.86227 2.48268 0.57580 7 0.91702 0.48851 0.95147 0.73385 1.53021 1.38146 2.48268 0.51243 8 0.79474 1.45836 0.80331 1.41231 1.92822 0.92367 2.23138 0.37308 9 0.45183 1.00597 0.68784 1.41842 0.91902 1.12861 2.11025 0.47435 Sumber: IFS 2009 dan WDI 2011 diolah Keterangan: Data kuartalan dari tahun 1999-2008 kecuali Filipina 1999:1-2006:4 dan Singapura 2001:1-2008:2 Keterangan: F-Statistik yang ditampilkan Signifikan pada taraf nyata 5 persen 1 Hipotesis nol: Oil Prices Index do not Granger GDP Growth 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 T in g k a t P e rt u m b u h a n E k o n o m i P e ru b a h a n H a rg a M in y a k D u n ia Perubahan Harga Minyak Dunia Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Hubungan antara harga minyak dunia dengan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara-negara ASEAN+3 yang dikaji menunjukkan hubungan yang positif terutama di Indonesia dan Malaysia yang merupakan negara pengekspor minyak mentah. Hubungan negatif hanya terjadi di Jepang, Filipina, dan Thailand. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak dunia sekarang tidak selalu diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang negatif Gambar 22. Sumber: IFS 2009 dan WDI 2011 Gambar 22. Plot Regresi antara Harga Minyak Mentah Dunia dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-negara ASEAN+3 Tahun 1999-2008 Tren inflasi dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN+3 terlihat berbanding terbalik seperti ditunjukkan pada Gambar 23. Setiap terjadi y = -0.077x + 1.998 R² = 0.091 -10 -5 5 10 15 -50 50 100 P er tu m buh a n E k o no m i Tha il a nd Perubahan Indeks Harga Minyak y = 1.583x + 127.3 R² = 0.001 -3000 -2000 -1000 1000 2000 3000 -50 50 100 P er tum buha n E k o n o m i C h ina Perubahan Indeks Harga Minyak y = -0.003x + 0.378 R² = 0.009 -2 -1 1 2 -50 50 100 P er tu m buha n E k o no m i J epa ng Perubahan Indeks Harga Minyak y = 0.014x + 1.096 R² = 0.000 -30 -20 -10 10 20 -50 50 100 P er tu m buh a n E k o no m i Ko re a Se la ta n Perubahan Indeks Harga Minyak y = 0.029x + 1.349 R² = 0.050 -6 -4 -2 2 4 6 -50 50 100 P er tum buha n Ek o no m i Indo n e si a Perubahan Indeks Harga Minyak y = 0.028x + 1.441 R² = 0.033 -10 -5 5 10 -50 50 100 P er tum buha n E k o n o m i M a la y si a Perubahan Indeks Harga Minyak y = -0.209x + 2.268 R² = 0.059 -20 -10 10 20 30 -40 -20 20 40 P er tum buha n E k o n o m i F il ipi n a Perubahan Indeks Harga Minyak y = 0.001x + 1.403 R² = 6E-05 -6 -4 -2 2 4 6 8 -50 50 100 P er tum b uha n Ek o no m i Si ng a p ur a Perubahan Indeks Harga Minyak kenaikan inflasi hampir selalu diiringi dengan penurunan pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya. Sumber: WDI, 2011 Gambar 23. Hubungan antara Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-negara ASEAN+3 Tahun 1999-2008 Dampak perubahan harga minyak terhadap inflasi di masing-masing negara ASEAN+3 dengan uji kausalitas Granger ditunjukkan oleh Tabel 9. Hasil uji kausalitas Granger dengan data kuartalan dari tahun 1999 sampai 2008 bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi hanya di Indonesia dan Singapura. Sedangkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap inflasi hanya di Thailand. Tabel 9. Hubungan Kausalitas antara Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-negara ASEAN+3 Tahun 1999-2008 1 Negara Hipotesis Nol F-Statistik Indonesia inflation does not granger cause economic growth economic growth does not granger cause inflation 3,44939 2,45185 Malaysia inflation does not granger cause economic growth economic growth does not granger cause inflation 0,46063 1,70524 Filipina inflation does not granger cause economic growth economic growth does not granger cause inflation 0,03071 0,88129 Singapura inflation does not granger cause economic growth economic growth does not granger cause inflation 4,97592 0,38451 Thailand inflation does not granger cause economic growth economic growth does not granger cause inflation 2,39240 7,68913 China inflation does not granger cause economic growth economic growth does not granger cause inflation 1.50777 0,67505 Jepang inflation does not granger cause economic growth economic growth does not granger cause inflation 0,34986 0,17161 Korea Selatan inflation does not granger cause economic growth economic growth does not granger cause inflation 0,86875 0,57319 Keterangan: Data kuartalan dari tahun 1999-2008 kecuali Filipina 1999:1-2006:4 dan Singapura 2001:1-2008:2 Signifikan pada taraf nyata 10 persen , 5 persen , dan 1 persen 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 P er se n Inflasi Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Peningkatan inflasi di beberapa negara diikuti oleh penurunan pertumbuhan ekonomi. Hubungan negatif antara dua variabel ini terjadi di Indonesia dan Jepang, hubungan positif antara dua variabel ini terjadi di Filipina dan Korea Selatan, sedangkan di negara-negara lainnya hubungannya terlihat tidak begitu jelas Gambar 24. Sumber: IFS 2009 dan WDI 2011 Gambar 24. Plot Regresi antara Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-negara ASEAN+3 Tahun 1999-2008 y = 0.013x + 0.447 R² = 0.325 -0.5 0.5 1 1.5 2 2.5 -50 50 100 P er uba h a n IHK M a la y si a Perubahan Indeks Harga Minyak y = 0.057x + 1.193 R² = 0.228 -4 -2 2 4 6 8 10 -50 50 100 P er uba h a n IHK C h ina Perubahan Indeks Harga Minyak y = -0.185x + 1.434 R² = 0.001 -10 -5 5 10 15 -2 2 4 6 P er tu m buha n E k o no m i Tha il a n d Perubahan Indeks Harga Konsumen y = 15.10x + 115.3 R² = 0.002 -3000 -2000 -1000 1000 2000 3000 -5 5 10 P er tum bu ha n Ek o no m i C hi n a Perubahan Indeks Harga Konsumen y = -0.469x + 0.388 R² = 0.067 -1.5 -1 -0.5 0.5 1 1.5 2 -1 -0.5 0.5 1 P er tum b uha n Ek o no m i J epa ng Perubahan Indeks Harga Konsumen y = 1.276x + 0.511 R² = 0.006 -30 -20 -10 10 20 -1 1 2 3 P e rt um buh a n Ek o no m i Ko re a Se la ta n Perubahan Indeks Harga Konsumen y = -0.160x + 1.930 R² = 0.026 -6 -4 -2 2 4 6 -5 5 10 15 20 P er tum b uha n Ek o no m i Indo ne si a Perubahan Indeks Harga Konsumen y = 0.018x + 1.689 R² = 3E-05 -10 -5 5 10 -2 2 4 6 P e rt um bu ha n Ek o no m i M a la y si a Perubahan Indeks Harga Konsumen y = 3.344x - 7.310 R² = 0.024 -150 -100 -50 50 -4 -2 2 4 P er tum b uha n Ek o no m i F il ipi na Perubahan Indeks Harga Konsumen y = 0.484x + 1.203 R² = 0.015 -6 -4 -2 2 4 6 8 -1 1 2 3 P er tum bu ha n Ek o no m i Si ng a pu r a Perubahan Indeks Harga Konsumen 4.3 Kondisi Perekonomian Negara-negara ASEAN+3 Inflasi di negara-negara ASEAN+3 mengalami kenaikan yang cukup tinggi sejak tahun 1999 seperti ditunjukkan oleh Gambar 25. Rata-rata inflasi di delapan negara-negara ASEAN+3 pada tahun 1999 tercatat sebesar 3,57 persen, sedangkan pada tahun 2008 sudah mencapai 6,09 persen. Rata-rata inflasi Cina pada tahun 2008 sebesar 5,86 persen juga menembus angka tertinggi inflasi di negara tersebut selama rentang waktu 2000-2008. Inflasi tertinggi dialami Indonesia pada tahun 1999 yang mencapai dua digit yaitu 20,49 persen. Beberapa kali Indonesia juga mengalami inflasi dua digit melebihi inflasi negara-negara ASEAN+3 lainnya. Inflasi Indonesia cukup berfluktuasi terutama sejak krisis keuangan tahun 1998 yang mencapai 58,4 persen. Sedangkan inflasi yang paling rendah dialami oleh Jepang yang berkisar antara 1,38 persen dan -0,90 persen. Secara umum, rata-rata inflasi di masing-masing negara-negara ASEAN+3 selama periode 1999-2008 antara lain 10,04 persen Indonesia, 5,51 persen Filipina, 2,92 persen Korea Selatan, 2,57 persen Thailand, 2,41 persen Malaysia, 1,77 persen China, 1,42 persen Singapura, dan -0,15 persen Jepang. Sumber: IFS, 2009 Gambar 25. Perkembangan Inflasi di Negara-negara ASEAN+3 Tahun 1999-2008 Negara-negara yang termasuk dalam kawasan ASEAN+3 dalam penelitian ini dapat dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu kelompok negara-negara maju dan kelompok negara-negara berkembang berdasarkan tingkat pendapatan per kapita. Pada tahun 2009, negara-negara yang termasuk dalam kelompok negara-negara maju antara lain Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. Sedangkan negara-negara berkembang antara lain Malaysia, Thailand, China, Indonesia, dan -4.00 1.00 6.00 11.00 16.00 21.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 P e rs e n Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand China Jepang Korea Selatan Filipina.Tingkat pendapatan per kapita tersebut merupakan nilai riil rata-rata yang sudah disesuaikan dengan PPP tahun dasar 2005 internasional sehingga dapat dibandingkan antar negara. Pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN+3 pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 terlihat hampir selalu positif seperti terlihat di Tabel 10. Rata-rata pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 selama periode 2000-2008 berkisar antara 1,25 persen sampai 10,13 persen. Rata-rata pertumbuhan China merupakan yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN+3 lainnya disusul Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Filipina, Thailand, Indonesia, dan Jepang. Pertumbuhan ekonomi negatif hanya dialami Singapura pada tahun 2001 dan Jepang pada tahun 2008. Tabel 10. Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara ASEAN+3 Tahun 1999-2008 PPP Constant 2005 International Tahun Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand China Jepang Korea Selatan 1999 0,79 6,14 3,40 7,20 4,45 7,60 -0,14 9,49 2000 4,92 8,86 5,97 10,06 4,75 8,40 2,86 8,49 2001 3,64 0,52 1,76 -2,40 2,17 8,30 0,18 3,97 2002 4,50 5,39 4,45 4,16 5,32 9,10 0,26 7,15 2003 4,78 5,79 4,93 3,48 7,14 10,00 1,41 2,80 2004 5,03 6,78 6,38 9,58 6,34 10,10 2,74 4,62 2005 5,69 5,33 4,95 13,30 4,60 11,30 1,93 3,96 2006 5,50 5,85 5,34 8,64 5,15 12,70 2,04 5,18 2007 6,35 6,48 7,05 8,54 4,93 14,20 2,36 5,11 2008 6,01 4,71 3,73 1,78 2,46 9,60 -1,20 2,30 Rata-rata 4,72 5,58 4,80 6,43 4,73 10,13 1,25 5,31 Sumber: WDI, 2011 Struktur perekonomian negara-negara ASEAN+3 menurut sektor menunjukkan bahwa sektor jasa merupakan sektor yang mendominasi perekonomian hampir di seluruh negara-negara ASEAN+3 antara lain Filipina, Singapura, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan. Singapura mempunyai proporsi sektor jasa terhadap PDB paling besar yaitu sebesar 74 persen. Indonesia, Malaysia, dan China merupakan negara dengan struktur perekonomian yang dominan di sektor industri Gambar 26.