pinjam pakai kawasan, dan penataan tata batas akibat banyaknya izin yang dikeluarkan di sekitar dan di dalam kawasan TNK.
Masih berhubungan dengan permasalahan hukum, adalah keberadaan masyarakat yang ada sebelum adanya status hukum TNK ditetapkan, juga telah
masuk pendatang pendatang baru yang berasal dari luar kawasan dan berusaha dalam kawasan TNK, serta kelompok masyarakat adat yang memiliki konsep gilir
balik, kembali ke kawasan tersebut sebagai bagian pola gilir balik mereka. Berhubungan dengan permasalahan di atas, maka perlu diadakan kegiatan
untuk mengetahui bagaimana perubahan penutupan lahan di kawasan TNK. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji beberapa aspek penyebab perubahan
penutupan lahan dan bagaimana perubahan penutupan setelah ditetapkan menjadi taman nasional dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis SIG.
1.2. Tujuan
Tujuan penelitian di TNK yaitu : 1 Mengetahui perubahan penutupan lahan di kawasan TNK pada tahun 2006
dan tahun 2009. 2 Mengetahui laju deforestasi dalam kawasan TNK.
3 Mengetahui penyebab perubahan penutupan lahan di TNK.
1.3. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pengelolaan Taman Nasional
Kutai.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Informasi Geografis
Menurut Prahasta 2001 sistem yang menangani masalah informasi yang bereferensi geografis dalam berbagai cara dan bentuk, secara umum disebut
sistem informasi geografis. Masalah informasi tersebut mencakup tiga hal, yaitu: 1. Pengorganisasian data dan informasi.
2. Penempatan informasi pada lokasi tertentu. 3. Melakukan komputasi, memberikan ilustrasi keterhubungan antara satu
dengan lainnya, serta analisa spasial lainnya. Prahasta juga menyebutkan bahwa dalam beberapa literatur, SIG dinilai
sebagai hasil penggabungan dua sistem, yaitu antara sistem komputer untuk bidang Kartografi CAC atau sistem komputer untuk bidang perancangan CAD
dengan teknologi basisdata database. Berdasarkan definisi mengenai SIG yang telah disebutkan di atas,
Prahasta menguraikan SIG dalam beberapa subsistem yaitu data input, data output, data management, serta Data Manipulation and Analysis. Uraian
mengenai jenis masukan, proses, dan jenis keluaran dari subsistem SIG dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Uraian subsistem SIG Prahasta 2001.
2.2. Penginderaan Jauh
2.2.1. Definisi
Lillesand dan Kiefer 1990 mendefinisi pengindraan jauh sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi mengenai suatu obyek, daerah atau
fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa adanya kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji.
Penginderaan jauh memberikan kemampuan kepada manusia untuk melihat sesuatu yang tidak tampak mata.
Definisi lain mengenai pengindraan jauh juga diuraikan oleh Lo 1996, dimana pengindraan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan
informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa adanya sentuhan fisik. Teknik ini akan menghasilkan bentuk citra yang selanjutnya perlu
diproses dan diinterpretasi untuk menghasilkan data yang bermanfaat misalnya dalam aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, perencanaan,
dan lainnya.
2.2.2. Citra Landsat
Lillesand dan Kiefer 1990 menjelaskan bahwa satelit Landsat yang digunakan sebagai satelit pengindraan jauh merupakan hasil perubahan nama
program ERTS Earth Resources Technology SatelliteSatelit Teknologi Sumberdaya Bumi menjadi program Landsat secara resmi pada tanggal 22
Januari 1975. Landsat banyak digunakan sebagai alat pemetaan planimetrik di beberapa daerah tertentu di dunia.
Lo 1996 menjelaskan bahwa terdapat sensor pada satelit Landsat yang berfungsi sebagai sistem pencitraan, diantaranya adalah kamera return beam
vidicon RBV, multispectral scanner MSS, dan Thematic Mapper TM. TM merupakan suatu sensor optik penyiaman yang beroperasi pada saluran tampak,
inframerah, dan saluran spektral yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Aplikasi prinsip dan saluran spektral Thematic Mapper
Saluran Band
Panjang Gelombang
µm Potensi Pemanfaatan
1 0,45 – 0,52
Dirancang untuk penetrasi badan air, sehingga bermanfaat untuk pemetaan perairan pantai. Berguna juga untuk
membedakan antara tanah dengan vegetasi, tumbuhan berdaun lebar dan konifer.
2
0,52 – 0,69 Dirancang untuk mengukur puncak pantulan hijau saluran
tampak bagi vegetasi guna penilaian ketahanan,
3 0,63 – 0,69
Saluran absorpsi klorofil yang penting untuk diskriminasi vegetasi.
4 0,76 – 0,90
Bermanfaat untuk menentukan kandungan biomassa dan untuk dilineasi badan air.
Saluran Band
Panjang Gelombang
µm Potensi Pemanfaatan
5 1,55 – 1,75
Menunjukan kandungan kelembapan vegetasi dan kelembapan tanah. Juga bermanfaat untuk membedakan
salju dan awan.
6 10,40 – 12,50
Saluran inframerah termal yang penggunaannya untuk analisis pemetaan vegetasi, diskriminasi kelembapan
tanah, dan pemetaan termal.
7 2,08 – 2,35
Saluran yang diseleksi karena potensinya untuk membedakan
tipe batuan
dan untuk
pemetaan hidrotermal.
Sumber : Lo 1996
2.3. Global Positioning System
Global Positioning System Sistem Pencari Posisi Global atau yang biasa disingkat GPS merupakan suatu jaringan satelit yang memancarkan sinyal radio
dengan frekuensi yang sangat rendah secara terus menerus Puntodewo et al. 2003. Satelit GPS bekerja pada referensi waktu yang sangat teliti dan akan
memancarkan data untuk menunjukan lokasi dan waktu pada saat itu. Sinyal radio tersebut akan diterima oleh alat penerima GPS secara pasif dengan syarat
tak ada halangan apapun di langit pandangan terbuka. Data GPS merupakan salah satu bentuk sumber data spasial SIG.
Puntodewo et al. 2003 menyebutkan bahwa teknologi GPS meberikan terobosan yang sangat penting dalam menyediakan data untuk SIG karena
keakuratan data yang diberikan oleh data GPS sangat tinggi. Data GPS biasanya dipresentasikan dalam bentuk vektor.
2.4. Aplikasi SIG dan Penginderaan Jauh untuk Studi Perubahan