Lampiran 1 Ringkasan Sejarah Pemukiman
Dalam Kawasan Taman Nasional Kutai
Sumber : Pemukim Suku Bugis di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Vayda, AP Ahmad Sahur, Cifor. 1996
a. Pemukiman Teluk Pandan
Orang Bugis yang pertama kali datang di Teluk Pandan pada medio 60-an adalah masyarakat Bugis yang berasal dari Bone Sulawesi Selatan yang pindah ke Bontang
pada tahun 50-an dan awal 60-an untuk menghindari kesulitan ekonomi dan kekacauan militer akibat pemberontakan Kahar Muzakar serta mengikuti saran keluarga atau teman
mereka yang memberitahu adanya suatu lokasi yang kawasan hutannya dapat diubah menjadi lahan pertanian.
Ada sekitar sebelas pasangan beserta anaknya, yang merupakan pemukim Bugis angkatan pertama di Teluk Pandan. Pemukiman mereka yang pertama dimulai di
Bontang tahun 1956 di Sikattub dan setelah bertani serta mencari ikan selama 11 tahun dan ditemani oleh 15 pasangan lainnya berasal dari Bone juga, mereka pindah ke
Teluk Pandan karena adanya konflik dengan pemukim lain yang datang lebih awal dari mereka yang kemudian menjadi kepala dusun. Pada saat itu dua industri besar yang
pertama kali dibangun di Bontang tahun 1970-an di Teluk Pandan, menempati lahan dataran subur untuk sawah. Daerah itu sudah dihuni oleh kelompok masyarakat petani
dan nelayan yang sudah menetap dan berkembang dengan baik dalam kawasan yang dulu dikenal sebagai Suaka Margasatwa Kutai. Pada kenyataannya peningkatan
populasi pemukim berasal dari perkembangan populasi dari kelompok pendatang pertama dan pendatang berikutnya yang merupakan kerabat pendatang pertama dan
bukannya pendatang yang datang untuk mencari pekerjaan pada sektor industri di Bontang.
Sebagai pabrik pupuk, PT Pupuk Kaltim yang didirikan pada akhir 70-an, terus meningkatkan produksinya sehingga memerlukan tanah yang lebih luas lagi. Dalam tiga
tahun yang terpisah, yaitu tahun 1978, 1984 dan 1990, perusahaan tersebut telah membayar ganti rugi tanah yang diambil alih di Sikattub dan Teluk Pandan atas klaim
mereka sebagai pendatang perintis yang membuka hutan menjadi lahan pertanian.
Sebelum tahun 1990, pendapatan utama para pemukim tersebut berasal dari hasil penjualan beras pada para pedagang di Bontang. Diperkirakan waktu itu luas sawah di
Teluk Pandan sekitar 200 ha. Selain itu pohon kelapa dan nanas juga dibudidayakan secara bersamaan. Pada tahun 1990, sebagian dari sawah dialihfungsikan untuk
penanaman jeruk mandarin sebagai antisipasi pembuatan jalan tembus Bontang – Sangatta. Pengalaman dari kompensasi yang diberikan oleh PT. PKT yang memberikan
nilai lebih untuk tanah dengan tanaman produksi dibanding dengan sawah menjadikan sebuah motivasi tersendiri. Dalam kasus pembuatan jalan tersebut, mereka akan
menerima kompensasi yang lebih baik untuk tanah dengan tanaman buah dan tanaman tahunan lainnya dibanding hanya tanaman padi saja. Pada tahun 1996, padi yang
dihasilkan di Teluk Pandan hanya dikonsumsi sendiri atau dijual di Teluk Pandan pada konsumen lokal.
b. Pemukiman SelimpusKandolo